Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Bos Baru
Zafira kini telah tiba di perusahaan Alta Corp. Alta Corp awalnya hanya sebuah perusahaan kecil yang dimiliki oleh pasangan Altakendra dan Nasisti yang diberi nama Altafood. Altafood sendiri berkecimpung di dunia makanan ringan. Setelah Altakendra meninggal, sang istrilah yang memimpin usaha kecil tersebut hingga beberapa tahun ini usaha kecil menengah tersebut diturunkan Nasisti kepada cucunya Alvian Altakendra. Di bawah kepemimpinan Alvian Altakendra usaha yang tadinya kecil tersebut maju dengan pesat. Yang awal mulanya Altafood hanya memproduksi makanan ringan sehat seperti snack dan aneka roti serta permen, kini berkembang dengan memproduksi aneka makanan hingga makanan dalam kemasan, bahan masakan, mie instan, minuman kemasan, aneka bumbu masakan, dan lain-lain. Alhasil, hanya dalam hitungan tahun saja perusahaan itu telah berhasil bersaing dengan perusahaan makanan besar lainnya termasuk YG Group.
"Jangan gugup! Santai aja, kan ada aku " Nova berujar mencoba menenangkan dengan menepuk pundak Zafira. Keduanya kini masih berada di basement perusahaan.
"Udah coba, tapi jantung aku kayaknya sudah diajak kompromi. Jedag-jedug aja bawaannya," seloroh Zafira seraya terkekeh, mencoba menetralisir kegugupannya. "Ya udah, yuk kita masuk. Bismillahirrahmanirrahim," ujarnya seraya melangkahkan kakinya masuk ke lift yang ada di basement untuk mengantarkan mereka ke lantai yang dituju.
Nova yang melihatnya hanya mengulum senyum. Ia maklum sebab ini pertama kalinya Zafira kembali bekerja setelah 7 tahun lamanya ia vakum dari dunia perkantoran.
Jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 8. Sebentar lagi atasan Nova akan tiba. Untuk sementara, Zafira duduk di samping Nova agar Nova bisa bekerja sambil menjelaskan apa-apa yang akan menjadi job desk Zafira selama menjabat sebagai sekretaris di sana.
Zafira pun mempelajarinya dengan begitu cermat untuk menghindari adanya kesalahan. Bukan hanya menjelaskan perihal pekerjaan, Nova juga menerangkan kebiasaan sang bos agar Zafira tidak kebingungan saat ia telah benar-benar resign nanti.
Terdengar derap langkah kaki berjalan ke arah meja sekretaris, Nova lantas memberi kode pada Zafira agar segera berdiri untuk menyambut kedatangan sang atasan.
Mendadak saja, air wajah Zafira menjadi tegang, kedua telapak tangannya berkeringat dingin. Ia meremas sisi kanan dan kiri roknya untuk menetralisir rasa gugup. Hingga dalam sepersekian detik, Zafira mengangkat wajahnya saat tubuh tegap itu telah berdiri di hadapannya.
Zafira menelan ludahnya. Wajah atasannya itu sungguh sangat tampan. Tapi berbanding terbalik dengan sorot matanya yang tajam menghujam membuat Zafira rasanya menggigil sendiri.
Zafira segera menundukkan pandangannya setelah menarik seulas senyum sesingkat mungkin saat mata mereka saling bersirobok. Tatapan memindai disorotkan laki-laki bernama Alvian itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dahinya mengernyit dengan bibir berdecak membuat Zafira merasa merinding.
'Kenapa bos Nova natap aku segitunya sih? Apa penampilan aku benar-benar kacau dan nggak pantas untuk jadi sekretarisnya? Bagaimana kalau dia mecat sebelum aku sempat bekerja? Duh, gimana ini? Regi, Refi, doain ibu ya nak biar bisa dapetin kerjaan ini. Dedek sayang, doain mama juga ya, nak. Sehat-sehat terus ya di dalam.' Batin Zafira bermonolog.
"Kamu ... " tunjuknya pada Nova, "ikut aku ke dalam." Tukas Alvian tanpa menoleh lagi ke arah Zafira.
"Zafira harus ikut juga nggak, pak? Kan biar dia sambil belajar apa-apa pekerjaan dia nanti," tukas Nova membuat Alvian menoleh dengan sorot mata kesal.
"Yang saya suruh itu kamu, bukan dia. Cepat," ketus Alvian membuat perempuan itu mendelik sebal dengan tangan mengepal ke udara. "Nggak usah ngajarin karyawan yang lain kurang ajar sama atasan. Atau kamu mau aku batalin resign kamu," tegur Alvian tanpa menoleh sama sekali.
Gleg ...
"Nov, kok dia bisa tahu? Jangan-jangan bos kamu itu cenayang?" seloroh Zafira yang tiba-tiba bergidik ngeri membuat Nova terkekeh.
"Dia bukan cenayang kok. Cuma ... "
"Cuma apa?" tanya Zafira penasaran.
"Cuma di kanan dan kirinya itu ada khodam yang bisa bisikin apa yang kita lakukan di belakang dia jadi hati-hati ya kamu nanti," gurau Nova tapi Zafira justru mengira itu sungguhan membuat ibu hamil tersebut bergidik ngeri.
Melihat ekspresi Zafira yang puas sukses membuat Nova tertawa kencang hingga sebuah teriakan menggema membuat kedua perempuan itu tersentak kaget.
"Nova, kau mau pesangonmu dihanguskan, hah?"
"Iya, bos. tunggu, maaf," pekik Nova segera beringsut masuk ke dalam ruangan sang bos sambil memeluk beberapa berkas dan tablet tempatnya mencatat jadwal sang atasan.
Di dalam ruangan,
"Kamu serius dia mau gantiin kamu?" seru Alvian dengan wajah serius.
Nova mengangkat kedua alisnya, "ya, memangnya kenapa?" tanyanya sambil meletakkan beberapa berkas penting di atas meja.
"Ck ... serius dia bisa kerja? Penampilannya ... ckckck ... nggak ada baju lain apa?"
Ya, bukan tanpa alasan Alvian mempertanyakan hal tersebut sebab pakaian Zafira terlihat lusuh dan produk murah. Entah baju tahun kapan yang dikenakan perempuan itu, Alvian pun tak mengerti. Belum lagi entah karena efek pakaian atau memang tubuh Zafira gemuk hingga tubuh bagian atasnya terlihat buntal.
"Yang kamu pertanyakan itu penampilannya atau pekerjaannya? Namanya juga nggak ada persiapan, keuangan sedang tidak memungkinkan, jadi wajar aja Zafira berpenampilan kayak gitu, yang penting kan penampilan dia sopan. Nggak kayak sekretaris-sekretaris lainnya yang sok seksi dan suka tebar pesona," sembur Nova bersungut-sungut.
Alvian mendengkus kemudian mengibaskan tangannya agar Nova segera pergi.
"Dasar, si bos nyebelin. Gue sumpahin loe kepincut Ama janda," sungut Nova membuat Alvian melotot.
"Nggak ada sumpah yang lebih bagus apa? Misalnya kepincut Miss grand Indonesia gitu!" balas Alvian dengan mata melotot.
"Ogah. Biar aja. Laki-laki kaku bin nyebelin kayak loe itu bagusnya ama janda, udah pengalaman, siapa tau loe bakal cair dikit. Weeekkk ... " Usai mengatakan itu, Nova pun bergegas lari apalagi melihat Alvian sudah berdiri dengan bola mata yang hampir keluar.
"Dasar, sekretaris nggak ada akhlak! Kalau bukan loe anak temen bunda aja, udah gue mutasi loe ke Antartika biar nemenin beruang kutub hibernasi." Pekik Alvian geram karena sikap Nova yang sangat berbeda dari sekretaris lainnya. Ia juga kesal, sebagai atasan seperti tidak dihargai oleh perempuan berambut sebahu itu. Untung saja, kalau di depan orang lain Nova bisa bersikap profesional, bila tidak, runtuhlah harga dirinya yang susah payah ia bangun.
Zafira yang mendengar teriakan itu sampai berjengit berdiri. Lalu netranya menangkap sosok Nova yang sedang tertawa terbahak-bahak.
"Fira, buatin bos kopi ya! Gue takut dimutilasi kalo masuk lagi ke dalam." Ujarnya setelah berhasil meredam tawanya.
Zafira mengangguk, "kamu hebat juga ya, bos marah-marah, kamu malah tertawa terbahak-bahak. Emang habis ngapain sih?"
"Kepo," seloroh Nova yang kembali terkekeh.
"Ck ... nggak asik banget kamu. Kamu mau kopi juga atau teh?" tawar Zafira.
"Teh aja deh. Tenggorokanku tiba-tiba butuh sesuatu yang manis," selorohnya dengan tersenyum lebar.
Zafira hanya geleng-geleng kepala sambil berjalan menuju pantry khusus lantai atas di mana ruangan Alvian berada. Setelah membuat secangkir kopi dan 2 cangkir teh untuk dirinya dan Nova, Zafira keluar lagi dan mengantarkan kopi untuk Alvian terlebih dahulu. Sebelum masuk ke dalam ruangan Alvian, Zafira terlebih dahulu mengetuk pintu ruangannya.
Alvian sempat mengerutkan keningnya, siapa itu pikirnya sebab biasanya Nova nyelonong masuk begitu saja setelah pintu diketuk 3 kali. Sekretarisnya itu memang benar-benar tak ada akhlak. Tapi keberadaan Nova cukup menghiburnya meskipun hampir setiap hari mereka berdebat entah untuk meributkan apa saja.
"Masuk," titah Alvian saat suara lembut Zafira menyapa gendang telinganya.
"Ini kopinya, pak." Tutur Zafira lembut. Ia meletakkan kopi itu dengan sangat hati-hati, khawatir tertumpah dan mengenai berkas-berkas penting di meja atasan barunya itu.
"Hmmm ... " Alvian hanya bergumam dengan ekor mata memperhatikan Zafira yang memang penampilannya berbeda dari sekretaris umumnya.
"Kau tidak ada pakaian yang lebih bagus?" celetuk Alvian tiba-tiba membuat Zafira terperangah.
Zafira lantas mengulas senyum lembut, "maaf, pak, untuk sementara tidak ada. Mungkin nanti bila saya sudah gajian baru saya beli." Jawab Zafira lembut dan apa adanya.
"Hah? Kalau kamu gajian? Memangnya kamu yakin bisa bertahan selama 1 bulan di sini? Kamu aja udah lama nggak kerja, yakin kamu masih bisa bekerja sebagai sekretaris? Mengimbangi ritme kerja saya yang ... tak menentu? Menghadapi mood saya yang juga suka berubah-ubah?"
"Insya Allah, pak. Bila Allah menghendaki, saya akan berusaha bertahan semampu saya. Saya juga akan terus belajar dan bekerja sebaik mungkin." Jawab Zafira masih dengan senyum lembutnya.
"Tapi mata saya sakit melihat gaya berpakaian kamu."
"Hah?"
"Kenapa melongo? Serius, mata saya sakit melihat gaya berpakaian kamu? Kalau saya tiba-tiba mecat kamu karena gaya berpakaian kamu, gimana?"
"Insya Allah saya ikhlas, pak. Mungkin perusahaan bapak bukan tempat untuk saya mengais rejeki." Tak ada raut kesal ataupun marah di wajah Zafira. Semuanya terlihat tulus. Mungkin kalau Nova yang ia perlakukan seperti ini, pasti dia sudah mencak-mencak seperti singa lapar.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...