seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bruno si boneka pencabut nyawa bangkit dari kuburnya
Aminah terpaku di tempat. Matanya membelalak tak percaya melihat Bruno bangkit dari kuburan itu. Ia mengingat dengan jelas bagaimana ia mengubur Bruno di halaman belakang rumah setelah menemukan boneka itu di dekat rumah Angelica.
"Bruno?" bisik Aminah, suaranya gemetar karena takut. "Kau hidup lagi?"
Bruno menatap Aminah dengan tatapan yang menyeramkan. Ia tersenyum sinis dan menunjukkan giginya yang tajam.
"Aku tidak pernah mati," jawab Bruno, suaranya berbisik seram. "Aku hanya tidur sebentar."
Aminah mundur selangkah, merasa takut dengan Bruno. Ia tahu bahwa Bruno bukan boneka biasa. Boneka itu adalah sesuatu yang mengerikan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Aminah, dengan suara yang gemetar.
Bruno mendekati Aminah dengan langkah yang pelan tapi menyeramkan. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Aminah.
"Aku datang untuk menjemputmu," jawab Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Aminah berteriak ketakutan dan berlari sekencang kecepatannya. Ia berusaha menghindar dari serangan Bruno.
"Tolong!" teriak Aminah, dengan suara yang penuh ketakutan.
Namun, Bruno terlalu cepat. Ia mengejar Aminah dengan kecepatan yang menakutkan.
Aminah berlari sekencang kecepatannya menuju pintu rumahnya. Ia merasa takut dan panik. Ia tidak ingin bertemu dengan Bruno lagi.
"Tolong!" teriak Aminah, sambil mencoba membuka kunci pintu.
Namun, tangannya gemetar ketakutan. Ia kesulitan membuka kunci pintu.
"Cepat, Aminah!" gumam Aminah, sambil terus mencoba membuka kunci pintu.
Bruno hampir mencapai Aminah. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Aminah.
"Aku akan menangkapmu," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Aminah akhirnya berhasil membuka kunci pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Ia segera mengunci pintu dengan kuat.
"Ya Tuhan," gumam Aminah, sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku selamat."
Aminah bersandar di pintu rumah dan mencoba menenangkan diri. Ia merasa takut dan panik.
"Bruno akan menyerangku," gumam Aminah, dengan suara yang gemetar. "Aku harus mencari cara untuk menyingkirkan dia."
Aminah melihat sekeliling rumahnya. Ia mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menyerang Bruno.
"Aku harus melindungi diriku," gumam Aminah, dengan suara yang tegas. "Aku tidak akan membiarkan Bruno masuk."
Aminah berlari menuju kamar Aisyah, anak perempuannya. Ia merasa takut jika Bruno berhasil masuk ke dalam rumah.
"Aisyah," panggil Aminah, dengan suara yang gemetar.
Aisyah terkejut mendengar suara Aminah. Ia berdiri dari tempat tidurnya dan mendekati pintu.
"Mama, kenapa?" tanya Aisyah, dengan wajah yang bingung.
"Cepat, Aisyah!" teriak Aminah, sambil membuka pintu kamar. "Bruno ada di luar."
Aisyah terkejut mendengar kata-kata Aminah. Ia mengingat kisah Bruno yang diceritakan Aminah padanya sebelum tidur.
"Bruno?" tanya Aisyah, dengan suara yang gemetar. "Boneka itu?"
Aminah menangguk kuat. "Iya," jawab Aminah. "Boneka itu jahat. Dia ingin menyerang kita."
Aisyah berlari mendekati Aminah dan memeluk Aminah dengan erat. Ia merasa takut dan panik.
"Mama, kita harus bersembunyi," bisik Aisyah, dengan suara yang gemetar.
Aminah menangguk setuju. Ia segera mengunci pintu kamar Aisyah.
"Kita aman di sini," bisik Aminah, sambil menenangkan Aisyah.
Aminah mencoba menenangkan Aisyah dengan menceritakan kisah dongeng sebelum tidur. Ia berharap Aisyah bisa tidur nyenyak di tengah ketakutan.
Namun, Aminah tak bisa menutup matanya. Ia terus mendengarkan suara Bruno yang mengerikan di luar pintu.
Aminah mencoba menenangkan Aisyah dengan menceritakan kisah dongeng sebelum tidur. Ia berharap Aisyah bisa tidur nyenyak di tengah ketakutan.
Namun, Aminah tak bisa menutup matanya. Ia terus mendengarkan suara Bruno yang mengerikan di luar pintu.
Tiba-tiba, suara keras benturan menggelegar di pintu kamar. Aminah dan Aisyah terkejut dan berpegangan erat.
"Mama!" teriak Aisyah, dengan suara yang gemetar. "Bruno ingin masuk!"
Aminah menatap pintu dengan wajah yang pucat. Ia tahu bahwa Bruno berusaha menyerang mereka.
"Jangan takut, Aisyah," bisik Aminah, sambil menenangkan Aisyah. "Kita akan selamat."
Aminah kemudian mencoba menggerakkan lemari yang berat di dekat pintu kamar. Ia bertekad untuk menggunakan lemari itu untuk menghalangi Bruno masuk.
"Mama, apa yang kamu lakukan?" tanya Aisyah, dengan wajah yang bingung.
"Aku akan melindungi kita," jawab Aminah, dengan suara yang tegas. "Aku tidak akan membiarkan Bruno menyakiti kita."
Aminah berusaha menggerakkan lemari dengan kuat. Namun, lemari itu terlalu berat. Ia tak bisa menggerakkannya.
Tiba-tiba, pintu kamar bergetar dengan keras. Aminah dan Aisyah berpegangan erat lagi.
"Mama!" teriak Aisyah, dengan suara yang penuh ketakutan. "Bruno akan mendobrak pintu!"
Aminah menatap pintu dengan wajah yang pucat. Ia tahu bahwa Bruno memiliki kekuatan yang sangat besar.
"Aisyah, bersembunyi di bawah ranjang," perintah Aminah, dengan suara yang gemetar. "Aku akan menghalangi Bruno."
Aisyah menuruti perintah Aminah. Ia bersembunyi di bawah ranjang dengan ketakutan.
Bruno terus mendekati Aminah dengan langkah yang pelan tapi menyeramkan. Ia menjulurkan tangannya yang berlumuran darah menuju Aminah.
"Aku akan menangkapmu," bisik Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Aminah menatap Bruno dengan wajah yang pucat. Ia merasa takut dan panik. Ia tahu bahwa Bruno akan menyerang dia.
"Ya Allah," gumam Aminah, sambil mencoba mencari cara untuk menyelamatkan diri.
Tiba-tiba, Aminah teringat kata-kata ibunya. Ibunya selalu mengatakan bahwa ayat-ayat Alquran bisa menghalau setan.
"Ya Allah, lindungi aku," bisik Aminah, sambil membacakan ayat-ayat Alquran yang ia tahu.
Bruno menatap Aminah dengan tatapan yang kebingungan. Ia merasa ada kekuatan yang menghalangi dia.
"Apa ini?" gumam Bruno, dengan suara yang gemetar.
Aminah terus membacakan ayat-ayat Alquran dengan suara yang tegas. Ia berharap ayat-ayat itu bisa menghalau Bruno.
Tiba-tiba, Bruno menjerit keras dan menghilang dengan cepat.
Aminah terkejut dan tercengang. Ia tak percaya bahwa ayat-ayat Alquran bisa menghalau Bruno.
"Alhamdulillah," gumam Aminah, dengan suara yang gemetar karena lega. "Aku selamat."
Aminah kemudian mencari Aisyah di bawah ranjang. Ia melihat Aisyah bersembunyi di bawah ranjang dengan wajah yang pucat.
"Aisyah, kamu baik-baik saja?" tanya Aminah, sambil memeluk Aisyah.
Aisyah menangguk kuat. "Aku baik-baik saja, Mama," jawab Aisyah, sambil memeluk Aminah erat. Bruno benar-benar pergi dia terbang melayang mencari rumah Arsy dia datang untuk kembali meneror keluarga itu.
Bruno menggerutu kesal. Ia telah mencari Arsy di seluruh kota, tapi tak kunjong menemukannya. Ia merasa marah dan frustrasi.
"Dimana kau bersembunyi?" gumam Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Tiba-tiba, Bruno mencium bau yang familiar. Itu adalah bau rumah keluarga Angelica. Bruno mengingat rumah itu dengan jelas. Ia sering bermain di halaman rumah itu bersama Angelica.
"Rumah Angelica?" gumam Bruno, dengan suara yang penuh keingintahuan. "Kenapa aku merasa familiar dengan rumah ini?"
Bruno kemudian berjalan menuju rumah itu. Ia memandangi rumah itu dengan tatapan yang penuh keingintahuan.
"Siapa yang tinggal di sini?" gumam Bruno, sambil mencoba mengintip ke dalam rumah.
Bruno melihat sepasang pasangan yang sedang bermesraan di teras rumah. Ia mengenali pasangan itu. Itu adalah Arsy dan istrinya, Lita.
"Arsy!" teriak Bruno, dengan suara yang mengerikan.
Arsy dan Lita terkejut mendengar suara Bruno. Mereka menatap ke arah sumber suara dengan wajah yang pucat.
"Bruno?" bisik Arsy, dengan suara yang gemetar. "Kau hidup lagi?"
Bruno tersenyum sinis dan menunjukkan giginya yang tajam.
"Aku tidak pernah mati," jawab Bruno, dengan suara yang mengerikan. "Aku datang untuk membalas dendam."