" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman untuk Mahira
Di salah satu kawasan Hotel megah di Ibu kota, terdapat dua insan manusia yang saling memadu kasih, keduanya kini melepaskan rasa haus dan dahaga akan kenikmatan surgawi yang sudah sangat menggebu, sehingga menjadi candu.
"Sam, aku takut hubungan kita ini di ketahui oleh Mas Sadam!" ucap Alisa sembari bersandar di dada bidang Samuel.
Kemudian Samuel mengecup pucuk kepala Alisa.
"Tenang saja sayang, Sadam tidak akan tahu dengan hubungan kita, aku jamin itu!"
"Kau yakin dengan ucapanmu itu?" balas Alisa.
"Sangat yakin Honey, sudahlah kau tidak usah memikirkan itu, yang terpenting malam ini kita nikmati percintaan yang sangat menggairahkan ini, aku akan membawamu terbang ke awang-awang sampai kau enggan untuk kembali dan terus menetap di sana bersamaku, pokoknya malam ini kau hanyalah milikku, tidak usah kau sebut nama suamimu itu, ngerti!" pinta Samuel.
Alisa pun mengangguk lalu keduanya melanjutkan kembali petualangan mereka yang seolah tidak ingin mereka hentikan, baik Alisa dan juga Samuel, keduanya benar-benar sudah di kendalikan oleh nikmatnya perselingkuhan yang tentu saja suatu saat nanti akan di ketahui oleh Sadam.
Setelah puas melakukan pergumulan yang tak terhitung berapa kali, tubuh Alisa terasa lemas tak bertulang, Sam tersenyum puas karena bisa membahagiakan wanita yang sedari dulu begitu ia cintai.
"Sayang, aku ingin menyampaikan kabar baik padamu, pasti kau sangat menyukainya!"
"Apa itu Sam?" tanya Alisa penasaran. Ia pun mencoba bangkit dari atas tempat tidur dan hanya mengenakan selimut tebal untuk menutupi tubuh polosnya.
"Aku telah mengirim foto istri simpanan suamimu dengan mantan suaminya, mereka berdua terlihat begitu mesra, kebetulan anak buahku berhasil mengabadikan momen itu, dan sengaja aku kirim kepada suamimu, dan aku yakin jika mereka saat ini sedang berseteru, pasti sangat seru! Aku tahu sifat dan watak suamimu itu kalau sudah terbakar api cemburu, pasti tiada ampun bagi si penghianat cinta!" cetus Samuel tersenyum sangat puas.
Alisa pun begitu senang di buatnya, dari lubuk hatinya ia berharap jika hubungan suaminya dengan Mahira bisa segera berakhir, dan Sadam membenci Mahira! Itulah yang selalu di dambakan oleh seorang Alisa.
......................
Sebelum magrib Sadam memutuskan untuk pulang lebih awal, kali ini Sadam memilih pulang ke Apartemen, apalagi masalah Mahira yang telah lancang mengatakan rahasia terbesarnya terhadap Papah nya, seandainya tadi siang ia tidak pandai berkelit, mungkin seharian full ia akan terkena omel, bisa juga berupa hukuman yang tentunya sangat merugikan, Sadam sendiri sudah tidak sabar ingin memberikan hukuman terhadap Mahira.
Setibanya di Apartemen, Hans mencoba memberi saran terhadap Tuannya.
"Tuan, saya harap anda tidak memarahi atau sampai memberikan hukuman terhadap Nyonya Mahira, karena Nyonya saat ini dalam kondisi mengandung anak Tuan!"
"Kau tenang saja Hans, aku hanya sedikit memberinya pelajaran agar Mahira jera dengan kebodohannya, jujur aku masih kesal padanya, tapi aku masih bisa mengontrolnya! Yasudah sebaiknya kau segera pulang Hans, besok jangan lupa jemput aku jam tujuh pagi,karena besok akan ada perjalanan ke Kalimantan untuk meninjau lokasi pengolahan hasil pertambangan." tegas Sadam.
"Baik Tuan, nanti saya akan menyiapkan beberapa berkas penting mengenai proyek tersebut, anda tidak perlu khawatir, lebih baik Tuan selesaikan dulu masalah Tuan dengan Nyonya Mahira, ingat ya Tuan dengan pesanku yang tadi!" cetus Hans seenaknya memerintah Sadam."
"Cih, kau jangan belaga menjadi pahlawan kesiangan untuk Mahira, kau fikir aku tega menyakiti Istriku yang sedang mengandung benih dariku? yasudah lah Hans, enyahlah kau hadapanku! Lama-lama aku muak dengan dirimu!" usir Sadam.
Hans pun tidak mau memperkeruh suasana hati Tuannya, ia bergegas pergi meninggalkan Apartemen.
Dengan langkahnya yang cepat,Sadam bergegas naik lift agar segera tiba di lantai dua puluh, sambil termenung tiba-tiba saja terlintas hukuman seperti apa yang akan ia berikan untuk Mahira, Sadam pun sampai tertawa geli atas ide nya tersebut.
Bel pintu pun berbunyi, Mahira sudah menduganya jika di balik pintu tersebut pasti suaminya yang telah pulang, Mahira sendiri merasa sangat cemas jika seandainya istri pertamanya Tuan Sadam mengetahui pernikahan rahasianya ini, entahlah akan seperti apa jadinya? apakah ia harus menetap bersama Tuan Sadam? Atau malah sebaliknya, yakni Menghilang dari kehidupannya. Dengan perlahan Mahira membuka pintu Apartemen. Dan benar saja jika Sadam lah yang datang dengan raut wajah yang tidak mengenakkan, wajah masam nya sengaja Sadam tunjukan kepada Mahira, sampai-sampai Mahira merasa heran.
'Ada apalagi dengan dirimu Tuan? Kenapa wajah anda di tekuk seperti itu? Apakah aku telah membuat masalah lagi? Aarrkkhhh aku tidak mau memikirkannya, yang ada nanti kepalaku menjadi pusing!' keluh Mahira di dalam hati.
Kemudian Mahira mengekori suaminya menuju kamar mereka, dengan di sertai rasa cukup takut.
Sedangkan Syifa sedang asyik bermain boneka Barbie dengan Bik Inah, padahal tadi Mahira juga ikut bermain dengan Syifa. Namun dengan terpaksa harus mengakhirinya karena Suaminya kini telah pulang, ada rasa sedih dari raut wajah Syifa, namun ia berusaha untuk selalu tersenyum karena tidak ingin melihat ibunya bersedih.
'Bunda, apakah Papah Sadam baik sama bunda? Apakah bunda bahagia tinggal bersama Papah Sadam? Semoga saja Papah Sadam tidak seperti Ayah!' batin Syifa penuh harap.
Setelah magrib, Kini mereka makan malam bersama dalam satu meja, Syifa cukup tegang saat berhadapan dengan Sadam, apalagi tampang Papah sambungnya sedari tadi selalu saja di tekuk, bahkan tidak berbicara satu patah katapun dan hanya diam membisu terutama terhadap Mahira, kali ini Suaminya benar-benar telah mendiamkannya.
Selesai makan malam, Sadam malah pergi ke ruang perpustakaan, dan lagi-lagi ia tidak berkata apapun terhadap Mahira, sehingga rasa takut di dalam dirinya kian menyeruak, ia takut jika seandainya perkataannya kemarin kepada Tuan Hito telah sampai ke telinga suaminya, jika itu semua benar! maka tamatlah riwayatnya.
Kali ini Mahira mencoba menenangkan dirinya yakni dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran untuk Syifa, karena sebentar lagi Syifa akan masuk ke sekolah barunya.
Hampir satu jam lebih Mahira memberikan materi kepada putrinya yang masih menginjak enam tahun tersebut, namun lama kelamaan Syifa mulai mengantuk karena lelah, hingga akhirnya Syifa memutuskan untuk tidur dan di temani oleh Ibunya.
Setelah Syifa tertidur pulas, Mahira meminta Bik Inah untuk menemani putri kecilnya, Bik Inah pun langsung menyanggupinya.Biasanya jika Tuan Sadam tidak pulang, maka Mahira tidur di kamar Syifa, menemani putri kesayangannya.
Setibanya di kamar, Mahira cukup terkejut saat mendapati Sadam sudah berada di atas ranjang tempat tidur dengan punggung masih bersandar di dashboard tempat tidur.
Sadam yang saat itu sedang asik bermain dengan benda pipih miliknya, tiba-tiba pandangannya beralih ke arah Mahira, di tatapnya ia dengan sinis.
"cepat kau kesini, ada yang ingin aku tanyakan padamu." perintah Sadam sedikit membentak.
Dengan perasaan gugupnya, Mahira perlahan mendekat, lalu duduk di samping ranjang tempat tidur.
"I iya T tuan adakah yang bisa saya bantu?" tanya Mahira mencoba merayu.
Sadam sendiri tersenyum senang melihat Mahira seperti itu.
'pantas saja Si brengsek Danu begitu mudah nya mengelabui mu, Mahira! Kau telah di tipu mentah-mentah oleh mantan suamimu, itu karena kau terlalu polos atau bisa juga di sebut bodoh!' batin Sadam seolah mengejek.
"Kenapa kau mengatakan rahasia kita terhadap papahku hah? Kau berani denganku! Kau sudah bosan hidup rupanya hah?" bentak Sadam dengan sengaja, padahal hatinya tidak tega memperlakukan Mahira dengan cara seperti itu.
Tubuh Mahira mendadak gemetar karena takut.
"Tolong maafkan saya Tuan, Saya mengaku salah!" sahut Mahira sembari mengatupkan kedua tangannya.
Tiba-tiba saja Sadam malah tersenyum menyeringai.
"Baiklah, jika kau ingin maaf dariku, lakukan sesuatu yang bisa membuatku senang!" pinta Sadam tersenyum puas
Mahira malah memasang wajah bingungnya."Bagaimana caranya Tuan?" tanya Mahira sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kali ini Mahira terlihat sangat bodoh di depan Sadam.
"Ya kamu fikir sendiri lah, hal apa yang bisa membuatku senang!" sungut Sadam sengaja membuat Mahira kebingungan
Kemudian Mahira mulai berfikir, ia terus memutar otaknya, hingga akhirnya ia menemukan jawabannya.
"Apakah Tuan mau memaafkan kesalahanku jika aku bisa membuat anda senang?" tanya Mahira dengan serius, netranya kini fokus memandang ke arah Suaminya
"Good girl, itu kau tahu!" sahut Sadam sambil mengulum senyum. Kali ini ia sudah tidak sabar, tindakan apa yang akan Mahira lakukan untuk bisa membuatnya senang.
karena Mahira merasa bersalah atas masalah yang telah ia buat, ia pun tidak peduli lagi mengenai soal harga diri nya dan juga rasa malu, dengan cepatnya Mahira duduk di atas kedua pangkal paha Sadam, dengan beraninya ia melingkarkan kedua tangannya di sekitar leher suaminya, sontak Sadam pun terkejut.
"Apakah dengan cara seperti ini yang bisa membuat anda senang, Tuan?" tanya Mahira dengan wajahnya yang merona, Mahira sangat malu atas sikapnya kali ini.
"Itu kau tahu Mahira, kamu harus pandai menyenangkan suamimu, itu salah satu kunci dirimu masuk surga, faham kamu!" sungut Sadam malah menceramahi Mahira.
"Iya Tuan!"
Dan pada akhirnya, kali ini Mahira lah yang memegang kendali atas malam yang sangat memabukkan ini, Sadam pun di buat takluk oleh sosok Mahira yang menurutnya sangat agresif dan membuat dirinya seolah tidak ingin berhenti dan terus menyelami telaga indah yang sangat membuatnya selalu menggelora.
'Dasar otak mesum, apakah anda tidak bosan setiap hari menggerayangi ku, setiap hari meniduri ku? Aku lelah dan capek!" gerutu Mahira dalam hati.
Bersambung
🍁🍁🍁🍁🍁