Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibalik Suasana yang Tenang dan Damai
Kotaro Tsuchiya adalah guru yang mengajar mata pelajaran "Sihir" di Akademi Altais. Ia sebaya dengan Kojiro, namun karakter mereka sangat berbeda. Kotaro dikenal sebagai sosok yang adil, tegas, dan bijaksana. Ia tidak pernah memihak atau merendahkan siswa-siswanya, menjadikannya panutan yang dihormati di kalangan murid. Sebagai guru, ia berkomitmen untuk membimbing generasi baru agar menjadi lebih kuat dan berbakti kepada dunia sihir. Walaupun memiliki kemampuan sihir tanah khas Clan Tsuchiya yang sangat kuat, ia lebih memilih menjadi seorang guru akademi ketimbang seorang Kesatria Suci. Baginya, menjadi pahlawan tidak harus selalu berada di garis depan; mendidik dan membentuk generasi baru sudah cukup mulia untuknya.
Di Kelas Sihir Bersama Kotaro Tsuchiya
Suatu hari yang tenang, Kotaro berdiri di depan kelas dengan tenang, menghadap para murid yang menanti penjelasannya tentang sihir tingkat lanjut. Dengan suara yang tenang namun berwibawa, ia mulai menjelaskan konsep-konsep sihir lanjutan yang menarik perhatian para murid.
Kotaro: "Hari ini kita akan mempelajari sihir tingkat lanjut—sebuah seni yang memungkinkan penyihir menciptakan elemen baru atau memperkuat elemen dasar mereka. Elemen seperti api, petir, dan cahaya memiliki kekuatan luar biasa, dan bisa menjadi lebih dahsyat ketika ditingkatkan."
Kotaro melanjutkan sambil menunjukkan beberapa bentuk sihir tersebut.
Kotaro: "Misalnya, untuk mereka yang memiliki elemen api, ada kemungkinan untuk mengubah apinya menjadi magma. Tapi, perlu kalian ketahui, tidak semua penyihir api mampu membangkitkan kekuatan seperti itu. Bahkan, Kesatria Api saat ini pun belum memiliki kemampuan ini."
Ia melihat antusiasme para murid yang semakin tinggi.
Kotaro: "Kemudian, untuk elemen petir dan cahaya, mereka memiliki kemampuan bergerak dengan sangat cepat, secepat kilat atau cahaya itu sendiri. Konon, mereka yang menguasai tingkat lanjutan ini dapat menciptakan portal dimensi, memungkinkan mereka untuk berpindah tempat dalam sekejap mata. Tapi, sejauh ini, hanya sedikit orang di dunia yang mampu mencapai tingkatan tersebut."
Ia menarik napas dan kemudian beralih ke elemen angin.
Kotaro: "Sihir angin tingkat lanjut memungkinkan penggunanya menyerap energi alam, memberi mereka kekuatan, kecepatan, dan kemampuan penyembuhan yang luar biasa. Walaupun semua pengguna elemen angin memiliki potensi untuk membangkitkannya, usaha dan latihan yang luar biasa keras diperlukan."
Kotaro tersenyum saat beberapa murid mulai mencatat dengan tekun.
Kotaro: "Untuk elemen air, ada potensi untuk memadatkan air menjadi es yang kuat. Sama seperti angin, elemen ini bisa dibangkitkan oleh siapapun dengan elemen air, namun memerlukan tekad dan latihan keras."
Kemudian, Kotaro beralih ke elemen tanah, elemen miliknya sendiri.
Kotaro: "Dan bagi yang memiliki elemen tanah, sihir tingkat lanjut dapat menciptakan elemen-elemen baru. Contoh yang paling terkenal adalah sihir pasir besi, ciri khas dari Clan Tsuchiya." Kotaro menggerakkan tangannya, dan pasir besi mulai berkumpul di udara, membentuk pedang dan pisau.
Para murid menyaksikan dengan kagum.
Kotaro: "Sihir ini memungkinkan kita untuk mengendalikan serbuk besi dan membentuknya sesuka hati. Namun, kemampuan ini jarang dimiliki orang lain selain clan saya, meskipun tidak mustahil."
Ia menutup pelajarannya dengan elemen tanah yang unik.
Kotaro: "Elemen lanjutan lainnya dari tanah adalah sihir tumbuhan dan kayu, tetapi hanya sedikit orang yang mampu menguasai elemen ini. Salah satu yang berhasil membangkitkan kekuatan ini adalah Kesatria Tanah kita saat ini, Yuyu Tsuchiya."
Sementara itu, jauh dari tempat tersebut, di sebuah lembah terpencil yang dikenal sebagai Necro Valley, keadaan sangat berbeda. Necro Valley adalah tempat yang suram dan penuh kegelapan, dipenuhi energi jahat yang hampir dapat dirasakan di udara. Di sana, tidak ada kedamaian. Sebaliknya, hanya ada ancaman dan aura mematikan yang selalu mengintai. Lembah itu adalah rumah bagi iblis-iblis yang kuat dan tak kenal ampun, para penjaga yang siap melindungi tempat tersebut dari siapa pun yang mencoba mengganggunya. Kedamaian di Akademi Altais terasa seperti mimpi yang kontras dengan kegelapan dan kekejaman yang ada di Necro Valley.
Di lembah tersebut, kelompok Tartaros—sebuah organisasi yang terdiri dari sekitar 200 penyihir kuat dan ambisius—berusaha memasuki wilayah terlarang itu dengan satu tujuan: mencapai pusat Necro Valley dan menaklukkan kekuatan yang tersembunyi di dalamnya. Namun, perjalanan mereka bukanlah perjalanan biasa. Begitu mereka mulai menembus lembah, para penjaga iblis bangkit, menyambut mereka dengan serangan yang mematikan.
Pertarungan antara kelompok Tartaros dan para penjaga iblis pun dimulai dengan brutal. Iblis-iblis yang menjaga Necro Valley muncul dengan berbagai bentuk yang mengerikan, ada yang berwujud seperti binatang buas dengan taring dan cakar yang tajam, ada pula yang besar dengan tubuh hitam pekat yang mampu menyerang dengan sihir kegelapan. Setiap langkah yang diambil Tartaros harus dibayar mahal, dan setiap penyihir yang tertinggal terlalu lama segera disergap oleh iblis penjaga.
Para penyihir Tartaros menunjukkan kehebatan mereka dengan memanipulasi elemen-elemen yang mereka kuasai. Beberapa di antara mereka menggunakan sihir api yang menyembur dalam gelombang panas, berusaha membakar para iblis penjaga yang menghalangi jalan mereka. Sihir api ini melesat seperti ular-ular api, melilit tubuh iblis-iblis yang mendekat dan menghanguskannya. Namun, iblis-iblis tersebut memiliki pertahanan yang cukup kuat, dan meskipun tubuh mereka terluka, mereka tetap menyerang tanpa gentar.
Sementara itu, beberapa penyihir elemen angin memanipulasi udara di sekitar mereka, menciptakan puting beliung yang kuat untuk menyeret para iblis keluar dari medan pertarungan atau menghantam mereka dengan kekuatan angin yang tajam. Namun, iblis-iblis penjaga Necro Valley terbiasa dengan kekuatan angin yang keras, dan sebagian dari mereka bahkan mampu menyerang balik dengan melompat ke dalam pusaran angin, lalu melepaskan cakar tajam ke arah penyihir yang menciptakan badai tersebut.
Ada pula penyihir elemen tanah yang berusaha memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membuat benteng pertahanan. Mereka mengangkat tanah dan batu, membentuk tembok besar yang bertujuan untuk melindungi anggota Tartaros lainnya dari serangan langsung para iblis. Namun, iblis-iblis penjaga dengan tubuh besar dan kuat menghancurkan tembok itu dengan mudah, membelahnya dan memukul balik para penyihir tanah yang mencoba bertahan di belakangnya.
Pertarungan berlangsung dengan intensitas yang luar biasa. Para penyihir Tartaros memberikan segalanya, menggunakan sihir mereka hingga batas terakhir, bahkan sampai ke titik di mana stamina dan energi sihir mereka hampir habis. Para penjaga Necro Valley terus berdatangan, seakan tak ada habisnya, dan kekuatan mereka begitu menakutkan, menyeret lebih banyak korban dari kelompok Tartaros. Jeritan dan teriakan memenuhi udara, sementara anggota Tartaros jatuh satu per satu dalam pertempuran yang tak terhindarkan ini.
Akhirnya, setelah berjuang dengan susah payah dan kehilangan banyak rekan, hanya tersisa sekitar 20 orang dari kelompok Tartaros yang masih bertahan. Mereka yang masih hidup berdiri dengan napas terengah-engah, darah dan keringat membasahi tubuh mereka, sementara pandangan mereka terpaku ke satu titik. Di pusat lembah yang gelap itu, sosok yang mereka cari akhirnya muncul.
Di tengah kegelapan, berdiri Kuroten, Sang Pemimpin Pasukan Iblis, dengan tatapan dingin dan aura kegelapan yang melingkupinya. Dengan hanya 20 orang yang tersisa, para penyihir Tartaros berdiri di hadapannya, menyadari bahwa mereka kini berada di hadapan ancaman terbesar yang pernah ada. Tujuan mereka telah tercapai, namun harga yang harus mereka bayar untuk mencapainya sangat besar.
Bagaimana pertemuan ini akan berlanjut, apa yang akan terjadi di antara Tartaros dan Kuroten, masih menjadi misteri yang menanti untuk terungkap.