Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat
Siang hari itu, gadis bernama Pinky berlari dengan cepat, berusaha menghindar dari kejaran sekumpulan pria berbaju hitam yang tampaknya sangat serius mengejarnya. Suara teriakan mereka terdengar menggelegar.
"Awas... Awas...!" teriak Pinky, sambil menatap jalan di depannya dengan cemas. Tanpa memperhatikan kiri-kanan, dia melompat dan langsung masuk ke dalam gedung yang tampaknya adalah tempat pemandian pria.
Di salah satu ruangan sauna, seorang pria berbaring santai dengan mata terpejam, tubuhnya terendam air panas. Ia tampak begitu tenang hingga hampir tertidur.
Teriakan dari luar kembali terdengar, "Hei, jangan lari! Kalau kau menolak menikah, kau harus ganti rugi! Ayahmu sudah menerima uangnya!"
Pinky membalas dengan suara ketus, "Papaku yang terima uangnya! Jadi, minta saja tuan muda kalian menikah dengannya!" Dengan cepat, ia berlari semakin jauh dari kejaran pria-pria itu, hingga akhirnya tiba di ruang sauna yang sama sekali tidak ia kenal.
"Di mana Pinky?" tanya salah satu pria, mencoba mencari gadis itu.
Sementara itu, Pinky yang kebingungan, melangkah hati-hati menuju kolam tempat seorang pria sedang berendam. Air di kolam itu tampak berasap, menambah kesan misterius pada suasana di dalam ruangan.
"Kenapa pria ini diam di sini? Kenapa airnya banyak asap? Apa ini air panas?" gumam Pinky dalam hati, kebingungan sekaligus penasaran. Dia mendekat dengan hati-hati, lalu memanggil, "Tuan..."
"Tuan, apakah kamu sudah mati?" tanyanya ragu, namun tak ada jawaban.
Teriakan dari luar terdengar semakin dekat, "Geledah tempat ini!"
Pinky panik. "Gawat!" gumamnya. Dengan cepat, dia melompat ke dalam kolam untuk bersembunyi, berharap tidak ketahuan. "Tuan, maaf, aku sembunyi dulu di sini, nanti aku akan hadir di acara pemakamanmu. Sebagai tanda terima kasih, aku akan hubungi ambulans," ucapnya dengan polos, sambil menundukkan wajah dan tenggelam sebagian tubuhnya di air. Tak sadar, wajahnya menekan senjata pria itu.
"Apa ini? Kenapa rasanya aneh sekali?" pikir Pinky, memejamkan mata, namun tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka.
"Geledah tempat ini!" perintah suara dari luar.
Pria yang berbaring di kolam tiba-tiba terbangun dan melihat ke arah mereka dengan tatapan tajam. "Siapa yang menyuruh kalian masuk?" tanya pria itu dengan suara keras dan penuh wibawa.
Mereka yang melihat pria itu langsung terdiam, gelagapan, "Tuan Jaycolin, maafkan kami. Kami akan segera keluar," ucap mereka buru-buru, lalu bergegas pergi.
Begitu suasana sepi, pria itu baru menyadari ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang hangat menempel di bagian bawah tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, ia menarik rambut Pinky, membuat kepala gadis itu terangkat keluar dari air.
Pinky menyembur air ke sekeliling dan hampir kehabisan napas.
"Kau siapa, kenapa bisa ada di sini?" pria itu bertanya dengan tatapan bingung dan marah.
"Ternyata kau masih hidup, aku mengira kau sudah mati di sini. Maaf, aku bersembunyi dari mereka. Terima kasih!" Pinky berkata terburu-buru, berusaha bangkit dari kolam. Namun karena licinnya permukaan kolam, ia terjatuh lagi, kali ini jatuh tepat di atas pria itu.
"Aahhh!" jerit pria itu, wajahnya memerah karena kesakitan, namun ia terdiam sejenak, merasa canggung.
"P-P-maaf, ada apa denganmu? Aku yang terjatuh, kenapa kamu menjerit?" Pinky bertanya, bingung dan sedikit cemas.
"Aku bersumpah akan membunuhmu," ujar pria itu, menggertakkan gigi, wajahnya semakin merah karena rasa sakit.
"Apa salahku, kenapa ingin membunuhku? Besok aku akan menikah. Aku tidak mau mati dulu!" jawab Pinky dengan gugup, tanpa menyadari posisi kedua tangannya yang masih menekan bagian sensitif pria itu.
"Singkirkan tanganmu!" bentak pria itu, tampak tak sabar.
Pinky langsung menunduk dan melihat telapak tangannya yang tidak sengaja menekan bagian tubuh pria itu. "Ha... gawat, apakah aku membunuhnya? Maaf!" ucap Pinky, segera menarik tangannya dengan panik.
"Aku tidak sengaja menyakiti adikmu," kata Pinky.
"Keluar dari sini!" perintah pria itu dengan nada kesal, mencoba menahan amarah.
"Sebelum aku pergi, aku akan memastikan apakah dia baik-baik saja," kata Pinky dengan polos, lalu dengan santainya ia menyentuh bagian bawah pria itu yang masih tertutup handuk.
"Adik, maaf, aku tidak sengaja menyakitimu. Tidurlah! Tidurlah! Majikanmu sangat garang. Jangan mati, kalau tidak majikanmu pasti akan membunuhku," Pinky berbisik sambil menepuk-nepuk bagian tubuh pria itu dengan lembut, seolah sedang menenangkan anak kecil.
"Keluar dari sini!" bentaknya lagi, kali ini dengan gerakan cepat menepis tangan Pinky yang masih berada di dekatnya.
Pinky buru-buru mundur, wajahnya semakin merah, "Oke, oke, aku keluar! Jangan marah, aku akan pergi!"
Saat Pinky keluar dari ruangan sauna, langkahnya cepat karena masih teringat dengan kejadian tadi. Dia berusaha menenangkan diri, namun saat itu seorang pria tiba-tiba mendekat, menyapanya dengan suara yang tegas, "Tuan Jaycolin!"
Pinky yang masih sedikit gugup menoleh ke arah pria itu dan menyapa dengan santai, "Apakah Anda adalah anggotanya? Tolong panggilkan dokter hewan!"
Pria itu, yang ternyata adalah asisten Jaycolin, tampak bingung dengan permintaan Pinky. "Untuk apa dokter hewan?" tanyanya, belum memahami situasi.
Pinky menunduk sedikit, merasa canggung, dan bisikannya terdengar agak gelisah, "Aku tidak sengaja menyakiti ular bosmu, tidak tahu apakah kondisinya patah atau tidak."
Di dalam kolam, Tuan Jaycolin yang mendengar bisikan Pinky semakin kesal. "Apa kau bisa pergi dari sini!" bentaknya dengan suara yang memancarkan kemarahan. Wajahnya yang sebelumnya tampak tenang kini berubah serius dan penuh amarah.
Pinky, yang merasa ketakutan sekaligus bingung, cepat-cepat menjawab, "Iya," dan buru-buru meninggalkan tempat itu.
Asisten Jaycolin, yang masih tampak kebingungan, bertanya, "Tuan, siapa gadis itu?"
Jaycolin menatap tempat di mana Pinky barusan pergi, lalu menjawab dengan nada datar, "Bukan siapa-siapa, yang penting aku tidak ingin melihatnya lagi."
Asistennya terlihat penasaran, namun ia melanjutkan dengan pertanyaan lain, "Tuan, pernikahan besok, apakah Anda akan hadir?"
Jaycolin menghela napas dan menjawab tanpa minat, "Siapa nama anak dari pengusaha Lucas?"
Asisten itu menjawab dengan cepat, "Putranya bernama Jimz, dan calon istrinya adalah Pinky, yang berasal dari keluarga kalangan bawah."
Jaycolin tampak terdiam sejenak, berpikir sejenak, lalu berkata dengan nada acuh tak acuh, "Pergi sebentar saja, sebenarnya aku tidak berminat sama sekali."
Dev Jaycolin, seorang pendiri hotel berbintang tujuh yang terkemuka di kota tempat ia tinggal, memiliki bisnis yang tidak hanya berfokus pada hotel dalam kota. Ia juga memiliki jaringan hotel internasional di luar negeri, membuatnya menjadi salah satu pengusaha terkaya dan paling berpengaruh. Namun meski begitu, kehidupan pribadinya sering kali dipenuhi dengan kekosongan emosional yang sulit diatasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🤩😘wiexelsvan😘🤩
heyyy thoorrr 🙋🏻♀️
kembali hadir absen yaa thoorrr 😉😁
semangattt berkarya dan semangattt up thorrr😘😘😘
2024-11-30
4
Bu Kus
seru dan lucu ceritanya bikin tertawa aja sih pinky ini
2024-12-27
2
🍁Angelaˢ⍣⃟ₛ ❣️
Mlm hemmm maaf baru hadir lagi Hay pinky 😍😍😍 salam kenal ya 😉😉😉
2024-12-09
1