SYSTEM PERAWAN

Setelah menikmati makan malam berdua secara sederhana, Rafi dan Kalina kini sedang ngobrol sejenak di depan post jaga tempat tinggal mereka. Kalina sangat tersentuh dengan kebaikan yang Rafi tunjukkan kepadanya. bahkan sepanjang pembicaraan yang terjadi, Kalina merasakan ketulusan pada diri pemuda itu.

Setelah berterima kasih atas traktiran yang Rafi lakukan, Kalina lantas pamit menuju kamarnya. dalam hati sempat terbesit ingin memanfaatkan pemuda itu, tapi sisi hati Kalina yang lain ada peraaan tidak tega karena Rafi benar benar terlihat begitu tulus.

Saat Kalina sampai kamar, wanita itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. pikirannya menerawang dan memikirkan apa yang telah dia alami dan rencana apa yang akan dia lkukan untuk bertahan di kota ini. Kembali pikirannya tertuju pada pemuda yang baru saja dia kenal dan bekerja sebagai penjaga di tempat kost wanita itu.

Karena hatinya mendadak dilanda dilema. Kalina meraih ponselnya dan mengirim pesan chat kepada sahabatnya. Dia butuh pencerahan sekaligus ingin mengetahui apa yang terjadi pada keluarga di kampungnya. sambil menunggu balasan chat dari sahabatnya, Kalina bangkit dan beranjak ke kamar mandi.

"Astaga! Aku belum beli perlengkapan mandi!" pekiknya saat mengetahui keadan di kamar mandi. dia pun kembali keluar kamar untuk membeli perlengkapan mandi dan sekalian beberapa barang yang dia butuhkan. Dompetnya masih berada di dlam saku celana yang dia pakai jadi wanita itu langsung saja keluar kamar hendak mencari minimarket atau warung terdekat.

Namun sayang begitu langkah kaki Kalina sampai di pintu gerbang tempat kostnya, hujan tiba tiba datang dan mengguyur sangat deras. kalina pun langsung lari dan memilih berteduh di dalam post. Di saat bersamaan Rafi baru saja keluar dari kamarnya.

"Loh, Mbak, kok disini?" tanya Rafi yang nampak terkejut dengan adanya kalina di sana.

"Iya nih, mau ke mini market. Lupa beli sabun dan yang lainnya, Mas," jawab Kalina sambil mendudukkan tubuhnya di atas tembok yang ada disana.

"Kenapa tadi nggak sekalian? Bukankah dari saat kita makan, udah terasa gerimis?" Rafi pun juga duduk di kursinya.

"Kan aku nggak tahu akan hujan deras, Mas. ada payung nggak, Mas?"

"Nggak ada, nanti aku coba usul sama bos yang punya kost."

Keduanya lantas saling melempar senyum, lalu sambil menunggu hujan reda, Rafi dan Kalina terlibat pembicaraan ringan. Suara tawa kadang terdengar diantara derasnya hujan. dari obrolan tersebut mereka jadi tahu asal mereka darimana dan juga cerita lainnya yan bersifat sedikit pribadi.

"Emang rencananya kamu mau kerja apa, mbak?" tanya Rafi disela sela pembocran keduanya.

"Jangan panggil aku, Mbak sih? kita, kan seumuran. Aku jadi berasa tua banget dipanggil Mbak oleh kamu," protes kalina dan hal itu membuat Rafi malah terbahak. Memang mereka tadi sempat berbagi tentang tanggal lahir mereka dan Rafi sedikit lebih tua tiga bulan dari wanita itu.

"Hahaha ... maaf, ya kan biar sopan aja. Tapi kalau itu yang kamu mau ya oke nggak apa apa," balas Rafi dengan senyum yang tak pernah surut.

"Intinya aku kerja apa ajalah, yang penting aku nggak nganggur dan tetap berada disini selama mungkin. asal bisa buat bayar kost dan makan, cukup bagi aku."

Jawaban kalina tentu saja membuat Rafi mengerutkan keningnya. Menurut Rafi ada yang aneh dari wanita itu saat menceritakan alasannya datang ke kota ini. Jika kebanyakan orang merantau ke kota untuk memperbaiki ekonomi, tapi Kalina tidak terlihat demikian.

"Cuma itu? Apa nggak ingin untuk merubah ekonomi atau apa?"

kalina terdiam, matanya menatap tetesan air hujan yang jatuh dari genteng di atas post jaga. "Setidaknya aku disini bisa bertahan hidup dan bersembunyi," jawab kalina.

Lagi lagi Rafi nampak begitu terkejut. Tentu saja jawaban itu semakin membuat dirinya penasaran dengan apa yang terjadi pada Kalina sebenarnya. "Apa kamu datang ke kota ini karena kabur dari rumah kamu?"

kalina menolah, menatap Rafi lalu tersenyum tipis. "yah, seperti itulah. aku memang kabur dari rumah."

"Loh, kenapa? Apa kamu ada masalah dengan orang tuamu sampai kamu kabur segala?"

Kalina tersenyum kecut, di saat dia hendak mengeluarkan suaranya, tiba tiba salah satu penghuni kost memanggil Rafi. mau tidak mau, Rafi pun bergegas kesana meninggalkan kalina sejenak.

Sambil menunggu Rafi kembali, Kalina berdiri dan meregangkan badannya serta melakukan gerakan kecil seperti hendak berolahraga. Di saat bersamaan, ponsel Rafi menyala dan itu cukup mengundang perhatian Kalina. wanita itu lantas menatap layar ponsel Rafi dan tak lama setelahnya mata Kalina membulat saat melihat menu yang ada dilayar utama ponsel pemuda itu.

"Jangan jangan Rafi ..."

...@@@@@@...