Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Kejar Setoran
Keesokan harinya di rumah dinas, Aya terus merajuk karena sang Papa yang menjemput Dokter Heni, keduanya belum juga pulang. Hari ini kebetulan sedang akhir pekan. Sekolah Aya juga tengah libur panjang kenaikan kelas.
"Om Fatih, Papa sama Bunda kok belum pulang juga. Mereka baik-baik saja kan?" tanya Aya dengan raut wajah cemasnya.
"Iya, pasti Papa sama Bundanya Aya baik-baik kok. Mungkin Papa sama Bunda mampir sarapan dulu jadi agak lama pulangnya," jawab Fatih.
"Masa sarapan sampai menjelang siang begini! Bukan sarapan tapi makan siang, Om Fatih. Uh..."
"Iya sarapan sekaligus makan siang. Mungkin bangunnya kesiangan. Pokoknya kalau Aya enggak pengin Papa dan Bunda suka ilang-ilangan terus kayak begini, Aya harus berani bobo sendiri."
"Aku udah bobo sendiri kok," ucap Aya.
"Kapan?"
"Pas kapan hari Papa pergi dinas ke luar kota. Nah aku coba bobo sendirian. Bunda bobo di kamar Papa," jawab Aya.
Fatih seketika menepuk jidatnya sendiri.
"Ya, bukan begitu konsepnya Aya cantik. Pokoknya mulai malam ini dan seterusnya, Aya harus berani bobo tanpa Bunda. Apa Aya mau Bunda pergi atau menghilang kalau terlalu Aya kekepin terus?"
Aya langsung menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa ia tidak mau hal itu terjadi. Ia sangat menyayangi Dokter Heni dan tak mau kehilangan.
"Bagus. Janji mulai praktek malam ini buat bobo sendirian dan seterusnya?"
"Iya, Om Fatih. Aya janji deh. Asal Bunda tetap di sini sama kita semua. Kalau sampai Bunda pergi, Aya enggak mau ngomong sama Papa atau Om Fatih. Titik !!" ancam Aya.
"Beres, Tuan Putri Aya yang cantiknya seantero desa."
"Ih, Om Fatih jelek persis badut!" balas Aya seraya menggerutu sebal.
Saat Fatih dan Aya tengah menanti cemas kedatangan Mayor Seno dan Dokter Heni, justru yang ditunggu sedang menikmati sarapan yang sangat terlambat hingga menjadi makan siang. Pengantin baru itu seakan lupa waktu dan tempat.
Terlalu asyik meneguk manis madu asmara, mereka bahkan melakukannya hingga beberapa kali sampai puas sebelum pulang ke rumah. Serangan fajar membuat tubuh keduanya kembali berkeringat.
☘️☘️
Beberapa jam yang lalu usai serangan fajar.
Dokter Heni begitu terkejut melihat stamina suaminya yang tangguh dan sungguh per*kasa di atas ranjang. Kini keduanya masih dalam keadaan polos di bawah selimut setelah pendakian pagi hari yang sungguh melenakan.
"Keringetan lagi deh," ledek Dokter Heni.
"Abisnya nagihin," jawab Seno seraya tangannya menghapus buliran keringat di dahi Dokter Heni. Senyum terus terpancar di wajah keduanya.
"Apanya yang nagihin?" goda Dokter Heni.
"Semuanya. Dari atas, tengah, bawah, barat, timur, tenggara. Dari pucuk sampai pucuk lagi pokoknya. Paket komplit dah. Limited edition," jawab Seno seraya terkekeh di ujung kalimatnya.
"Badanku langsung remuk redam gara-gara Pak Komandan buka puasanya ngerapel nih. Bisa-bisa diledekin Aya di rumah karena Bundanya jalan kayak soang keserimpet jarik," ujar Dokter Heni.
"Aku kan lagi kejar setoran, Bun. Jadi harap maklum,"
"Setoran apa?"
"Setoran benih buat pesanan adiknya Aya di dalam sini," jawab Seno seraya mengelus perut Dokter Heni dengan lembut.
Seketika hening melingkupi kamar mereka di pondok sederhana tersebut di pagi hari. Keduanya masih terdiam. Dokter Heni yang terlena saat Seno menyentuhnya hingga ke bagian terdalam, sejenak terlupa perihal kehadiran anak dalam sebuah biduk rumah tangga. Hal ini pernah menjadi m0mok dalam kehidupannya terdahulu.
Sejak tadi ia memunggungi suaminya. Ada rasa khawatir bercampur sesak di dada kala dirinya teringat perihal kehadiran buah hati.
Melihat istrinya yang mendadak diam cukup lama, Seno memajukan badannya dan mendekap hangat tubuh Dokter Heni dari arah belakang. Tangannya mengelus lembut perut Dokter Heni.
"Jangan jadikan beban. Aku hanya ingin terus berusaha dan berdoa agar di sini bertumbuh adik bayi pesanan Aya," bisik Seno seraya terus mengelus lembut perut istrinya.
"Aamiin..." jawab Dokter Heni lirih seraya tangannya menyentuh telapak tangan Seno yang berada di atas perutnya.
Hening tercipta beberapa detik di antara mereka. Keduanya tengah berkutat dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba Dokter Heni bersuara kembali.
"Mas,"
"Hem,"
"Kalau misal aku enggak kunjung hamil juga adik pesanannya Aya, gimana?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya