NovelToon NovelToon
Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Nandana Panesthi, seorang istri yang sempurna di mata orang-orang, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Dimas Larung Mahdiva, pria ambisius yang lebih mencintai kekuasaan daripada dirinya. Kehidupan rumah tangga mereka yang tampak harmonis hanyalah topeng dari kebekuan yang semakin menusuk hati Nanda.
Hingga suatu hari, Sanjana Binar Rimbawa hadir seperti badai di tengah gurun kehidupan Nanda. Seorang pria dengan tatapan yang dalam dan kata-kata yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati. Sanjana bukan sekadar selingkuhan dia adalah pria yang menempatkan Nanda di singgasana yang seharusnya, memperlakukannya bak ratu yang selama ini diabaikan oleh suaminya.
Namun, cinta terlarang ini tak semudah kelihatannya. Di balik kelembutan Sanjana, tersimpan rahasia yang mengancam segalanya. Sementara Dimas mulai mencurigai perubahan sikap Nanda dan bertekad untuk mengungkap siapa pria yang berani merebut perhatian istrinya.
Akankah Nanda menemukan kebahagiaan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut Kehilangan

Nanda segera menghubungi Horsi, merasa bahwa apa yang baru saja terjadi bukan sekadar kecelakaan, tetapi tindakan kriminal yang direncanakan. Suaranya gemetar saat menceritakan kejadian itu melalui telepon.

"Ini bukan sekadar perampokan jalanan, Horsi. Mereka sengaja menargetkan kami," ucap Nanda dengan nada cemas.

Horsi mendengarkan dengan seksama. "Aku akan mengurus ini. Jangan khawatir, aku akan melibatkan polisi dan tim keamananku."

Sementara itu, San masih terbaring di rumah sakit, dengan beberapa luka memar di wajah dan tubuhnya. Nanda tak henti-hentinya menggenggam tangan San, berharap pria itu segera sadar. Air matanya menetes tanpa henti, dipenuhi rasa bersalah dan ketakutan akan keselamatan San.

“Kenapa semua ini harus terjadi?” bisiknya sambil menyandarkan kepala di sisi tempat tidur San, menunggu dengan penuh harap.

***

Esok paginya, sinar matahari pagi menembus tirai jendela rumah sakit, menyinari wajah Nanda yang tertidur lelap di kursi dengan posisi tidak nyaman. Tangannya tetap menggenggam erat tangan San, seolah tidak ingin melepaskannya. Wajahnya tampak lelah, namun ada ketenangan di dalamnya, seolah kehadiran San memberinya sedikit rasa aman.

Perlahan, jari-jari San bergerak, mencengkeram lembut tangan Nanda. Ia mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Pandangannya buram, tetapi hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Nanda yang tertidur di dekatnya.

“Nanda...” bisiknya pelan, suaranya serak.

Nanda terbangun seketika mendengar namanya dipanggil. Matanya membelalak, tidak percaya San akhirnya sadar. "San! Kamu sudah bangun?" Air matanya mengalir deras, mencerminkan rasa syukur dan lega yang ia rasakan.

San tersenyum lemah. “Kamu... nggak apa-apa?”

Nanda mengangguk sambil terisak. "Aku baik-baik saja... tapi kamu... kenapa kamu harus melindungiku seperti itu?"

San menatapnya dalam, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tak terucap. "Aku nggak akan biarin siapa pun nyakitin kamu... lagi.”

Nanda merasa dadanya penuh dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ada kehangatan yang mengalir dari dalam dirinya, sebuah rasa aman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dia merasa seperti baru saja menemukan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, seseorang yang begitu peduli padanya tanpa pamrih. Tanpa berpikir panjang, tanpa rasa ragu, Nanda mendekatkan wajahnya ke San.

Kecupan lembut itu menempel di bibir San, seolah menjadi jawaban dari semua perasaan yang selama ini terpendam di hati Nanda. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan itu, hanya gerakan alami yang membawanya ke tindakan tersebut. Setelah kecupan itu, keduanya terdiam, suasana di sekeliling mereka terasa sepi, hanya ada detak jantung yang terdengar jelas di telinga Nanda.

San terkejut sejenak, namun rasa hangat yang menyelimutinya membuatnya tersenyum, merasa senang dan lega. "Nanda..." suaranya bergetar, mencoba berkata sesuatu, tapi kata-kata itu tak kunjung datang.

Nanda menundukkan kepala, wajahnya memerah karena malu, namun di dalam hatinya ada kelegaan. "Aku... aku takut, San. Takut karena semua yang terjadi sebelumnya, tapi..." Ia mengangkat kepala, menatap mata San, "Aku ingin mencoba. Aku ingin merasa aman, dan aku ingin itu dengan kamu."

San menggenggam tangan Nanda dengan lembut, "Aku akan selalu ada untuk kamu, Nanda. Tidak ada yang perlu kamu takuti lagi."

Di ruang rumah sakit yang sepi, di tengah-tengah ketegangan dan rasa cemas yang masih menyelimuti mereka berdua, Nanda dan San membiarkan perasaan mereka berbicara lebih lantang dari kata-kata. Kecupan yang pertama, meskipun lembut, memberi jalan pada ciuman yang lebih dalam, penuh dengan emosi yang tak terbendung.

San, yang sebelumnya masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, kini merespons dengan lembut, membalas ciuman Nanda dengan penuh perasaan. Nanda merasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya, melepaskan segala ketakutan dan keraguan yang selama ini mengikatnya. Ada kedekatan yang tidak hanya berasal dari fisik, tetapi juga dari perasaan yang tumbuh di antara mereka sebuah ikatan yang lebih kuat daripada apa yang bisa dipahami oleh kata-kata.

Ketika akhirnya mereka terpisah, napas mereka masih berat, dan wajah mereka dipenuhi dengan kebingungan dan rasa terharu. "Nanda..." San hampir tak bisa berkata-kata, tatapannya penuh arti. "Aku akan selalu melindungimu."

Nanda hanya bisa mengangguk, matanya yang berkaca-kaca menunjukkan betapa dalam perasaan yang ada di dalam hatinya. Meskipun mereka tahu dunia luar masih penuh dengan masalah dan tantangan, saat itu mereka merasa seperti dunia milik berdua saja, sebuah dunia yang penuh dengan harapan dan cinta yang baru tumbuh.

***

Dimas yang sudah mendengar kabar tentang kejadian tersebut merasa darahnya mendidih. Ia duduk dengan tegak, tangan terkepal erat, mulutnya terkatup rapat, menahan amarah yang semakin membuncah. Ia baru saja mengetahui bahwa beberapa orang yang telah menyerang San dan mencoba menculik Nanda adalah suruhan dari ibunya, Ny. Hutami. Rasa marahnya memuncak, dan wajahnya yang biasanya tenang kini dipenuhi dengan kemarahan yang tak bisa ditahan.

"Brengsek!" teriak Dimas dengan suara serak, memukul meja dengan keras. "Ibu sendiri yang mengatur semuanya?!" Ia merasa dikhianati oleh orang terdekatnya—oleh ibunya sendiri yang seharusnya menjadi tempatnya bertumpu, bukan menjadi penyebab dari segala malapetaka ini.

Dimas berdiri, langkahnya cepat dan berat, matanya terbakar dengan kemarahan. Dia tahu harus ada yang dilakukan untuk membalas perlakuan ibunya itu, namun di sisi lain, ada perasaan ragu yang mengganggu. Ia tahu bahwa apa yang ibunya lakukan adalah bentuk usaha untuk mengembalikan kendali atas dirinya, namun hal itu tak bisa diterima begitu saja.

Tak lama kemudian, Dimas menghubungi seseorang yang memiliki koneksi di dunia bawah tanah. "Cari tahu siapa yang mengatur semuanya," katanya dengan suara dingin. "Aku tak akan membiarkan ibuku bermain-main dengan hidupku, apalagi Nanda." Dia memutuskan hubungan dengan ibunya tidak akan pernah sama lagi setelah peristiwa ini. Dimas bersumpah untuk menyelesaikan masalah ini, dengan cara apapun yang diperlukan.

Dimas berjalan dengan langkah tegas menuju rumah ibunya, hatinya dipenuhi oleh perasaan campur aduk. Marah, kecewa, dan bingung. Ia tidak bisa membiarkan ibunya terus mengganggu Nanda, apalagi setelah mengetahui bahwa segala tindakan brutal yang terjadi beberapa hari terakhir ini adalah hasil dari perencanaan ibunya sendiri.

Ketika ia sampai di rumah Ny. Hutami, pintu dibuka oleh pelayan rumah. Dimas melangkah masuk tanpa berkata apa-apa. Ibunya sedang duduk di ruang tamu, menatapnya dengan ekspresi datar, seolah tahu bahwa anaknya pasti akan datang untuk menanyakan semuanya.

"Bu," kata Dimas dengan suara yang berat, mencoba menahan emosi. "Kenapa kamu melakukannya? Kenapa kamu harus melibatkan orang-orang seperti itu dalam hidupku dan Nanda?"

Ny. Hutami hanya menatapnya, matanya tajam seperti pisau. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Dimas. Nanda bukan pilihan yang tepat untukmu. Kamu tahu itu."

"Jangan pernah mengganggu Nanda lagi," kata Dimas dengan tegas, suaranya penuh ancaman. "Aku masih mencintainya, meski mungkin sekarang dengan keadaan yang berbeda. Aku tahu aku sudah banyak salah dan terlambat, tapi itu bukan alasan untuk kamu terus merusaknya."

Ny. Hutami terdiam. Ia tidak bisa memungkiri bahwa ia merasa sedikit takut dengan ketegasan Dimas. "Kamu pikir kamu bisa memilih siapa yang kamu cintai begitu saja?" tanyanya, meskipun ada keraguan di suaranya.

"Ya," jawab Dimas dengan pasti, "Dan aku memilih Nanda. Kamu harus berhenti mengganggu hidupku dan hidupnya."

Dimas menatap ibunya satu kali lagi sebelum berbalik, meninggalkan ruang tamu dengan langkah yang penuh keyakinan. Ia tahu ini belum selesai, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia telah mengambil keputusan yang benar.

Dimas berhenti sejenak mendengar ucapan ibunya. Kata-kata itu membuatnya terdiam, seakan ada sesuatu yang tertinggal di dalam dirinya. Ny. Hutami memperhatikan putranya, ekspresinya penuh kekecewaan.

“Nanda bersama San, laki-laki yang mengakui teman sekolahmu. Bukan kah dia temanmu juga?” kata Ny. Hutami, nada suaranya penuh kesal, seolah tak habis pikir dengan sikap Dimas yang kini lebih memilih Nanda daripada mengikuti rencana yang selama ini diinginkan oleh ibunya.

Dimas menatap ibunya dengan tatapan tajam, seolah mencoba menahan amarah yang mulai memuncak. “Apa yang kamu coba katakan, Bu?” tanyanya dengan suara yang mulai meninggi. “San itu bukan hanya teman. Kami sudah lama berhubungan, dan aku yakin dia lebih bisa menjaga Nanda dengan baik dibandingkan siapa pun, termasuk dirimu!”

Ny. Hutami hanya mendengus dengan kesal, berusaha tetap tegar. “Kamu bodoh, Dimas! Kamu tega melepaskan segala yang sudah kubangun hanya untuk seorang perempuan yang bahkan sudah tidak ada harganya lagi bagimu. San, laki-laki itu—aku tidak percaya dia benar-benar peduli padamu atau Nanda. Dia hanya ingin keuntungan pribadi.”

Dimas merasakan tubuhnya semakin tegang. Ia berusaha menahan diri agar tidak meledak. “Bu, kali ini kamu salah. Aku bukan lagi anak kecil yang bisa kamu atur sesuka hati. Aku punya hidupku sendiri. Dan Nanda, dia bukan hanya sekadar perempuan. Dia orang yang aku cintai. Tidak ada yang akan bisa menghalangi itu.”

Ny. Hutami menatap Dimas dengan penuh kebencian. “Kamu akan menyesal, Dimas. Kamu akan melihat siapa yang sebenarnya peduli padamu dan siapa yang hanya akan meninggalkanmu begitu saja.”

Dimas tidak menjawab lagi. Ia tahu kata-kata ibunya tidak akan mengubah pikirannya. Perlahan, ia berbalik dan meninggalkan rumah itu, tanpa menoleh lagi. Ia tahu bahwa hidupnya sekarang adalah tentang membuat pilihan untuk dirinya sendiri, dan Nanda adalah pilihan yang tak bisa diubah oleh siapa pun, bahkan oleh ibu kandungnya.

1
Dian
Semangat Thor, ayo saling dukung❤️
merry jen
jg mau nan balik sm dims tu buknny kdrt tp dh selingkhh jgg
merry jen
Bu Bu Nanda dan ankmu dh ceraii gk perlu imt cmpurr lgg x ,,klo san pyn niat jhtt terhdp Nanda biarinn itu urssn Nanda dan san ,,ursin ajj hdpmu dan ankmu yg kacau balau ituu Bu ,,cari selingkuh Dimas kmn pergi yaa
merry jen
San bukn org y kaya perushnn mntn suami Nanda ajj udd di tangan sann,,apa dan pura pura spy bs dptin Nanda atau ada niat terselubung gt sm nanda
Yuni Susanti
Kecewa
Yuni Susanti
Buruk
merry jen
jgn smpai Dimas bundir lgg biar kn Dimas nikmatin penyesalan hdpyy
merry jen
Bu Bu cb ank cwe mu di perlakukan sm laki y gmn cbb kmu sbgaii ibu pstii minta keadilan buat ank kmuu
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Menarik ceritanya/Smile/Saya suka story' perselingkuhan/Slight/.
NinLugas: terimakasih kka
total 1 replies
merry jen
mau sekaya apa pun klo tindkkn yg Dimas lakukan bklnn menghancurkan hdpp yaa Dimas
NinLugas: betul kk terimakasih sdh mampir
total 1 replies
merry jen
mata mmu buta dayuu jdii bgtu lahh gk pdlii anky mati di tangan mantu yaa sndrii
NinLugas: krna 10m kk 😭
total 1 replies
angel
Nextt!
NinLugas: siap kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!