"Setahun menjadi istriku maka kau akan mendapatkan uang 500 juta yang kau butuhkan!" Kata Justin pada Lily yang sedang membutuhkan dana yang sangat besar untuk membantu ekonomi keluarganya.
Tawaran yang terdengar cukup menguntungkan untuk dirinya membuat Lily terpaksa menerima tawaran Justin. Lily berpikir jika tawaran yang Justin berikan kepadanya saat itu merupakan jalan keluar dari permasalahannya.
Tanpa Lily sadari jika satu tahun pernikahan yang dia jalani bersama Justin membuatnya terbelenggu dengan cinta pria itu dan membuatnya sulit untuk melepaskannya di saat wanita yang pria itu cintai telah kembali dan ingin merebut posisinya sebagai istri Justin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Pria Utusan Justin
Mengetahui apa yang terjadi pada Lila saat ini, Justin meminta orang kepercayaannya untuk memberikan tempat tinggal yang layak pada Lila. Tak lupa dia juga menghubungi Leon untuk mempertanyakan sesuatu kepada sahabatnya.
"Bukannya kemarin aku udah mau kasih tau kamu tentang masalah ini. Tapi kamu gak mau dengar." Kata Leon saat Justin bertanya sesuatu kepada dirinya.
Justin menghela napas. Dia sedikit menyesal melakukan itu semua. Sebenarnya bukan tak ingin mendengar cerita Leon saat itu, hanya saja, waktunya tidak tepat. Pasalnya saat itu, Justin sedang dipusingkan dengan perkataan Marsha yang tidak bisa kembali dalam waktu dekat.
"Jadi kau sudah mengantongi bagaimana kehidupan Lila selama ini?" Tanya Justin.
Leon mengiyakannya. Dia langsung saja memberitahu Justin tentang kehidupan Lila selama ini yang ia dapat dari orang suruhannya. Mendengar cerita Leon tentang kehidupan Lila yang sangat menyedihkan, membuat Justin sedikit tersentuh mendengarnya.
"Jadi itulah alasannya kenapa dia tak mengambil beasiswanya saat itu." Kata Justin.
Leon membenarkannya. "Jika saja ibu tirinya membiarkannya kuliah, dia pasti akan menjadi orang sukses saat ini. Bukannya jadi pelayan kafe!"
Justin memilih tak berkomentar banyak. Pasalnya, salah berbicara sedikit saja, sudah membuatnya seperti orang yang peduli pada Lila. Justin harus menjaga batasan karena saat ini ada Marsha yang harus dijaga hatinya.
Di sisi lain, Lila baru saja turun dari ojek yang ditumpanginya. Wanita itu terlihat berjalan ke arah salah satu kontrakan yang ia ketahui memiliki fasilitas kamar yang lengkah dari seorang temannya.
Baru saja hendak menghampiri rumah pemilik kontrakan untuk mempertanyakan sesuatu kepadanya, pergerakan Lila terhenti saat mendengar suara seseorang memanggil namanya.
"Nona Lila, bisa kita bicara sebentar." Kata orang itu.
Lila mengerutkan dahi menatap sosok pria yang berdiri di depannya saat ini. Dari bentuk tubuh dan penampilannya saat ini, sudah seperti orang yang hendak menculik orang saja. Lila jadi takut melihatnya. Dia pun menjaga jarak dari pria itu.
"Saya bukanlah orang jahat. Saya adalah orang kepercayaan Tuan Justin yang diminta untuk mengikuti gerak-gerik anda." Kata pria itu seakan tahu apa yang ada di kepala Lila saat ini.
Kerutan di dahi Lila kembali muncul mendengar perkataan pria di depannya saat ini. "Untuk apa Justin meminta anda mengikuti saya?" Tanya Lila.
"Tentu saja karena Tuan Justin ingin memastikan anda tidak akan bersikap macam-macam setelah menerima uang darinya."
Lila mendengus. Orang tak punya seperti dirinya memangnya memiliki keberanian sekuat apa untuk mengelabuhi pria seperti Justin?
"Sudahlah, sekarang sebutkan maksud dan tujuanmu menemui saya." Pinta Lila. Sepertinya akan membuang waktu lama jika ia banyak bertanya pada pria itu.
"Saya diperintahkan Tuan Justin untuk menunjukkan tempat tinggal baru untuk anda." Kata pria itu.
Lila kembali mengerutkan dahi. "Untuk apa Justin melakukan itu semua?" Tanya Lila.
"Karena Tuan Justin telah mengetahui permasalahan anda saat ini dan dia ingin anda mendapatkan tempat tinggal yang layak dan aman!" Beri tahu pria itu.
Lila rasanya amat sebal menatap pria datar yang berdiri di depannya saat ini. Walau pria itu datang menemuinya karena berniat baik, namun tetap saja Lila dibuat jengkel melihat wajahnya yang datar dan menyebalkan itu.
"Sekarang ayo ikut saya pergi ke alamat tempat tinggal anda yang baru, Nona." Ajak pria itu.
"Kalau saya gak mau gimana?" Tanya Lila. Sedikitnya ia harus waspada pada pria itu.
"Anda tidak diberikan pilihan untuk menolak, Nona. Cepat ikut saya atau anda akan berada dalam masalah besar!" Kata pria itu sedikit mengancam.
***