REMBULAN DI BALIK AWAN
Sebutan villa mungkin terlalu kecil untuk bangunan itu. Bangunannya bercat merah darah. Entah apa alasannya bangunan yang mereka sebut villa itu di cat berwarna merah darah. Ratusan orang sedang menikmati berbagai hidangan dan minuman di dalamnya.
Villa ini berada sekitar sepuluh kilo meter dari kota. Bangunannya megah dengan sebuah sungai yang lumayan besar mengalir di pinggirnya. Sungai yang juga di hiasi bebatuan besar-besar membuatnya sempurna. Villa itu di kelilingi oleh pohon jati bermeter-meter ke belakangnya.
Malam itu bulan purnama sedang muncul, ikut merayakan acara syukuran seorang pengusaha di villa green palace. Sebenarnya di luar udara sangat dingin, suara dari sungai besar itu kalah oleh alunan musik merdu yang membuai jiwa.
Sekitar dua ratus lima puluh orang berada di dalam villa. Menikmati berbagai hidangan lezat dan minuman. Nama acaranya syukuran. Mereka sedang berpesta ria karena perusahaan mendapat untung besar bahkan melebihi target. Para pekerja, karyawan dan orang yang berpartisipasi dalam keuntungan besar ini di beri imbalan dan saling memberi ucapan selamat atas kerja keras mereka.
Tuan Taher Almahendra terlihat bahagia melihat para tangan kanan, pekerja dan keluarganya senang menikmati pesta. Semua keluarganya ada disini, ikut merayakan pencapaian perusahaan yang memuaskan tahun ini.
Meskipun malam hari, di dalam villa terlihat terang oleh kerlap kerlipnya lampu yang menerangi. Sementara di luar cahaya rembulan tampak romantis menghiasi malam. Daun-daun terlihat bersinar oleh pantulan cahaya bulan. Sebagian bumi yang di sekeliling villa terlihat gelap, terhalang oleh daun-daun lebar kayu jati. Cahaya bulan tidak bisa menjangkaunya.
Anak kecil berumur enam tahun sedang berada di dekat ayahnya, berkali-kali ia turun dari tempat duduknya lalu menghampiri ibunya, lalu mengganggu adiknya yang masih berumur dua bulan. Berkali-kali di ciumnya adik kecilnya itu dengan kuat karna gemas dan sayang. Namun sang ayah selalu mengangkatnya dan mendudukkannya kembali di dekatnya. Karena setiap kali ia mencium adik kecilnya itu menangis terganggu. Kesal di cegah terus si anak enam tahun itu meminta keluar. Ia tidak peduli dengan pesta syukuran itu. Ia mendorong adiknya yang berumur tiga tahun hingga jatuh, lalu merengek menarik kakaknya yang berumur empat belas tahun untuk keluar dari villa.
Tuan Taher sedikit kewalahan menghadapi anak ke duanya ini, namun begitupun, ia paling sayang dengan anak super aktif dan penyayang itu. Ia tidak pernah berniat mengganggu kedua adiknya. Itu hanya ungkapan sayang pada kedua adik lelakinya itu.
Kakek dan nenek si anak enam tahun itu mendekat, ikut membujuk si anak enam tahun agar tidak pergi keluar. Namun nihil, anak enam tahun itu keras kepala dan penuh ambisi. Ia tetap menarik kakaknya agar keluar menemaninya. Namun ia di cegah lagi, kini kakak dan neneknya ikut menghentikannya. Ia berlari kesana-kemari menyelinap di antara orang-orang yang sedang menikmati hidangan dan indahnya alunan musik.
Semua tertawa ria melihatnya. Bagi mereka anak kedua sekaligus putra kesayangan ceo perusahaan itu pintar dan menggemaskan. Anak enam tahun itu akhirnya menyelinap keluar dari villa. Pengawal yang di khsuskan untuk menjaganya segera berlari keluar untuk menghentikannya karna anak kecil itu tidak di ijinkan keluar.
Anak berusia enam tahun itu berteriak senang ketika ia telah berhasil keluar villa dan kini berada di halamannya, saat pengawalnya datang dari dalam villa anak itu seketika melihat bayangan. Selain pintar anak enam tahun itu juga pintar dan pemberani. Ia penasaran dengan bayangan itu dan mencoba menyusulnya untuk mencari siapa gerangan pemilik bayangan itu. Dan masuk ke dalam kebun jati yang begitu dekat dengan villa.
"BRUUKK..."
Anak enam tahun itu terjatuh dan kakinya keseleo membuat dirinya tidak mampu menggerakkan kakinya apalagi berdiri. Di intipnya di sekeliling. Anak kecil itu penasaran, dimana gerangan bayangan tadi menyelinap? Mungkinkah itu hantu? Atau orang? Anak itu tak habis fikir. Sekali lagi anak enam tahun itu mengintip ke arah villa. Jangan-jangan ada pengawal yang mencarinya.
"Haruskah ku takuti pengawal itu?"
Gumamnya dalam hati. Namun kakinya sedang keseleo sakit untuk di gerakkan, lebih baik memanggilnya agar pengawal itu menggendongnya masuk ke villa. Namun yang keluar adalah kakaknya, adek dua bulan sedang di gendongnya, pasti si kakak ingin memancing si anak enam tahun agar mesuk ke dalam bersama dedek bayi. Karna tadi dia keluar karna di larang mengganggu si dedek bayi.
"Mungkinkah kakak juga ingin menikmati cahaya bulan di luar?"
Gumam si anak enam tahun itu dalam hati. Anak enam tahun itu merasakan kakinya sakit tidak bisa di gerakkan. Ia melihat kakaknya menoleh ke sana ke mari. Pasti sedang mencarinya. Anak enam tahun itu hendak berteriak agar kakaknya tahu bahwa dirinya berada di semak-semak di antara pepohonan jati. Namun sebelum ia berteriak tiba-tiba villa itu meledak,seperti ledakan bom, lalu kemudian semburan api mengudara bersamaan dengan jeritan dan rintihan histeris orang yang memilukan. Kobaran api mengudara melahap seluruh isinya.
Anak enam tahun itu sock melihatnya, di lihatnya sang kakak masih berdiri di halaman villa dengan wajah pucat dan terkejut. Sementara si bayi di gendongan si kakak 14 tahun itu masih tertidur lelap sama sekali tidak terbangun.
Kemudian lima orang lelaki muncul dari balik pepohonan jati itu. Salah satu di antaranya berbadan tinggi tegap.Satu gendut berkepala botak. Satu berkulit sawo matang dengan perawakan sedang. Satu berhidung mancung, bahkan terlalu mancung sehingga seperti ada yang salah pada wajahnya. Sementara satu lagi kulitnya hitam.
Anak kecil enam tahun itu memperhatikan kelima orang itu. Bagaimana pun ia belum pernah bertemu dengan kelima orang itu, lalu mereka mendekati kakaknya yang sedang menggondong bayi dua bulan itu. Dengan gemetar gadis kecil itu hendak berlari, namun tidak sempat, salah satu dari lima orang itu menarik bayi dua bulan itu dari tangan si gadis kecil. Tanpa memberi jeda lelaki berhati iblis itu melempar si bayi ke dalam kobaran api. Bayi kecil itu menjerit. Tangisannya begitu kuat memecah keheningan malam, namun tangisan itu di sambut gelak tawa lima lelaki biadab itu. Semakin lama tangisannya semakin lemah hingga tiada terdengar lagi.
Sementara si kakak yang tidak sempat berlari itu berusaha melawan saat tangan kekar menampar wajahnya. Lalu yang lain menendangnya hingga terjatuh telungkup ke tanah. Gadis kecil itu menjerit kesakitan, namun tiada ampun. Kaki para penjahat itu menendanginya dengan kejam, lalu menyeretnya, lalu menendangnya lagi, menginjaknya hingga gadis kecil itu pingsan. Setelah pingsan gadis itu di lempar ke dalam kobaran api. Kelima lelaki itu tertawa puas.
Anak kecil enam tahun itu ingin berlari dan memukul ke lima penjahat itu. Namun sama sekali ia tidak bisa menggerakkan kakinya yang keseleo. Ia ingin berteriak dan mencaci maki para penjahat itu. Namun tiba-tiba ada yang menutup mulutnya. Tangan kecil dan dingin. Anak enam tahun itu menoleh, di lihatnya seorang anak lelaki yang sedikit lebih besar darinya. Anak lelaki itu menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan agar dirinya diam.
Namun anak enam tahun itu tidak peduli. Ia begitu marah dan ingin menjerit mencabik-cabik ke lima lelaki yang sudah menghabisi keluarga dan yang semua ia miliki. Namun anak itu menutup mulut dengan paksa bahkan kini dengan memeluk tubuhnya agar diam dan tenang.
Anak enam tahun itu menangis melihat semua kejadian malam ini. Adik kecilnya, dan kakaknya semuanya ia tak sanggup, kepalanya terasa pusing, jeritan orang-orang dari dalam villa itu terdengar mengerikan. Anak enam tahun itu tidak sanggup. Jantungnya terasa mau copot semua terasa lemas dan sakit.
Cahaya rembulan malam itu menjadi saksi, saksi atas semua kejadian di villa green palace malam itu.
Setelah tiada lagi suara apapun dari kobaran api itu kelima penjahat itu memastikan bahwa semua lenyap tanpa petunjuk apapun. Kemudian kelima lelaki itu menambahi bensin untuk membuat semuanya hilang tanpa jejak dan ini akan menjadi berita kebakaran.
"Aku juga sedih, keluargaku juga terbakar dalam villa itu."
Bisik anak lelaki yang menutup mulut si anak lelaki enam tahun tadi. Malam itu benar-benar mengerikan. Tak sanggup lagi anak enam tahun itu pingsan tidak sadarkan diri. Anak itu terlalu sock dan terkejut menyaksikan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments