Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.
Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26. CTMDKK
(Keesokan Harinya)
Pagi-pagi sekali aku bersiap-siap menyiapkan dagangan yang akan di bawa ke pasar.
“Sudah nduk?” tanya Ibu yang sedang menggendong Reza.
“Iya bu sudah. Yeni titip Reza ya bu,”
“Iya nduk, kaya titip anak siapa aja.”
“Hehe, bapak mana bu?”
“Tadi di.. ah itu.”
Ku lihat wajah bapak yang sedikit pucat. “Pak, bapak engga kenapa-kenapa kan pak? Bapak kelihatan pucat.”
“Sebentar.” Ibu memeriksa suhu badan bapak dengan telapak tangannya. “Engga panas.” Ucap Ibu.
“Bapak sarapan dulu aja pak. Minum teh anget ini dulu pak.”
“Tadi sudah nduk. Engga papa. Bapak enggak kenapa-kenapa kok. Cuma bibir saja yang agak kering.”
“Iya juga bibir bapak kering Yen.” Ucap Ibu lagi.
“Beneran kan pak? Jangan bohong.”
“Beneran nduk, nanti saja bapak makan sama kamu di pasar.”
Karena bapak terus menyangkal, Kami pun berangkat menuju ke pasar. Sepanjang jalan ku lirik bapak sesekali karena aku sedikit tidak mempercayai kalau bapak dalam keadaan baik.
“Pak, bapak duduk saja. Ini minum dulu. Biar Yeni yang jualan saja. Bentar ya pak, Yeni mau pesan nasi uduk dulu buat bapak.”
Setelah ku pesan makanan untuk bapak, Aku pun lanjut berjualan seperti biasa. Namun hari ini entah kenapa dagangan hari ini masih sangat banyak dari dagangan kami dari hari yang lalu. Tapi ku tak boleh mengeluh karena dalam jualan itu kan hal biasa.
“Pak, sudah di makan?” Tanya ku pada bapak yang duduk sedikit di belakang ku.
“Iya nduk sudah.” Jawab nya halus.
Ku lanjut meng kipas-kipas dagangan ku karena seringkali banyak lalat yang hinggap.
“Yeni, Ini kangkung e ayu sekali. Aduh, seberapa ini seikat?” Tanya pelanggan kami mendekat.
“Eh bu Rima, iya ini kangkung nya masih seger banget ini bu. 5 ribu saja.”
“Ya udah 2 sama ini tahu nya 2 juga ya.”
“Oke bu siap.” Jawabku lalu membungkus apa yang tadi dia katakan.
“Oke ini uang nya ya.”
“Iya bu, pas ya bu. Terimakasih.” Ucapku.
“Oke, laris manis ya Yen.”
“Aamiin.”
Setelah pelanggan pergi, ku dengar bapak berbicara.
“Nduk, bapak ke toilet dulu ya.” Ucap nya.
“Iya pak. Hati-hati”
Ketika bapak baru beberapa langkah, ku lihat langkah nya terhenti dan tubuh bapak miring ke kiri dan ke kanan. Aku yang melihat itu pun langsung berdiri dan bertanya padanya.
“Pak, bapak kenapa?” tanyaku.
Setelah mengatakan itu, bapak jatuh dan tak sadarkan diri. Aku dan penjual sekitar ku langsung panik dan membantu bapak membawa nya ke layanan Kesehatan terdekat.
“Pak, bapak kenapa?”Ku menangis takut terjadi yang tidak-tidak pada bapak.
Bapak di baringkan dia tas tempat tidur puskesmas dan aku duduk di samping nya.
“Yang tenang mba,” Ucap penjual ketoprak yang ikut membantuku.
Bapak pun di periksa oleh dokter yang bertugas. “Bagaimana dok? Bapak saya kenapa?” tanya ku.
“Tenang mba, Bapak anda hanya kelelahan. Apa beliau punya asam lambung?”
“Iya dok. Bapak punya asam lambung.”
“Ya, karena asam lambung nya lagi naik di tambah lagi kecapean dan makan nya yang sembarang jadi pingsan.”
“Begitu dok? Memang dok beberapa minggu ini bapak sering minum kopi dan sering bergadang. Lalu bagaimana dok agar bapak saya pulih?” tanya ku lagi.
“Di jaga makan nya ya jauhi makanan yang terlalu berminyak, terlalu pedas, berkafein, tidur yang cukup dan jangan terlalu lelah ya mba. Ini resep obat nya bisa di berikan ke apoteker di sana.”
“Iya baik dok akan saya ingat. Terimakasih dok.”
“Lalu pak Soleh kapan siuman nya dok.” Tanya penjual kentang pada dokter.
“Nanti sebentar lagi juga beliau siuman.”
“Oh gitu, baiklah dok. Terimakasih ya dokter.” Ucapnya lagi.
“Baik, sama-sama.”
Selepas itu, para penjual yang ikut membantu ku mulai keluar dan kembali ke lapak dagang nya di dalam pasar. Aku menitipkan dagangan ku pada penjual ketoprak yang kebetulan dia juga tau harga-harga semua dagangan ku.
Aku menebus resep obat dokter sebentar mumpung bapak juga belum sadar.
“Tunggu ya mba, silahkan ke kasir lebih dulu.” Ucap apoteker itu.
“Iya bu.” Jawabku lalu berjalan ke kasir.
“10 ribu mba,” Ucap kasir.
“Ini pak uang nya.”
“Baik, silahkan tunggu obat nya ya mba.”
“Iya pak terima kasih.”
Setelah ku dapat obat, ku kembali ke ruangan tempat bapak terbaring tadi. Selain itu, ku tak lupa mengabari adikku. Dan akhirnya, adik dan Ibu ku pun kemari dengan menggunakan mobil yang Salma pesan untuk membawa bapak pulang.
“Mba engga ikut pulang?” tanya Salma.
“Engga Sal, Mba pulang nanti sore saja setelah dagangan habis.”
“Nduk, kalau kamu cape jangan di paksa ya nduk. Ibu engga mau juga kamu jatuh sakit.”
“Iya bu, tenang saja bu. Yeni tau itu kok bu.”
“Ya sudah, Ibu sama Salma bawa pulang bapak sekarang ya?”
“Iya bu.” Jawabku lalu tak lupa mengelus rambut anakku yang Ibu gendong.
Selepas mereka pergi, aku pun kembali ke dalam pasar hingga sore tiba.
“Alhamdulillah, Walaupun masih agak banyak dagangan ku.” Ucapku membereskan dagangan ku.
“Pulang mba Yeni?” Ucap penjual ketoprak.
“Iya Bu, terimakasih ya tadi sudah bantu Yeni sama sudah bantu jagain dagangan Yeni.”
“Iya sama-sama. Salam buat bapak ya Yen. Cepat sembuh, kalau ada waktu saya pasti jenguk.”
“Baik bu, duluan ya bu.”
Aku pun pulang ke rumah dengan memikul dagangan dan berjalan kaki. Hingga ku akan masuk kedalam gapura desa ku, dari jalan besar arah kanan ku muncul sebuah mobil hitam yang nampak familiar membuang sampah mengenai pipiku.
“Aaaa..” rintih ku kesakitan. Ku pungut sampah itu, ternyata di dalam nya juga terdapat batu hiasan berwarna putih yang membuat bungkusan sampah ini berat dan sakit mengenai ku.
“Iseng sekali orang itu.” Ucapku sambil melirik kea rah mobil tadi melewati ku.
Aku pun membuang sampah itu ke tempat sampah. Lalu setelah itu, aku lanjutkan berjalan menuju ke rumahku.
“Eh Yeni, baru pulang Yen?” tanya ibu-ibu yang duduk di pos jaga.
“Iya bu,”
“Bapak mu sudah siuman loh Yen tadi kami sudah jenguk dia.”
“Benarkah bu? Em, ya sudah, Yeni masuk dulu ya bu. Permisi.”
“Iya iya sana masuk.”
Aku pun membuka pagar dan masuk kedalam rumah lalu aku langsung kedalam kamar Ibu dan Bapak.
“Mba, sudah pulang? Bapak sudah siuman mba.”
“Iya, mba coba lihat ke dalam dulu ya Sal.”
“Iya mba.”
Aku masuk dan melihat bapak yang duduk di suapi makan oleh Ibu.
“Pak, bagaimana pak keadaan nya?”
“Mendingan nduk. Kamu istirahat dulu saja. Bapak besok juga sembuh. Jangan khawatir nduk.” Jawab Bapak.
“Engga pak. Bapak mending sembuh dulu pak. Pokoknya besok Yeni saja yang jualan. Bapak di rumah saja, bapak fokus sehat dulu pak. Pokoknya jangan pikirin dagangan ya pak. Itu Yeni saja.”
Setelah ku lihat Bapak, ada rasa lega melihatnya baik-baik saja. Aku pun melanjutkan aktivitas ku. Di malam hari nya, ku istirahat sambil menepuk-nepuk Reza yang baru saja tertidur. Tiba-tiba saja ku kepikiran hasil penjualan hari ini yang hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Belum lagi kebutuhan Reza yang semakin lama pasti akan semakin banyak. Aku rasa tidak bisa hanya dengan mengandalkan hasil bantu catering bu Eem saja. Apa aku jual saja emas ku untuk modal buat jualan kue ya?
Bersambung …
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜