(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seharusnya....
Marchel tiba di sebuah Food court tempatnya melihat seorang wanita hamil yang mirip dengan Sheila. Langsung bertanya pada beberapa pemilik kios makanan sambil memperlihatkan foto Sheila. Namun, tak ada satu pun yang mengaku mengenal sosok gadis yang ada di dalam foto itu. Marchel pun semakin frustrasi dibuatnya.
Membuka daftar kontak di ponselnya, Marchel mencoba menghubungi Sheila. Namun, baik telepon atau pun aplikasi WhatsApp tidak aktif.
Sheila, kau dimana? Maafkan aku sudah meninggalkanmu begitu lama. Aku benar-benar berharap apa yang dikatakan ibu salah. Kau tidak mengkhianatiku, kan? ucap Marchel dalam hati.
Ada rasa sesal yang dalam, atas keputusannya pergi dan menjadi seorang dokter relawan di tempat yang sangat jauh. Akibatnya, bukannya mendapat ketenangan, Marchel malah tidak bisa tenang selama tujuh bulan lebih kepergiannya. Bahkan jaringan telekomunikasi saja tidak ada. Bagaimana bisa menghubungi sang istri. Terlebih, daerah tersebut terisolasi selama wabah melanda, sehingga Marchel tidak dapat kembali lebih cepat.
"Kalau benar Sheila hamil, siapa yang menghamilinya? Apa mungkin Rayhan? Hanya dia satu-satunya teman dekat Sheila. Aku benar-benar berharap semua itu tidak terjadi."
Marchel mencoba menghubungi nomor telepon Rayhan yang sempat diambilnya dari ponsel milik Sheila beberapa bulan lalu. Setelah beberapa kali mencoba, panggilannya tak juga tersambung. Pikiran-pikiran buruk pun mulai menjalar di benaknya, namun segera ditepisnya.
Tidak! Itu tidak mungkin. Sheila adalah gadis baik-baik. Dia tidak akan melakukan itu. Aku yakin mereka semua salah.
Marchel kembali berkeliling, menelusuri jalan itu. Berharap menemukan Sheila di antara banyaknya orang di sana. Sesekali laki-laki itu bertanya pada siapapun yang ditemuinya di jalan, sambil memperlihatkan foto Sheila.
"Kenapa aku sebodoh ini? Seharusnya aku bisa mengendalikan diriku. Seharusnya aku mengenali perasaanku lebih awal. Dan seharusnya aku tidak meninggalkannya sendirian," gumamnya.
Kini, laki-laki itu hanya dapat menyesali keputusannya. Bahkan Bibi Yum yang dipercaya Marchel dapat menjaga Sheila selama kepergiannya telah dipensiunkan oleh ibu.
***
Sheila sedang duduk di sebuah kursi panjang yang menghadap langsung ke pantai. Memandangi deburan ombak yang saling berkejaran. Semilir angin meniup rambut panjangnya yang tergerai.
Tatapannya kosong, hanya ada cairan bening yang menggenangi kelopak matanya. Sesekali wanita muda itu mengusap perutnya, dimana bayi dalam kandungannya bergerak aktif. Setidaknya hanya hal itu saja yang menguatkannya selama ini.
Setelah semua hal buruk yang dialaminya, dikeluarkan dari sekolah secara tidak terhormat, diusir dari rumah suaminya sendiri, dan menghadapi tudingan tetangga sekitar yang memandang sebelah mata dirinya, atas dugaan hamil di luar nikah. Sheila hanya dapat menangisi semuanya.
Jika wanita hamil di luar sana mendapat perhatian lebih, maka Sheila menjalaninya dengan berjuang untuk tetap hidup.
Apa yang akan terjadi padaku setelah anak ini lahir. Aku akan sendirian merawatnya. Apa aku bisa? Bahkan untuk membeli susu hamil pun aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa membesarkannya sendirian. Dan Kak Marchel, dia memilih pergi meninggalkanku tanpa kabar. Ayah, ibu, Kak Shanum... Aku harus apa? Aku akan melahirkan anakku tanpa ditemani siapapun. Aku sendirian...
***
Tanpa rasa lelah, Marchel masih menelusuri jalan-jalan itu dengan harapan menemukan petunjuk keberadaan Sheila. Entah bisikan dari mana, Marchel merasa yakin istrinya ada diantara ratusan orang yang berada di tepi pantai, tidak jauh dari food court tempatnya melihat seorang wanita yang mirip dengan Sheila.
Hingga netranya menangkap seorang wanita dengan rambut panjang berwarna cokelat, sedang duduk seorang diri membelakanginya. Marchel menghentikan langkahnya, menatap punggung wanita itu.
"Sheila?" Entah perasaan darimana, Marchel merasa yakin jika sosok wanita itu adalah Sheila.
Pelan-pelan laki-laki itu maju beberapa langkah, hingga tersisa jarak beberapa meter saja. Bersamaan dengan wanita itu yang baru saja berdiri dari duduknya.
Mata dan mata pun saling bertemu, keduanya membeku, terlihat begitu terkejut. Terlebih Marchel, yang menatap dalam wajah Sheila yang sembab karena habis menangis, dan yang menjadi perhatiannya adalah, perut sang istri yang membesar.
Sedangkan Sheila, hanya dapat menjatuhkan air matanya. Menyadari Marchel yang berdiri di depan sana.
Keduanya pun terdiam dan hanya saling menatap.
****
BEERSAMBUNG
Resiko emak berdaster gabut hobi rebahan sambil baca novel...
ulang" trus novel yg favorit tp gak prnah bosan😁😁
blm bisa move on kk 🤭🤣🤣🤣🤣
nihh kudu balik baca lg 😁😁
/Ok//Good/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/