Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Pergi dari Hidupku!
Awalnya Gavin tak mau. Ia selalu menolak Marsha. Namun Marsha semakin membuat Gavin tak berkutik. Hingga entah bagaimana, Gavin malah semakin terbiasa dan menikmati di saat ia berada dalam jebakan yang Marsha ciptakan untuknya.
Gavin selalu bersikap dingin pada Marsha, namun tidak saat Gavin sedang menyentuh Marsha. Wajah dan sikap dinginnya berubah. Menjadi hangat dan penuh hsr at.
Gavin tidak bisa berbohong, ia menikmati perselingkuhan ini. Ia merasakan hidupnya semakin indah dengan adanya Marsha di dalam kehidupannya.
Bahkan setelah bersama Marsha, ia mendapatkan promosi untuk naik jabatan. Gajinya bertambah, namun memang ia menjadi semakin sibuk. Ia sering kali harus ke luar kota atau luar negeri untuk perjalanan dinas. Di saat perjalanan-perjalanan itulah Marsha selalu diam-diam ikut serta. Sehingga saat perjalanan dinas yang biasanya berlangsung selama satu minggu saja, menjadi satu minggu lebih bahkan dua minggu.
Pulang bekerja setiap harinya, Gavin selalu mengatakan bahwa ia lembur hingga ia akan pulang saat larut malam, padahal tidak selalu ia harus lembur bekerja. Kebanyakan, alasan ia harus pulang larut adalah pergi menemui Marsha di apartemennya.
Dan kabar baik bagi Gavin, Renata tak pernah mengetahuinya. Perselingkuhannya tertutup dengan begitu rapi di belakang sang istri. Renata sendiri juga tak pernah mencurigai apapun.
Tanpa terasa semua sudah berlangsung selama setahun sekarang. Gavin semakin pandai menyembunyikan semuanya. Namun meskipun ada Marsha, pemilik hatinya tak berubah. Tetap, Renata yang berada di singgasana tertinggi hatinya.
Di hati kecilnya, ia merasa bersalah. Ia ingin terlepas dari jurang pengkhianatan ini. Tapi Gavin tetap tak bisa memutuskan. Gavin mencintai Renata, dan di saat yang bersamaan meskipun ia belum mau mengakui, di hatinya Marsha juga sudah menduduki tempat yang penting baginya. Ia semakin terbiasa dengan dua wanita yang ada di kehidupannya itu. Hingga Gavin berpikir tak bisa kehilangan keduanya.
Setiap hari ia semakin bimbang, ia seperti menunggu dengan harap-harap cemas sebuah bom waktu akan meledak. Tapi ia tak tahu kapan itu akan terjadi dan menghancurkan semuanya. Yang ia tahu jika itu terjadi, satu yang tidak boleh terjadi yaitu ia tak boleh kehilangan Renata dan sang putra Nathan.
***
Dini hari, Renata sudah terbangun. Ia bangun lebih pagi dan bersiap untuk study tour sang putra yang akan dilakukan hari itu. Ia berinisiatif membuat cup cake untuk ia bagikan pada teman2 Nathan nanti saat dalam perjalanan.
Ketika sedang menyiapkan cup cake, Renata mendengar apartemennya diketuk. Ia melihat di layar pipih yang tergantung di sisi lemari pendingin, ada Vino berdiri di depan pintu apartemennya. Renata bertanya-tanya ada apa Vino datang sepagi ini?
Renata sudah bertekad, ia akan mengakhiri semua ini. Jalan berbelok yang ia lalui, tak akan ia lalui lebih jauh. Ia akan kembali ke jalan utama dan kembali pada kebenaran.
Renata pun menghela nafas panjang sebelum membuka pintu itu, mempersiapkan tekadnya agar tidak goyah. Saat pintu terbuka Vino tersenyum cerah padanya.
"Pagi, Mbak. Aku mau balikin wadah yang kemarin," ujar Vino.
Dengan wajah dingin Renata meraih wadah itu dan bersiap menutup pintu. "Maka..."
Tiba-tiba Vino mendorong Renata masuk dan memojokkannya ke tembok. Vino memperhatikan tak ada sosok Nathan di sana. Segera saja Vino mencium Renata dengan begitu berga irh. Tangannya tak mau kalah, sontak meraih bukit kembar Renata dengan kedua tangannya dan meremasnya dengan gemas.
Sontak Renata mendorong keras tubuh Vino.
Plak!
Keduanya tercengang saat tangan Renata menampar pipi Vino sebelah kiri. Renata tak bermaksud melakukannya namun entah mengapa ia bertindak di luar kendalinya. Ia tak menyangka, ternyata ia bisa juga tetap bersama logikanya dan menghentikan keinginan tersembunyinya untuk menyambut apa yang Vino lakukan.
"Mbak, kenapa..."
Nafas Renata menderu. "Aku minta kamu berhenti nemuin aku!" tegas Renata.
"Aku pengen ketemu Mbak dulu sebelum aku pergi. Hari ini aku berangkat ke Kuala Lumpur buat kerja. Kita gak akan ketemu beberapa hari, Mbak. Aku gak mau kalau pas lagi pergi tiba-tiba kangen sama Mbak. Makanya aku nemuin Mbak sepagi..."
"Kamu kira kita ada di dalam hubungan apa sampai kamu harus kayak gini dulu sebelum kamu pergi?" sela Renata dengan nada membentak. "Aku bahkan gak kenal siapa kamu! Sekarang udah cukup. Aku gak mau ngelakuin ini lagi. Tolong kamu pergi dari hidup aku!" tegas Renata lagi.
Vino terhenyak, "tapi kenapa? Kemarin Mbak sendiri yang datengin aku."
"Aku tahu! Aku salah! Tapi aku udah sadar sekarang. Aku seorang istri. Aku seorang ibu. Aku gak mau Nathan punya ibu seorang yang suka berselingkuh. Terus suami aku, dia lagi kerja sekarang. Dia cari nafkah buat aku sama Nathan. Dia setia sama aku. Tapi apa yang aku lakuin di belakang dia? Keluarga aku selalu baik-baik aja selama ini. Tapi kehadiran kamu bikin aku ngekhianatin Gavin, khianatin Nathan," Setetes air mata Renata mengalir di pipinya. "Tolong jangan ganggu kehidupan rumah tangga saya lagi. Saya mohon?"
Vino begitu kecewa mendengarnya. Namun ia tahu apa yang Renata katakan memang benar. Ia sendiri tersadar, tak seharusnya ia mengusik rumah tangga orang lain. Apalagi ia melakukan semua ini hanya karena Renata mirip dengan Rania.
Renata pun mendorong tubuh Vino keluar dari rumahnya. "Pergi dari sini, anggap aja kita gak pernah saling kenal."
Pintu pun tertutup tanpa satu patah kata perpisahan apa pun dari Vino.
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞