SIPNOSIS:
Kenneth Bernardo adalah pria sederhana yang terjebak dalam ambisi istrinya, Agnes Cleopatra. demi memenuhi gaya hidupnya yang boros, Agnes menjual Kenneth kepada sahabatnya bernama, Alexa Shannove. wanita kaya raya yang rela membeli 'stastus' suami orang demi keuntungan.
Bagi Agnes, Kenneth adalah suami yang gagal memenuhi tuntutan hidupnya yang serba mewah, ia tidak mau hidup miskin ditengah marak nya kota Brasil, São Paulo. sementara Alexa memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan suami demi memenuhi syarat warisan sang kakek.
Namun, kenyataan tak berjalan seperti yang Agnes bayangkan, setelah kehilangan suaminya. ia juga harus menghadapi kehancuran hidupnya sendiri-dihina orang sekitarnya, ditinggalkan kekasih gelapnya uang nya habis di garap selingkuhan nya yang pergi entah kemana, ia kembali jatuh miskin. sementara Alexa yang memiliki segalanya, justru semakin dipuja sebagai wanita yang anggun dan sukses dalam mencari pasangan hidup.
Kehidupan Baru Kenneth bersama Alexa perlahan memulihkan luka hati nya, sementara Agnes diliputi rasa marah dan iri merancang balas dendam, Agnes bertekad merebut kembali Kenneth bukan karena haus cinta tetapi ingin menghancurkan kebahagiaan Alexa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HMYT-22
Vienna memutar badan dan mengusir pria tua itu tanpa sedikit pun gentar. "Jangan pernah pinjam uang dari lintah darat lagi." Pria tua itu segera pergi, meskipun masih tampak bingung dan lega pada saat yang bersamaan.
Setelah pria itu pergi, hanya ada Vienna dan Rerry yang saling menatap. Rerry, yang memegang uang itu, merasa kebingungan. Hanya ada keheningan yang mencekam antara mereka. Akhirnya, Rerry membuka mulut dengan nada yang sewot, "Kenapa kamu ikut campur? Ini urusanku, bukan urusanmu!"
Vienna menatapnya dengan penuh perhitungan, tetap tenang. "Sepertinya kamu punya tujuan lain selain menagih hutang, kan? Kau butuh uang itu sebelum tenggat waktu, bukan untuk orang ini. Kau mengorupsi uang itu, bukan?"
Rerry terdiam. Hatinya berdebar, matanya mulai menghindar. Vienna tahu betul apa yang sedang ia pikirkan. Gerakan Rerry, cara dia berbicara, semuanya mengungkapkan ketegangan yang ia coba sembunyikan.
Vienna tersenyum tipis, hampir tidak terlihat, tetapi senyum itu penuh dengan arti. "Aku bisa baca semua gerak-gerikmu. Kau menunggu waktu yang tepat, tapi uang yang kau ambil bukan untuk yang berhutang. Itu milikmu, kan?"
Rerry mulai tergagap, mencoba mencari alasan. "Aku... aku hanya—"
Vienna mengangkat tangan, memotongnya. "Kau tahu apa yang kuinginkan. Aku bisa membantumu, kalau kau mau. Aku tahu betul apa yang kau cari. Kau ingin lebih dari sekadar uang pinjaman."
Dengan langkah mantap, Vienna mendekat dan menatap Rerry dengan mata yang penuh perhitungan. "Aku bisa memberimu lebih banyak uang—dengan harga yang setimpal."
Rerry, yang mulai merasa cemas dan bingung, tidak langsung memberi jawaban. "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
Vienna menyeringai tipis, matanya berbinar dengan rasa percaya diri. "Itu bukan urusanmu. Yang penting, kamu setuju atau tidak."
Rerry terdiam, perasaan terjerat mulai menguasai dirinya. Ia merasa terperangkap dalam permainan yang lebih besar dari sekadar masalah hutang. Tak ada pilihan lain, ia hanya bisa mengangguk. "Baiklah, aku setuju," jawabnya, suara terpaksa.
Vienna tersenyum puas, jelas merasa telah mengendalikan situasi ini. "Bagus. Sekarang kita mulai bekerja sama. Jangan sia-siakan kesempatan ini, Rerry. Kamu akan mendapat lebih dari apa yang kau bayangkan."
Dengan perasaan campur aduk, Rerry memandang amplop uang yang ada di tangannya. Ia tidak tahu jalan mana yang akan ia pilih, tetapi yang jelas, ia sudah terjebak dalam permainan Vienna yang lebih besar daripada yang ia kira.
FLASHBACK OFF
Pagi itu, Alexa mengemudikan mobil mewahnya dengan hati-hati menuju bengkel kecil milik Kenneth. Di luar, suasana sibuk dengan beberapa mekanik yang tengah bekerja, namun kehadiran mobil Alexa yang elegan jelas menarik perhatian. Setelah berhenti di depan pintu bengkel, Alexa menatap sekeliling, terlihat sedikit bingung mencari tahu siapa yang harus dia temui.
"Bengkel ini jauh dari yang aku bayangkan... Tapi yaudah, semoga ada yang bisa bantu aku di sini." Batin Alexa dalam hati, sedikit terkejut.
Setelah keluar dari mobil, Alexa melihat-lihat sebentar dan berjalan menuju pintu bengkel. Beberapa mekanik yang sedang bekerja langsung menoleh, dan percakapan di antara mereka pun langsung terhenti sejenak.
Teman-teman Kenneth yang sedang berbincang santai, langsung berhenti dan menatap Alexa yang berjalan masuk ke dalam bengkel. Salah satu dari mereka yang menyadari kedatangan Alexa langsung menyenggol Kenneth yang sedang melanjutkan pekerjaannya.
Vigo dengan suara pelan, menunjuk ke arah Alexa.
"Eh, Ar! lihat deh, itu cewek cantik banget! Masuk ke bengkel kita."
"Wah, kayaknya bukan pelanggan biasa nih. Lihat aja mobilnya, pasti kaya raya." Ucap Arnand tersenyum lebar, sambil menatap ke arah Alexa.
"Mobil seharga rumah! Kenneth,jangan cuma bengong, lho! Lihat tuh, cewek keren banget!" Ucap Ben bercanda, sambil tertawa
Kenneth terkejut, melirik Alexa yang sedang mencari seseorang
"Apa... siapa itu? Kok bisa masuk ke sini?"
"Eh, gue tahu tuh siapa nona itu, Ken." Ucap Ben sambil mengedipkan mata nakal, menatap Kenneth.
"Serius? Siapa, siapa? Kok kamu bisa tahu?" Ucap Vigo penasaran, mendekat.
"Itu... si Alexa Shavonne Graham. Cucu dari keluarga Graham, yang punya kerajaan bisnis pernikahan besar dan perusahaan internasional itu." Ucap Ben menunduk dan tersenyum lebar, menatap Alexa.
"Graham? Itu yang terkenal banget ya? Tapi gue nggak ngerti, dia... kenapa masuk ke bengkel kita?" Ucap Arnand dengan suara terkejut, mencoba mencocokkan cerita.
"Ya, namanya juga orang kaya, kadang mereka butuh tempat sederhana buat urusan 'normal'. Lagi pula, siapa yang tahu, kan? Mungkin dia cuma mau mobilnya di-service." Ucap Ben tertawa, santai.
"Hahaha, jadi itu dia, ya? Ken, kalau kau lagi cari jodoh yang benar-benar punya, ini saatnya. Siapa tahu kecantol sama dia dan bisa nikah beneran, kaya mendadak deh kau." Vigo mencibir, lalu mulai menggoda Kenneth.
"Ya, siapa tahu, Ken? Dia tuh nggak cuma cantik, tapi juga tajir banget. Kau bisa jadi Tuan Graham berikutnya kalau berhasil." Ucap Arnand tertawa keras, makin menggoda.
Kenneth agak terkejut dan malu, merasa tidak nyaman dengan ejekan itu.
"Ah, kalian ini! Udah deh, jangan terus-terusan ngomong kayak gitu!"
"Ya, udah deh, ceraikan aja istrimu, cari wanita kaya aja, lumayan tuh. Siapa tahu kecantol kan sama kau yang tampan." Ben menimpali, masih menggoda.
"Ah, kalian ini... jangan bercanda gitu." Kenneth agak bingung, dan mulai merasa canggung.
Saat Alexa mulai berjalan ke dalam bengkel dengan kebingungannya, dia berusaha mencari siapa yang bisa membantunya. Beberapa mekanik sedang sibuk, tapi ada karyawan yang melihat Alexa terlihat sedikit bingung mendekat.
Gian menghampiri Alexa, tersenyum ramah. "Selamat pagi, Mbak. Ada yang bisa dibantu?"
Alexa dengan sedikit bingung, menatap sekeliling
"Eh, iya. Saya ingin bertemu dengan bos bengkel, saya perlu membayar perbaikan untuk mobil saya. Bisa bantu tunjukkan kemana dia?"
Gian dengan nada ramah namun sedikit bercanda. "Ah, Nona pasti baru pertama kali datang ke sini, ya? Jangan khawatir, saya bantu kok."
Dia menunjukkan ke arah ruangan belakang bengkel. menambahkan sambil tersenyum nakal.
"Ikutin saya aja, Mbak."
Mereka mulai menggoda Kenneth dengan lebih keras lagi.
"Eh, Ken, kamu nggak takut kehilangan kesempatan besar, tuh? Nyonya Graham di depan mata, dan kamu cuma bengong!" Ucap Arnand dengan suara lebih rendah, menggoda.
"Ya, sudah sih, Ken, kalau nggak bisa dapet yang itu, mendingan langsung ajukan surat cerai aja. Siapa tahu jodohmu ada di bengkel, hahahaha." Ucap Vigo tertawa, sambil mengelus dada seolah serius.
Kenneth panik, merasa sangat canggung, mencoba mengalihkan perhatian.
"Ya, udah deh, kalian nggak usah ngomong gitu terus! Aku juga nggak tahu dia siapa."