Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nayla Sadar
"Di antara hujan dan gerimis yang mana yang lebih kamu suka?"
"Aku... menyukai kamu... menikahlah dengan ku..."
Jawab lelaki kecil itu. Perempuan kecil yang bertanya itu terdiam mendengarnya. Ia menarik pandangannya dari hujan deras dan menoleh ke arah lelaki kecil yang masih menatapnya, lalu mengulang ucapannya lagi.
"Maukah kamu menikah dengan ku?"
Perempuan kecil iti terdiam lagi, lelaki kecil itu masih menghadap ke arah gadis kecil di sampingnya dengan tatapan penuh harap. Berharap akan jawaban. Meskipun kini pandangan gadi kecil itu di arahkan pada lelaki kecil di sampingnya, namun tangan kanannya masih terulur ke hujan yang jatuh dari genteng sekolah.
"Nayla... Nayla... Nayla..."
Panggil Ratih mengguncang-guncang tubuh Nayla. Sementara Zaini memanggil dokter karna khawatir dengan Nayla. Gadis itu sedang pingsan dan matanya masih terpejam. Namun tiba-tiba ada air mata keluar dati matanya yang masih terpejam dan tubuhnya sedikit bergerak-gerak.
Ratih masih khawatir. Ia memperhatikan ai mata yang keluar dari mata yang masih terpejam itu.
Perlahan kelopak mata Nayla bergerak-gerak, beberapa saat kemudiaan matanya terbuka. Langit-langit putih rumah sakit yang pertama kali di lihatnya, kemudian dokter, Ratih dan Zaini yang terlihat khawatir dengan keadanya.
"Mimpi itu lagi, kenapa aku terus bermimpi tentang masa kecil itu?" Gumam Nayla dalam hati. Gadis itu memperhatikan sekitarnya barulah ia sadar bahwa dirinya kini sedang berada di rumah sakit.
"Kenapa aku berada di rumah sakit?" Tanyanya dengan lemah.
"Tadi kita kecelakaan, aku tidak sengaja menabrak mobil , tapi semua baik-baik saja, tidak ada luka kata dokter kamu hanya terkejut."
Jawab Ratih. Nayla memutar kembali ingatannya. Barulah ia ingat kejadian saat sebuah mobil menabrak motor yang di kendarainya dengan Ratih, yang membuatnya jatuh ke tanah tidak sadarkan diri. Sebelum kejadian itu di ingatnya pula ia berbicara dengan Fandy dan lelaki itu memutuskannya dan ternyata Fandy sudah pacaran dengan Titin temannya sendiri.
"Biarkan saya memeriksa keadaan anda." Kata dokter.
"Silahkan dok." Jawabnya lemah tanpa ekspresi apapun. Dokter memeriksa kondisinya untuk kedua kalinya. Sepertinya tidak ada luka, hanya ada lembam di kakinya, semua baik-baik saja.
"Apa anda merasaakan sakit?" Tanya dokter.
"Tidak! Aku hanya merasa sakit di kaki dan sedikit pusing."
"Ya sepertinya kondisi mu baik-baik saja." Kata dokter
"Kalau begitu kami bisa pulang sekarang?" Tanya Ratih.
"Ia, sudah bisa di bawa pulang, hanya saja tunggu sekitar setengah jam lagi, kepalanya masih sedikit pusing biarkan dia istirahat sebentar lagi." Kata dokter memberi saran.
"Baik dok!" Gumam Ratih dan Zaini hampir bersamaan. Dengan sabar Ratih dan Zaini pun menunggu Nayla istirahat.
"Kita pulang aja, aku gak apa-apa kok, aku baik-baik aja." Kata Nayla dengan suara masih agak lemah. Matanya terlihat agak bengkak.
"Nayla! Kamu istirahat dulu, sebentar lagi baru kita pulang ya, dokter juga menyarankan istirahat sebentar." Kata Zaini lembut. Ia masih berdiri di samping Nayla. Terlihat pancaran kasih sayang yang tulus di matanya.
"Lelaki ini, dia berjiwa besar, berkali-kali aku menolaknya namun dia masih saja baik dan tidak ada dendam pada ku. Kenapa selama ini aku bodoh menyia-nyiakan orang ini?"
Nayla bergumam dalam hati. Ia memperhatikan Zaini yang terlihat khawatir padanya.
"Nayla... setelah bertemu dengan mu tercukupkan lah segala ingin ku, mencintai mu dengan ikhlas tanpa berharap balasan apapun."
Gumam Zaini dalam hati.
Perlahan rasa ngantuk menyerang Nayla, mungkin efek samping obat yang baru saja di telannya tadi. Dan gadis cantik itu pin tertidur. Cukup lama suasana jadi hening.
"Ratih!" Panggil Zaini setelah cukup lama terdiam.
"Ya!"
"Bisa kamu kenalkan aku dengan orang bernama Fandy itu?"
"Kenapa kamu ingin mengenalnya?
"Aku hanya penasaran."
"Tidak bisa, Nala pasti tidak ingin kamu bertemu dengannya, lagian udahlah, diam aja baik-baik bisakan." Kata Ratih.
"Ratih! Fandy itu cari masalah dengan Nayla. Kenalin aku ke orang bernama Fandy itu biar ku kasih dia pelajaran. Agar dia tidak sembarangan nyakitin orang." Kali ini Nadanya agak sedikit emosi.
"Ha? Ta... ta... tapi kamu tau dari mana kalau Fandy nya....
"Aku punya banyak jaringan, kalau kamu ada rahasia gak usah tutupi dari aku. Aku pasti tau." Potong Zaini membuat kalimat Ratih tergantung.
"Zaini, lagian harusnya kamu senangkan Nayla dan Fandy batal tunangan, kan kamu punya kesempatan lagi."
"Ratih! Aku bukan orang seperti itu ya! Aku punya cinta yang tulus kok." Gumam Zaini kesal.
"Hmm... idaman banget nih cowok. Bisa ajalah Nayla menyia-nyiakan cowok kayak gini, coba Zaini atang padaku pasti ku terima dengan tulus." Ratih bergumam dalam hati. Ia senyum-senyum sendiri.
"Apaan sih! Senyam-senyum sendiri" Gumam Zaini melirik Ratih yang menurutnya aneh. Ratih tidak menjawabnya, ia masih tersenyum membuat Zaini beranjak dari tempatnya duduknya.
"Kenalin Fandy itu pada ku, jangan sampai aku mencari sendiri." Gumamnya lagi dengan serius. Wajahnya cukup membuat Ratih khawatir kalau cowok di depannya ini sedang tidak main-main.
"Mending gak usah ikut campur deh, aku yakin Nayla akan semakin terluka dan tertekan jika kamu ikut campur. Aku aja di larang sama Nayla apalagi kamu."
Gumam Ratih. Perempuan cerewet itu menggenggam tangan Nayla dengan kedua tangannya. Seolah ingin sekali memberi kekuatan pada sahabatnya yang sedang terpuruk itu.
"Selain cantik, dia juga sangat baik! Siapapun lelaki yang mendampinginya pasti akan bahagia dan beruntung." Gumamnya meletakkan kepalanya di atas kasur hingga menimpa sedikit tubuh Nayla.
"Jangan membuatnya terbangun."
Kata Zaini melihat Ratih meletakkan kepalanya di atas kasur. Gadis cerewet itu tidak menjawabnya, bahkan ia bersikap seolah tidak mendengar apapun. Hal itu membuat Zaini geram, namun tidak ada gunanya marah, lebih baik mengalah. Zaini duduk di kursi dengan menyandarkan tubuhnya.
"Dia takut aku membuat Nayla terbangun, tapi ia berteriak pada ku, aku yakin terikannya itu lebih mengganggu." Ratih bergumam dalam hati dengan kesal. Kalau bukan karna situasi seperti ini mungkin bentakan Zaini pasti sudah ia balas lebih kuat lagi. Namun, sekarang sahabatnya sedang beristirahat. Ia harus bisa mengendalikan emosi dan ego.
Ratih menarik kursinya ke arah kaki Nayla lalu meletakkan kepalanya di atas kasur ikut tidur tanpa memedulikan Zaini yang memelototi dirinya. Ingin rasanya Zaini menarik gadis cerewet itu menjauh dari Nayla. Namun tidak jadi janga-jangan nanti gadis cerewet itu malah memarahinya kembali. Jika ia ribut dengan gadis cerewet itu tentunya Nayla akan terganggu.
"Sudahlah sabar aja sedikit." Gumam Zaini dalam hati.