Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Ya, entah mengapa setiap melihat Dewa Arbeto perasaan Ara akan kesal dan emosi Mengingat bagaimana pria itu memperlakukannya dengan sangat buruk dan kasar. Hingga tanpa sadar Ara kembali menghabiskan minuman yang ada ditangannya.
"Ya, Dewa memang angkuh dan menyebalkan," sahut Ryu dengan tertawa.
Karena baru kali ini ada seseorang yang berani mengatai Dewa Arbeto di hadapannya. Seandainya Ara tahu kalau ia adalah adik dari pria angkuh itu, apa gadis tersebut masih berani mengumpat Dewa Arbeto.
"Oh ya, kau sendiri ada hubungan apa dengan Dewa?" Karena dilihat dari pakaian Ryu dan bagaimana cara Dewa berbicara dengan pria itu tadi siang, sepertinya hubungan mereka sangat dekat.
"Aku —"
"Tunggu dulu, apa jangan-jangan kau sepupu Dewa?" tebak Ara dengan panik.
Karena jika tebakannya itu benar, bisa habis dirinya karena sudah berani mengumpat Dewa di depan saudaranya.
"Bukan, tapi lebih tepatnya aku dan Dewa..." perkataan Ryu terhenti saat tangannya ditarik oleh seorang wanita cantik yang begitu berisik. Siapa lagi kalau bukan adiknya, Flora Arbeto.
"Kak, kau itu menyebalkan. Dicari sejak tadi tapi malah asik bersama wanita," ucap Flora sembari terus menarik sang kakak yang tampak enggan beranjak dari tempat tersebut.
Sementara itu Ara yang ditinggal begitu saja oleh Ryu, kini bisa bernapas dengan lega saat pria yang diduga sepupu Dewa itu pergi bersama seorang wanita.
"Untung saja," ucapnya sembari mengusap dada, lalu kembali sibuk menikmati semua hidangan yang tersaji sebelum pergi dari ballroom untuk beristirahat.
Entah berapa lama Ara berada di dalam ballroom, tapi yang jelas ia keluar saat merasakan kepalanya begitu berat. Terlebih acara pesta itu pun akan berakhir dengan para tamu undangan yang mulai meninggalkan tempat tersebut.
Dengan susah payah dan langkah yang sempoyongan, Ara berjalan menuju lift sampai beberapa kali menabrak orang-orang yang ada disekitarnya. Hingga tubuhnya kembali berjalan dengan baik ketika pinggangnya direngkuh oleh seseorang.
"Siapa kau?" gumam Ara tidak jelas, karena melihat wajah dihadapannya yang berputar-putar.
"Kau menghabiskan berapa gelas? Sampai mabuk seperti ini?" tanya Ryu sambil membantu Ara masuk ke dalam lift tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
Ya, seseorang yang membantu Ara adalah Ryu. Pria itu mengejar Ara karena sempat melihat gadis tersebut keluar dari dalam Ballroom dengan jalan sempoyongan. Ryu yang merasa malas berkumpul bersama keluarganya. Apalagi jika disuruh menemani Dewa yang tengah menghabiskan beberapa gelas minuman.
Sungguh gila bukan? Seorang Dewa Arbeto yang hidup sehat, disiplin, dengan kesempurnaan tanpa cela, justru terlihat menikmati minuman beralkohol itu di acara penting dan bersejarah dalam hidupnya.
"Em.., sedikit. Hanya empat gelas," jawab Ara dengan mengangkat kelima jarinya.
"What? Sebanyak itu?" Ryu terkejut dengan tatapan tak percaya tanpa mau membahas lebih jauh lagi. "Kamarmu yang mana?" tanya Ryu setelah mereka keluar dari dalam lift.
Ryu tidak perlu bersusah-payah untuk mencari tahu di lantai berapa kamar Ara berada, karena setahunya keluarga Wisnu sudah diberikan kamar dengan lantai yang sama di mana kamar Vivian dan Dewa berada.
"Kamarku yang mana ya?" Ara justru bertanya balik dengan tertawa, membuat Ryu menghela napas dengan panjang. "Ah, kamarku tepat disamping kiri kamar Vivian."
Dengan segera Ryu membawa Ara menuju kamar gadis tersebut. Setelah merebahkan tubuh Ara ke atas ranjang, ia pun menatap gadis yang tengah tertidur dengan lelap itu dengan senyuman.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk memilikimu." Ya, Ryu bukanlah seorang bajingan yang akan memanfaatkan seorang gadis mabuk untuk diajak bercinta.
Karena tidak ingin terlalu lama berada dikamar Ara, terlebih kekasihnya tadi menghubungi meminta untuk bertemu. Ryu pun segera keluar dari kamar Ara dengan terburu-buru sampai tidak menutup pintu kamar tersebut dengan benar.
Pintu kamar yang tidak tertutup rapat itu, kini dibuka oleh seorang pria yang masuk kedalam kamar tersebut dalam keadaan mabuk berat. Pria itu menutup pintunya lalu berjalan menuju ranjang dimana ada seorang wanita yang tengah berbaring dengan kedua mata terpejam.
"Kenapa kau begitu terlihat Sexy?" gumamnya dengan seringai tipis dibibir.
ntar Ara mati rasa baru tau