Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kado ulang tahun
Ratih menghubungi Nayla berkali-kali. Namun tidak di angkat sama sekali. Gadis cerewet itu sangat khawatir, apalagi dia memiliki firasat tidak enak dari tadi saat ia meninggalkan Nayla sendirian memasuki gadung tempat dia mengantar Nayla tadi.
Ratih segera menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak butuh waktu lama ia sudah tiba di gedung di mana ia tadi mengantar Nayla. Di perhatikannya sekitar gedung itu setelah ia masuk ke dalam. Di lihatnya seorang lelaki berjalan dari arah kolam renang, sementara seorang gadis berkerudung masih berdiri di dekat kola renang. Berdiri mematung tanpa ada teman di sisinya. Gadis berkerudung itu adalah Nayla. Ratih berlari ke arah kolam renang, tanpa sengaja ia tabrakan dengan Fandy.
"Eh, kalo jalan matanya di pake dong." Teriak Ratih kesal. Fandy tidak menjawabnya lelaki itu hanya diam dan melangkah lagi.
"Huh! Mentang-mentang tampan, soknya minta ampun." Gerutu Ratih kesal dengan sikap Fandy. Ratih menghampiri Nayla, di lihatnya gadis itu berdiri dan air mata deras sekali mengalir di pipinya. Gadis cerewet itu menghampiri Nayla dengan khawatir.
"Nayla, Apa yang terjadi? Apa lelaki tadi mengganggu mu?" Tanyanya kemudian. Nayla langsung menghambur ke pelukan Ratih. Isak tangisnya langsung pecah di bahu sahabatnya.
"A... a... aku... hiks... hiks... hiks..." Sulit sekali rasanya merangkai kalimat untuk di samapaikan pada sahabatnya itu.
"Tenanglah Nayla, kamu kenapa?" Ratih memeluk Nayla dan menepuk-nepuk punggungnya.
"Hiks... hiks... a... aku... di putusin sama Fandy." Setelah bersusah payah akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya. Kali ini tangisnya meledak di pelukan Ratih.
"Apa? Kenapa Fandy mutusin kamu?" Tanya Ratih dengan geram. Ingin sekali ia merobek mulut Fandy ketika mengatakan kata 'putus'.
"Aku gak tau Ti, aku tidak tau apa salah ku."
Jawab Nayla masih menangis di pelukan Ratih. Ratih dengan sabar menenangkannya. Ratih memang tidak mengenal Fandy, meski tidak mengenalnya namun Ratih begitu marah pada lelaki bernama Fandy itu. Nayla masih terisak di pelukan Ratih. Dengan sabar gadis cerewet itu menenangkan Nayla. Tiba-tiba Ratih merasakan getaran HPnya. Sepertinya ada pesan WA. Ratih meraih HPnya dan membuka chat WA yang baru saja ia terima.
"Ada desus-desus kalau Fandy mempunyai hubungan dengan Titin temannya Nayla juga, apa itu menurut mu mungkin?"
Ratih terbelalak melihat pesan WA dari salah seorang temannya. Tangannya mengepal tidak bisa mengontrol emosi dan rasa geram yang menghinggapi hatinya.
"Apa kamu punya bukti?" Balas Ratih. Perasaan panas masih mengalir di seluruh tubuhnya. Nayla masih sesenggukan di pelukannya.
"Aku mendengar langsung dari Titin." Balasan temannya menyertakan screenshot dari percakapannya dengan Titin. Ratih tidak membalas pesan itu lagi. Ia menutup HPnya. Gadis cerewet itu terlalu geram dan marah, ia memasukkan HPnya ke dalam kantongnya. Lalu menenangkan Nayla agar tidak terlalu sedih.
"Nayla, sudahlah jangan menangis lagi ya, ayok kita pulang aku akan mengantar mu"
Ajak Ratih pada Nayla. Nayla menghapus air matanya dan berdiri di bantu oleh Ratih. Nayla mengikuti langkah Ratih, namun langkahnya Nayla terhenti ketika matanya menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya terasa panas dan sakit tercabik-cabik. Bagaimana tidak? Ia melihat Fandy dan Titin keluar dari bengunan berlantai tiga itu. Berjalan bersama, sesekali tertawa bersama di sela-sela perbincangan mereka. Mereka bahagia menimati kebersamaan. Kali ini Nayla merasa bahawa Fandy benar-benar bajingan.
"Ada apa?" Tanya Ratih melihat langkah kaki Nayla yang terhenti.Ratih mengikuti pandangan mata Nayla yang mengarah pada Fandy dan Titin.
"I... itu... Fandy kok..." kalimat Nayla tergantung.
Ratih langsung konek. Lelaki yang sekarang bersama Titin itu adalah Fandy, lelaki yang baru saja menyakiti sahabatnya.
"Jadi benar Fandy dan Titin pacaran? Gumam Ratih dalam hati. Ia memperhatikan Fandy, lelaki itu tampan, tidak kalah tampannya dari Zaini. Namun jika di bandingkan tentunya mungki fifty-fifty.
"Jadi Fandy mutusin Nayla karna ia pacaran Titin? Temannya Nayla juga? Apa Titin tidak tau kalau Fandy pacarnya Nayla bahkan sudah tunangan?" Gumam Ratih dalam hati tak habis fikir. Ratih memperhatikan Titin lagi.Gadis itu juga cantik. Namun jika di bandingkan dengan Nayla pastilah Titin jauh kalah dari Nayla. Kecantikan Titin tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan paras dan cantiknya Nayla yang nyaris sempurna.
"Apa sebegitu bodohnya Fandy sehingga ia meninggalkan Nayla? Gadis cantik primadona kampus?"
Gumam Ratih dengan geram. Kalau soal paras dan kecantikan, di mana pun Nayla berada ia selalu menjadi nomor satu. Di sekolah juga Nayla termasuk murid yang pintar. Namun, biasalah ia selalu mendapat nilai yang memuaskan. Selain pintar Nayla juga anak yang baik dan lembut. Gumam Ratih. Tanpa menunggu jawaban Nayla ia langsung bergegas menghampiri Fandy dan Titin lalu menghadangnya. Ia berdiri di depan Fandy dan Titin dengan tangan di lipat di dadanya.
"Jadi nama lo Fandy?" Sapanya memandangi lelaki di depannya mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Kamu siapa?" Fandy terlihat bingung.
"PLAK... PLAK...
Tanpa ba bi bu Ratih mendaratkan dua tamparan di wajah Fandy. Fandy sangat terkejut tiba-tiba mendapat tamparan dari orang yang tidak ia kenal. Titin juga terkejut saat Ratih menampar Fandy.
"Kamu siapa? Beraninya kamu menampar ku?"
Fandy bingung memegangi wajahnya yang terasa sakit. Andai yang menamparnya itu seorang laki-laki pasti sudah di hajarnya tanpa ampun.
"Dasar bajingan! Apa maksud lo? Hah? Berani sekali kamu membuat masalah dengan teman ku. Lihat saja, aku akan balas dendam."
"Apaan sih nih cewek." Gumam Fandy marah dan tidak mengerti.
"Apaan? Wow! Lo memang sesuatu banget ya! Lo putusin Nayla dan pacaran sama Titin teman Nayla apa lo itu gak bajingan namanya? Lo banci apa bajingan sih!"
"Ratih membuka lipatan tangannya di dada. Menggantinya dengan berdecak pinggang. Gadis cerewet itu benar-benar muak melihat Fandy, wajahnya terlihat marah dan memerah.
"Seharusnya lo gak ikut cam..."
"Tentu saja gue ikut campur! Lo itu brengsek!"
Teriak Ratih membuat kalimat Fandy tergantung. Gadis cerewet itu mendekati Titin dan memperhatikannya dari bawah hingga ke atas, kerudungnya pendek hanya menutup leher dan sangat tipis.
"Lo juga! Gue kira lo teman yang baik buat Nayla, eh ternyata lo juga jahat, tega banget lo nyakitin Nayla, salah apa dia sama lo?"
Ratih melontarkan kalimat itu tanpa berkedip memandangi Titin dengan kecewa. Dari tadi Nayla hanya terdiam, hatinya terlalu sock dan terkejut, hatinya masih terguncang yang membuat fikirannya seperti kosong.
Sepertinya Fandy tidak peduli dengan hal itu. Namun saat Nayla mulai tersadar dan melihat Ratih memandang Titin tanpa berkedip seolah akan menelannya hidup-hidup otaknya Nayla mulai bekerja dengan baik dan langsung saja ia berlari ke arah Ratih dan menariknya.