Bagaimana rasanya jika kau mencintai saudara sepupumu sendiri? Jawabannya kenapa tidak! Jika sepupu mu itu adalah pria yang sangat tampan, baik, walaupun sifat dan sikapnya sangat dingin sedingin kutub Utara.
Itulah yang dialami seorang Baby Arbeto, gadis cantik berusia delapan belas tahun yang sangat mencintai Agam Mateo kakak sepupunya sendiri. Seorang pria yang terkenal sangat dingin, kaku, dan tidak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun.
Tapi sayangnya Agam Mateo tidak merasakan hal yang sama, pria itu sejak dulu selalu menganggap Baby seperti adiknya sendiri. Dan mana mungkin seorang kakak mencintai adiknya.
"Mencintaimu adalah sebuah anugerah bagi ku." Baby Arbeto.
"Dicintaimu adalah sebuah musibah untuk ku." Agam Mateo.
Bagaimanakah perjalanan kisah cinta ke-duanya? Apakah pernikahan antar sepupu akan terjadi? Yuk ikuti kisah cinta mereka yang lucu dan menggemaskan 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Baby bodoh! Kau jangan menangis!" Ia mengumpat dirinya sendiri. "Kau itu seorang Arbeto, jangan pernah menyerah sebelum berperang." Baby menghapus air matanya dengan kasar, lalu tersenyum sembari melangkahkan kakinya keluar dari toilet.
"Itu Baby!" Alana menunjuk sepupunya yang sejak tadi dicari oleh semua orang. "Baby kemarilah!" panggil Alana dan Lea.
Baby yang merasa di panggil mau tidak mau berjalan menuju para sepupunya yang saat ini tengah berkumpul di ruang tengah, jangan tanyakan apakah Agam berada di tempat itu? Karena jawabannya pasti ada bersama dengan calon istrinya.
"Baby kau belum berkenalan dengan calon istri A." Alana menatap wanita cantik yang berdiri di samping Agam.
Baby tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya. "Baby Arbeto."
"Cindy Bernade." Ia menerima uluran tangan tersebut lalu menatap wanita yang bernama Baby dengan kening yang berkerut. "Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana ya?" Cindy mencoba mengingat.
"Aku juga merasa pernah melihatmu." Baby menatap intens wanita dihadapannya.
"Hotel Grand Mercure." Ucap Baby dan Cindy bersamaan.
Membuat semua orang yang ada di ruang tersebut saling menatap dengan bingung, begitu pun dengan Agam yang tak kalah bingung dan bercampur terkejut saat mengetahui Baby mengenal calon istrinya.
"Kalian saling kenal?" tanya Mars.
"Tidak, hanya saja kami pernah bertemu satu kali di Hotel Grand Mercure." Tutur Baby dengan senyum kaku di bibirnya.
"Ya kami tidak sengaja bertabrakan saat itu." Sahut Cindy.
"Oh..." Mars menganggukkan kepalanya.
"Maaf aku harus masuk ke dalam kamar, karena kepalaku pusing." Baby sengaja berbohong agar ia bisa secepatnya beristirahat, karena mulai besok Baby harus mempersiapkan diri untuk bekerja di perusahaan milik keluarga Mateo sebagai asisten pribadi Agam.
"Mau aku temani ke atas?" tawar Lea, karena ia tahu Baby pasti sedang patah hati karena mengetahui Agam sudah memiliki seorang wanita.
"Tidak perlu Kak." Baby tersenyum lalu berjalan menuju kamarnya. "Besok akan menjadi misi pertamaku menaklukkan hati seorang Agam Mateo." Gumam Baby dalam hati dengan senyum dibibirnya.
Sementara itu Mars yang melihat kepergian Baby menautkan kedua alisnya dengan wajah yang bingung. "Sebenarnya ini acara keluarga siapa? Kenapa Boy dan Baby justru masuk ke dalam kamar mereka? Padahal acaranya belum selesai."
"Iya juga." Alana ikut menimpali.
Sementara Agam memilih diam sambil menatap layar ponselnya, ia sama sekali tidak peduli dengan wanita yang ada di sampingnya. Wanita yang akan menjadi istrinya itu karena sebuah perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka.
*
*
Perusahaan Dimitri.Corp.
Tok.. Tok.
"Masuk!" ucap Agam dari dalam ruangannya. "Ada apa Jo?" Agam bertanya tanpa melihat kearah depan, karena kedua matanya sedang fokus pada layar laptop.
"Boleh aku duduk Tuan?"
Agam menghentikan kegiatannya, matanya langsung menatap kearah seseorang yang ada di depan meja kerjanya.
"Baby! Sedang apa kau disini?" tanya Agam dengan wajah yang terkejut.
"Aku? Tentu saja aku ingin bekerja." Baby tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat sangat jelas.
"Bekerja?" Agam menautkan kedua alisnya.
"Ini..!" Baby menyerahkan ponselnya pada Agam, setelah sebelumnya menekan nomer ponsel Dad Dafa. "Daddy ingin berbicara denganmu."
Agam yang masih bingung mau tidak mau menerima ponsel milik Baby, lalu berbicara dengan serius selama beberapa menit dengan Uncle Dafa.
"Bagaimana? Kau sudah percayakan kalau kedatangan aku itu untuk bekerja di perusahaan mu." Baby mengambil kembali ponsel miliknya.
Sementara itu Agam yang ditanya hanya diam saja, ia sibuk mencerna dengan apa yang terjadi saat ini sembari memijat keningnya yang terasa pusing.