NovelToon NovelToon
Menjadi Pelunas Hutang Suami

Menjadi Pelunas Hutang Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Jumli

Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.

Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.

Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.

Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meminta Mati

"Bagaimana menurutmu Ayah? Aku berikan dua pilihan. Tanda tangan dan mata tua mu masih bisa melihat hari esok."

Andre mendekati Damar dan benda runcing di tangan nya Ia dekat kan pada leher tua Damar yang mulai terlihat keriput nya, mengancam pria tua itu.

"Atau, Ayah memilih mati dan tidak bisa melihat anak kesayangan mu itu lagi," lanjut Andre sambil tersenyum jahat.

Dengan pelan sebelah tangannya meraih tangan Damar dan mencoba memberikan pena pada tangan yang mulia timbul urat-urat nya itu karena di makan usia.

Damar putus asa di tengah situasi seperti sekarang. Ia membayangkan akan seperti apa usaha yang selama ini Ia dirikan jika di berikan pada Andre. Damar juga memikirkan nasib Daru yang mungkin akan kesusahan tanpa hal tersebut.

'Aku sudah tua, tapi Daru masih membutuhkan hartaku, apalagi dia memiliki tanggungjawab pada istri-istri nya' batin Damar memilah.

"Tidak, aku tidak sudi menyerahkan semuanya kepada anak pungut penghianat seperti mu!" putus Damar dan melemparkan pena itu jauh-jauh.

"Kurang ajar, dasar tua bangka! Aku memberi mu kesempatan untuk hidup tapi malah menyia-nyiakan nya?!" marah Andre.

"Baiklah, itu yang kamu inginkan, Ayah. Aku tidak akan segan lagi," lanjut Andre dingin.

Bugh!

Tinjuan kuatnya menghantam wajah renta Damar sampai muka pria tua itu seperti miring, darah segar seketika mengalir dari dalam mulutnya.

"Itu untuk diri mu yang keras kepala," kata Andre sedangkan Damar tidak bisa menjawab lagi, rasanya mulutnya susah di gerakkan karena pukulan tadi.

"Dan ini untuk pilihan mu yang meminta mati!"

Srak.

Tanpa rasa belas kasihan Andre menikam perut Damar dengan pisau di tangan nya.

Cuurrr....

Darah segar berlomba keluar dari bekas tusukan benda tersebut. Setelah pisau yang tertancap itu di cabut, darah merah dan kental berjalan mengaliri tali yang mengikat pinggang Damar pada kursi yang tengah orang tua itu duduki.

Damar tidak bisa berkata-kata, rasa sakit nya Ia rasa seperti ingin mengambil nyawanya perlahan-lahan.

"Baiklah Ayah, selamat tinggal dan selamat menjemput kematian," kada Andre dingin.

Pria itu mengelap sarung tangan hitam di tangannya yang terkena darah, setelah itua Ia mengambil kembali kertas dan pena tadi serta mengamankan juga pisau yang ia gunakan untuk menusuk Damar.

Andre mengenakan topeng nya kembali dan dengan cepat pergi melewati jalur belakang agar tidak di lihat oleh Daru yang mungkin akan segera masuk di ruangan itu.

______________________

Daru melangkah cepat melalui lorong sempit dengan wajah penuh tekad. Di belakangnya, para anak buahnya menyusul, mereka sudah berhasil menaklukkan kelompok yang Andre sebarkan di mana-mana dan menghadang Daru bersama bawahannya di segala arah. Daru tak ingin membuang waktu lagi. Ia harus segera menemukan orang tuanya.

Akhirnya, setelah melewati beberapa ruangan, Daru mendapati ibunya, Kartika, yang sedang terduduk lemas di sebuah ruangan kecil, tubuhnya terikat di kursi dengan tangan terbelenggu tali.

Wajah wanita itu pucat, matanya kosong, namun begitu melihat anaknya, wajahnya langsung berubah, penuh kekhawatiran tapi juga bahagia akhirnya Daru muncul di sana.

"Ibu!"

Daru berlari ke arah ibunya, Kartika dan melepas ikatan yang membelenggu tangan Kartika.

"Ibu, di mana Ayah?" tanya Daru karena hanya ada Kartika di sana tanpa adanya Damar.

Kartika menatap anaknya itu dengan wajah cemas dan panik.

"Daru, akhirnya.... Akhirnya kamu sudah datang, Nak... tapi Ayah... Ayah... dia..."

Suara Kartika tercekat, matanya mulai berkaca-kaca.

"Ibu... Ibu takut sesuatu terjadi padanya. Cepat, pergilah ke ruang sebelah! Dia... dia ada di sana," seru Kartika mendesak.

Daru merasa hatinya tercekik. “Apa yang terjadi dengan Ayah?” tanyanya dengan suara yang mendesak, namun ada rasa takut yang mulai muncul.

Kartika menggelengkan kepalanya, air mata mengalir deras di pipinya.

"Ibu tak tahu... mereka memisahkan kami. Mereka mengikatku di sini, dan... dan Ayah...” Kartika terisak. Ia sungguh tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya. Dari tadi Ia cemas memikirkan Damar.

"Cepat, Daru! Jangan tunda lagi!"

Daru tidak perlu mendengar lebih banyak. Tanpa membuang waktu, ia berbalik dan berlari menuju ruangan yang dimaksudkan ibunya. Kenzo dan para bawahan yang lain mengikuti dengan langkah cepat, tetapi Daru tidak peduli. Ia hanya ingin memastikan keadaan ayahnya.

Begitu pintu terbuka, Daru terhenti. Wajahnya berubah pucat seketika. Damar, ayahnya, tergeletak di atas kursi, tubuhnya lemah dan hampir tak sadarkan diri. Daru bisa melihat darah menggenang di sekitar perut pria tua itu, bahkan telah mengaliri lantai kotor dan penuh debu itu. Ada sebuah tusukan yang dalam di perut Damar, terlihat baru saja dilakukan. Daru merasakan dunia seakan berhenti berputar.

"Ayah!" Daru berteriak.

Daru lalu berlari ke arah tubuh ayahnya. Tangannya gemetar saat ia mencoba mengangkat tubuh Damar yang terkulai. Ia melepaskan tali yang melilit Damar dan membawa pria tua itu dalam pelukannya.

"Ayah... Ayah!" Daru memanggil dengan suara parau, namun tidak ada respon. Jantungnya berdegup kencang, ketakutan merayap di sekujur tubuhnya.

Kartika muncul di ambang pintu, matanya melebar saat melihat keadaan suaminya.

"Suamiku!"

Ia berlari menuju Damar, suaranya pecah dan menangis histeris

"Suamiku! Bangun! Tolong, bangun!" Tangannya mengguncang tubuh suaminya, air mata tidak henti-hentinya mengalir.

Daru memandang ayahnya dengan wajah penuh rasa sakit, pikirannya berputar. "Kenapa aku terlambat?" bisik Daru, suaranya tercekat, seolah ada beban berat yang menindih dadanya.

"Kenapa aku tidak bisa sampai lebih cepat?"

Kartika menatap Daru dengan penuh kesedihan.

"Ini bukan salahmu, Nak... Jangan menyalahkan dirimu. Kamu sudah berusaha sekuat tenaga," kata Kartika pelan, Ia juga tidak ingin ini terjadi. Tapi ini juga bukan lah salah Daru.

Namun Daru hanya menggigit bibirnya, menahan amarah dan kesedihan yang datang begitu mendalam.

"Tapi, ibu... Ayah... Kenapa harus seperti ini? Aku... aku seharusnya ada di sini lebih cepat." suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca.

Kartika mendekatkan wajahnya ke Damar, meraba nadi di lehernya, mencoba mencari tanda-tanda kehidupan.

"Suamiku... tolong... jangan tinggalkan aku..." suaranya pecah, penuh dengan rasa sakit yang tak terlukiskan. Tangan Kartika mengguncang tubuh Damar, mencoba membangunkannya, tapi Damar tetap tidak sadar. Pria tua itu sudah sangat banyak kehilangan darah.

Daru menggigit bibirnya, wajahnya penuh dengan kebingungan dan rasa bersalah.

"Apa yang harus aku lakukan, ibu? Aku tak tahu bagaimana bisa menyelamatkannya."

Di saat genting seperti ini, Daru seperti bodoh dan linglung untuk mengambil tindakan apa. Tubuhnya bahkan sudah di penuhi oleh darah sang Ayah.

Kartika menatap putranya dengan mata yang penuh cinta, namun juga penuh keputusasaan.

"Daru... kita harus melakukan sesuatu. Kita harus membawa Ayahmu ke dokter, atau... atau ke seseorang yang bisa menolongnya."

"Ya, benar. Dokter! Kenzo, cepat siapkan mobil. Kita ke rumah sakit segera!"

Daru seakan baru tersadar dari lamunan. Seharusnya dari tadi Ia bertindak, tapi malah menangis dan menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Daru juga tahu, waktu semakin habis. Daru merasakan tangan ayahnya yang kian dingin, tubuhnya yang semakin lemas. Dengan penuh keberanian, Daru menenangkan ibunya, meski hatinya sendiri hampir hancur.

"Ibu, Ayah pasti bisa bertahan," katanya mulai berdiri sambil membawa tubuh tak bertenaga milik Damar.

Di dalam hatinya, Daru merasa lelah, merasa kesalahan ini sepenuhnya miliknya. Andai Ia datang lebih cepat, Ayahnya mungkin masih sadarkan diri.

Hatinya dipenuhi rasa sakit yang dalam akan sebuah penyesalan.

"Aku akan pastikan ini tidak berakhir begini, ibu. Aku janji, aku akan menemukan siapa yang bertanggung jawab atas ini," kata Daru penuh tekad yang kuat. Aura dendam dan amarah ada pada wajahnya.

Daru meraih tangan ayahnya, menahan air matanya, mencoba memberi harapan meski segala sesuatunya tampak sangat sedikit

"Ayah, tolong bertahanlah..." bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh dengan harapan yang besar dan tak mau pudar akan bertahannya Damar.

1
Ripah Ajha
good job daru
Ripah Ajha
lanjut Thor🥰
Jumli: siap.

hari ini update pagi, ya.
In sya Allah besok juga seperti itu
total 1 replies
Ripah Ajha
udahbtak kasih vote Thor🥰
Jumli: makasih banyak, kak😭🙏
total 1 replies
Sulistio Wati
Aduuh aku jadi deg2an, ya allah wahai yg membolak balikan hati, jadikanlah maya berhati baik dan lindungilah LUNA..Semangat Thor 😁👍
Jumli: Terimakasih atas doanya, kak 🙏😁
total 1 replies
Ripah Ajha
ayo daru, gunakan kepintaranmu, sebelum ada korban lagi
Jumli: 😁😁😁
kayaknya Si Daru ini emang agak bodoh dikit kak😅
total 1 replies
Ripah Ajha
sama2 Thor, jangan bosen2 update ya , seperti ak yg slalu GK bosen baca karyamu thor🥰🥰🥰
Jumli: hehehehe 😁
iya, tungguin nanti sore ya, untuk update hari ini😊
total 1 replies
Ripah Ajha
semoga flashdisk nya udah diambil daru
Jumli: 😅😅😅😁😁
total 1 replies
Ripah Ajha
mau nambah lagi up nya Thor🥰
Jumli: 😅😅
sedang di usahakan ya, kak😁
total 1 replies
Sulistio Wati
Nisaa... hati2 ya kamu.!..eng..ing..eng/Shhh//Shhh//Shhh/
Jumli: Daru udah bucin, Kak. nggak akan ngaruh😅
total 1 replies
Ripah Ajha
makanya cari tau daru, ih sebel Ama si daru, krjanya lelet😡
Jumli: banyak kesibukan, kak😁😁😁
total 1 replies
Ripah Ajha
daru memang bodoh, menyimpan benalu dirumahnya sendiri
Jumli: kan dia nya nggak tau, kak😁
total 1 replies
Ripah Ajha
masih kurang Thor up-nya🥰
Jumli: 😁😁
oke, mau ngumpulin bab dulu. biar di bacanya sehari 2-3 episod
total 1 replies
Sulistio Wati
oalaah..ternyata nisa ada udang dibalik bakwan sama andre...biarin gpp jadi nanti luna yg jadi istri terakhir and satu2 nya tuan daru, krn luna baik hati dan btw luna adalah pujaan hatinya daru dimasa kecil loh ! cuma daru lupa ajaah ..benerkan tor..? eng..ing..eng..😁
Jumli: 😅😅😅
alurnya udah ketebak ya, kak 😭

tapi walaupun gitu, jangan minggat dulu sebelum tamat ya😫😁
total 1 replies
Sulistio Wati
Daru jangan galak2 sama luna, nanti jatuh cinta loh...! eng..ing..eng..hidup lunaaa..😁
Jumli: Daru udah cinta sama Nisa, kak.
agak susah buat berganti ke lain hati😌😌😌
total 1 replies
Ripah Ajha
karyamu slalu keren Thor, tetep semangat up-nya 🥰
Jumli: Terimakasih atas pujiannya, jadi malu saya😅😅😁🙏
total 1 replies
Jumli
Terimakasih atas dukungan nya, kak 🙏🤗
Navi angel
bagus ceritanya
Jumli: Terimakasih atas dukungan nya 🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat Thor🥰
Jumli: iya, terimakasih 🙏 q
total 1 replies
devi aryana
Luar biasa
Jumli: Terimakasih atas dukungan nya🙏
total 1 replies
Ripah Ajha
dasar Andre GK tau diri😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!