Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Kak Din, makan dulu yuk. Masih ada 1,5 jam lagi filmnya mulai" ajak Davina menarik tangan Dini. Davina mulai mencari restoran yang menggugah seleranya. Dimas hanya mengikuti kemana adiknya itu pergi.
"Yang itu bagaimana, Kak?"
Davina menunjuk sebuah restoran jepang yang berada dipojok bangunan Mall. Meski berada dipojok tapi tidak mengurangi kehadiran pengunjung.
"Boleh"
"Kak Dimas gimana?" tanya Davina sedikit mencondongkan tubuhnya melihat Dimas.
"Hemm" hanya itu jawaban Dimas.
Mereka bertiga berjalan beriringan menuju restoran tersebut. Saat makin dekat, seseorang yang Dimas dan Dini kenal baru saja mau keluar dari restoran.
"Astaga, ada Roni. Bagaimana ini, Pak?" Dini mulai kebingungan, Resah. Bisa menjadi trending topik mereka berdua besok.
"Tinggal ketemu aja kan" ucap santai Dimas.
Plak! Dini memukul lengan Dimas membuat laki-laki itu kaget.
"Kamu belum nikah aja sudah KDRT ya" kata Dimas dengan penekanan.
"Bapak soalnya ngeselin" Jawab Dini sedikit berbisik.
"Oiya, Vin, Kak Dini ke toilet dulu ya. Pesankan saja makanan yang sama denganmu tapi jangan pakai daun bawang" lanjut Dini.
Davina yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk dan memberi jempol. Tepat didepan pintu restoran, Roni melihat dosennya dan langsung menyapa.
"Loh, ada Pak Dimas. Sama siapa Pak?"
"Adik" jawab Dimas, santai. Roni langsung memperhatikan Davina.
"Oh. Baik, Pak. Silahkan" kata Roni sedikit menggeser tubuhnya untuk memberi jalan ke Dimas dan Davina. Melihat Roni tidak menghalangi jalannya lagi, Dimas mengajak Davina masuk ke restoran.
"Dosen lo" tanya teman Roni yang disebelah kanan.
"Yoi, tapi terkenal galak, guys. G segan segan kalau ngasih nilai E" Kata Roni.
"Yuk, cabut" lanjut Roni dan dianggukin kedua temannya.
Dini baru saja keluar dari kamar mandi, untuk mengantisipasi, Dini berjalan pelan dan memperhatikan sekitarnya jangan sampai ada teman kampusnya yang melihat mereka bersama.
"Huft, aman" ucap Dini setelah berhasil duduk dibangkunya. Posisi Dini duduk didepan Dimas sedangkan Davina berhadapan dengan bangku kosong.
"Kak Dini, kenapa?" Davina merasa keheranan dengan Dini yang tiba-tiba datang dengan muka was-was.
Dini menoleh dan tersenyum " Gak papa, Vin. Ayo, kita makan keburu dingin ramennya"
Dini segera menyendok ramennya dan memakannya. Dini tidak peduli di depan dia duduk, ada Dimas.
"Makan itu pelan-pelan ntar keselek" ucap Dimas. Dini memutar matanya malas.
"Sok perhatian banget" gumam Dini masih melahap makanannya.
Setelah selesai makan, mereka pergi shalat dulu karena sudah memasuki waktu Dzuhur. Selesai Shalat baru mereka pergi ke bioskop.
"Kak Dini sama Kak Dimas mau pesan apa?" Davina mengambil inisiatif memesan minuman dan cemilan.
"Heem, apa ya. Kak Dini ice lemon tea aja deh, Vin. Untuk Popcorn mungkin beli yang besar aja kali ya biar kita makan bareng-bareng" ide Dini.
"Ehm, Boleh, Kak. Kak Dimas gimana?" tanya Davina kembali ke Dimas yang lagi sibuk main hp.
"Samain aja"
"Oke" jawab Davina. Dimas mengangkat kepalanya ketika Davina mengulurkan tangan.
"Apa?"
"Uangnya mana?" Kata Davina sambil nyengir kuda.
"Astagfirullah, Kakak fikir kamu yang bayar soalnya punya inisiatif mesanin kami" ucap Dimas sambil mengeluarkan uang merah dari dalam dompetnya.
"Kalau buat traktir Kak Dini aja ada seh tapi ini Kak Dimas tiba-tiba ikut. Bisa habis uang Vina" keluh Davina. Dini yang mendengar percakapan kakak beradik ini tersenyum. Perdebatan saudara kandung yang Dini tidak pernah rasakan.
"Alasan aja. Ini uangnya"
"He he he. Makasih Kakakku tersayang" kata Davina sambil berlalu menuju counter makanan.