Aditya, seorang gamer top dalam Astaroth Online, mendadak terbangun sebagai Spectra—karakter prajurit bayangan yang ia mainkan selama ini. Terjebak dalam dunia game yang kini menjadi nyata, ia harus beradaptasi dengan kekuatan dan tantangan yang sebelumnya hanya ia kenal secara digital. Bersama pedang legendaris dan kemampuan magisnya, Aditya memulai petualangan berbahaya untuk mencari jawaban dan menemukan jalan pulang, sambil mengungkap misteri besar yang tersembunyi di balik dunia Astaroth Online.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LauraEll, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 : Serangan Dale
Sementara itu, Malam di Valtherion semakin kelam. Bukan hanya oleh langit yang tak berbintang, tetapi oleh bayang-bayang konflik yang terus membesar. Di dalam aula besar vila Dale, Velindra berdiri di depan peta kerajaan. Di sekelilingnya, para bangsawan dan pengikut Dale berkumpul, memperdebatkan langkah-langkah strategis.
"Zephyronia tetap tenang, tetapi Vinbelt adalah kunci dominasi kita berikutnya," kata Duke Casimir, seorang bangsawan muda dengan ambisi yang membara. "Namun, Elias adalah masalah utama. Selama dia hidup, ia menjadi simbol oposisi."
Velindra menanggapi dengan senyum dingin. "Elias tidak memiliki kekuatan militer yang berarti. Tapi ia memiliki hati rakyat. Itulah masalahnya. Untuk melegitimasi Dale, kita harus membungkam Elias—bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam pandangan publik."
Dale, yang duduk di kursinya, mengerutkan kening. "Elias tidak pernah mengancamku. Dia bahkan mendukung langkah-langkah reformasi yang aku usulkan. Kenapa kita harus menyerangnya?"
Velindra menatap Dale dengan tatapan tajam. "Dale, ini bukan soal ancaman langsung. Ini soal persepsi. Selama Elias hidup, dia adalah alternatif. Sebuah bayangan yang bisa dipakai musuhmu untuk melawanmu. Jika kau ingin menjadi raja, kau harus memastikan tidak ada saingan yang terlihat lebih baik."
Count Barthen, seorang bangsawan tua dengan suara serak, menambahkan, "Velindra benar. Elias mungkin diam sekarang, tetapi diam bukan berarti netral. Jika rakyat mulai melihatnya sebagai pilihan yang lebih baik, dewan kerajaan bisa berbalik melawanmu."
Dale memandang mereka semua dengan raut wajah penuh keraguan. "Aku tidak ingin menjadi raja dengan cara seperti ini. Jika aku menyerang Elias, aku sama saja dengan menciptakan konflik yang ingin kuhindari."
Velindra mendekat, berbicara pelan namun tegas. "Dale, kau bukan hanya seorang individu. Kau adalah simbol perubahan. Jika kau ingin Valtherion bersatu, kau harus membuat keputusan sulit. Aku tahu ini berat, tetapi ini demi kerajaan, bukan dirimu sendiri."
Setelah hening sejenak, Dale akhirnya mengangguk, meskipun matanya dipenuhi keraguan. "Lakukan. Tapi jangan ada pembunuhan. Tangkap Elias hidup-hidup. Aku ingin dia memiliki kesempatan untuk berbicara."
Velindra tersenyum tipis, puas dengan jawaban itu. "Tentu saja, Dale. Kami akan memastikan segalanya berjalan sesuai rencana."
Serangan ke Kediaman Elias.
Saat fajar menyingsing, pasukan Dale bergerak menuju kediaman Elias di Claytis, sebuah kota kecil yang indah di tengah lembah subur Valtherion. Elias, pangeran kelima dari Raja Edgard, adalah sosok yang tenang dan bijaksana. Ia memilih hidup sederhana di luar hiruk-pikuk politik kerajaan, tetapi kesetiaannya kepada rakyat membuatnya dicintai.
Namun, pagi itu, kediamannya yang damai berubah menjadi medan perang.
“Mereka datang!” Teriakan penjaga gerbang memecah keheningan pagi. Pasukan Dale, lengkap dengan panji-panji hitam emas, menyerbu masuk tanpa banyak perlawanan. Elias keluar dari ruang kerjanya, mengenakan jubah sederhana.
"Apa arti semua ini?" seru Elias dengan suara lantang ketika prajurit-prajurit Dale menerobos ke aula utama.
Seorang prajurit maju, menghunus pedang. "Kami datang atas nama Pangeran Dale. Kau dituduh sebagai pengkhianat kerajaan."
Elias mengerutkan kening. "Pengkhianat? Aku tidak pernah menentang Dale. Apa ini atas perintahnya?"
Sebelum Elias mendapat jawaban, pintu aula terbuka lebar. Dale melangkah masuk, diapit oleh Velindra dan Duke Casimir.
"Dale?" Elias menatap kakaknya dengan tatapan kecewa. "Apa artinya semua ini? Mengapa kau menyerangku?"
Dale tampak ragu. Ia tidak bisa menatap langsung ke mata Elias. "Aku... Aku tidak punya pilihan, Elias. Mereka bilang kau adalah ancaman."
Elias tertawa kecil, meskipun suaranya penuh kegetiran. "Ancaman? Dale, aku hanya ingin hidup tenang di sini. Jika aku memang ancaman, itu hanya karena aku mencintai rakyat, sesuatu yang tampaknya mulai kau lupakan."
Velindra memotong dengan nada dingin. "Cukup. Elias, kau ditangkap atas tuduhan pengkhianatan. Jika kau tidak ingin darah rakyatmu tumpah, kau akan menyerah tanpa perlawanan."
Elias memandang Velindra dengan tajam. "Kau. Ini semua adalah idemu, bukan? Dale, kau tidak perlu melakukan ini."
Namun, sebelum Dale bisa menjawab, Velindra memberi isyarat kepada para prajurit. Elias ditangkap dan dibawa keluar dari kediamannya. Pasukan Dale menduduki Claytis tanpa perlawanan berarti.
Kabar penyerangan Dale terhadap Elias menyebar dengan cepat ke seluruh Valtherion. Rakyat, yang selama ini mendukung Dale sebagai simbol perdamaian, mulai kehilangan kepercayaan. Bagi mereka, Elias adalah pangeran yang tidak pernah menginginkan tahta dan selalu berpihak pada rakyat.
Di jalan-jalan Valencia, para pedagang dan petani berbisik-bisik. "Bagaimana mungkin Dale menyerang Elias? Bukankah Elias selalu mendukungnya?"
Seorang pria tua menggelengkan kepala. "Dale telah terpengaruh oleh Velindra dan para bangsawan. Mereka hanya peduli pada kekuasaan, bukan rakyat."
Di sisi lain, para bangsawan pendukung Dale merayakan kemenangan mereka. Di aula besar vila Dale, sebuah pertemuan diadakan untuk membahas langkah berikutnya.
Velindra membuka pertemuan dengan nada optimis. "Kemenangan ini menunjukkan kekuatan kita. Dewan kerajaan akan mulai menganggap Dale sebagai pemimpin yang tegas."
Duke Casimir menyambut dengan anggukan. "Dan dengan Elias ditangkap, kita bisa mengontrol narasi. Rakyat hanya perlu diyakinkan bahwa ini adalah demi kebaikan mereka."
Namun, Dale yang duduk di ujung meja tampak gelisah. "Tapi rakyat tidak percaya pada kita. Aku mendengar sendiri bisikan-bisikan mereka. Mereka menganggapku sebagai pengkhianat."
Velindra mendekat, berbicara dengan nada lembut namun penuh manipulasi. "Dale, rakyat selalu mudah dipengaruhi. Beri mereka waktu. Sebarkan berita bahwa Elias sedang merencanakan pemberontakan. Mereka akan mempercayainya."
Dale menatap Velindra tajam. "Kau ingin aku berbohong? Itu hanya akan memperburuk keadaan."
Count Barthen menimpali. "Bukan berbohong, Pangeran. Ini adalah strategi. Demi kestabilan kerajaan, rakyat perlu percaya bahwa tindakanmu adalah untuk melindungi mereka."
Dale menghela napas berat, lalu berdiri. "Aku lelah. Aku ingin bicara dengan Elias. Mungkin ada cara lain untuk memperbaiki ini."
Velindra mencoba mencegahnya, tetapi Dale sudah pergi.
Di ruang tahanan, Elias duduk dengan tenang. Ketika Dale masuk, ia menatap kakaknya tanpa kebencian, hanya kekecewaan.
"Dale," kata Elias pelan. "Apa yang kau inginkan dariku?"
Dale mendekat, duduk di depan Elias. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Aku hanya ingin menjelaskan bahwa aku tidak pernah ingin ini terjadi."
Elias tersenyum kecil. "Aku tahu. Tapi itu tidak mengubah kenyataan. Kau telah menyerangku, Dale. Dan rakyat tahu siapa aku. Mereka tahu aku tidak pernah menginginkan kekuasaan. Mereka akan berpaling darimu."
Dale menunduk. "Aku ingin menyatukan Valtherion, Elias. Tapi semua yang kulakukan tampaknya hanya membuat keadaan semakin buruk."
Elias menatap kakaknya dengan serius. "Jika kau benar-benar ingin menyatukan Valtherion, kau harus berhenti mendengarkan Velindra dan para bangsawan. Mereka hanya peduli pada keuntungan mereka sendiri."
Dale terdiam, merenungkan kata-kata itu.
Di luar, Velindra berdiri di balik pintu, mendengarkan percakapan mereka. Sebuah senyum sinis muncul di wajahnya.
"Jika Dale mulai meragukan langkahnya, aku harus bertindak lebih cepat," gumamnya. "Elias mungkin harus disingkirkan... untuk selamanya."
Konflik di Valtherion semakin dalam. Dale berada di persimpangan, terjebak antara ambisi dan kebenaran, sementara Velindra terus menarik tali-tali kekuasaan di balik layar.
Keesokan harinya, Marquis Mordain memberitahukan kabar itu, Spectra tidak percaya bahwa Dale yang dia kenal dengan bringas telah menyerang saudara nya sendiri.
Tidak berlama-lama Spectra dan kelompok nya pamit dan bergegas Kembali ke ibukota, Valencia untuk menanyakan langsung kebenaran nya pada Dale.