PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih dibahas
Sean dan Ziyan tertawa terpingkal pingkal setelah mendengar apa yang sudah terjadi pada acara makan malam orang tua Dewa Deva dengan relasinya.
Pagi ini mereka sengaja mampir ke ruangan Dewa dan Deva juga ada di sini.
Deva menceritakan dengan lancar makna pertemuan orang tua mereka tadi malam.
"Harusnya gadis club itu dijodohkan denganmu, Va," ejek Sean dalam tawanya.
"Ya, mau sama Dewa atau Deva ngga masalah. Siapin aja pipi lo, Va," kekeh Ziyan. Sean sudah menceritakan tragedi di club dengannya.
"Kalian memang jodoh," sambung Ziyan lagi.
Deva meringis mendengarnya. Sedangkan Dewa hanya tersenyum miring.
"Kamu belum lihat, sih, penampilannya waktu di club. Seksi abis," decak Sean.
"Makanya aku tergoda untuk menciumnya," jujur Deva mengaku.
Jadi aku dapat bekas Deva? decih Dewa dalam hati ngga terima.
"Hanya cium pipi, Wa, nggak lebih. Itu juga cuma sekilas aja," sambung Deva seakan mengerti apa yang ada di dalam pikiran Dewa.
"Atau kamu sama Nagita aja, Wa. Biar Deva lebih mudah digampar gadis club itu," usul Ziyan masih dalam derai tawanya. Sean pun tambah keras memperdengarkan suara tawanya. Membayangkan nasib buruk Deva nantinya.
"Sembarangan," kecam Deva dan dengan reflek men gelus pipinya.
"Boleh juga," sambut Dewa.
"APA?! Kamu, kan, sudah setuju dengan mami dan daddy," kesal Deva melihat sikap plin plan Dewa.
"Yaa...., setidaknya sampai kamu digampar Emily." Dewa memberikan seringai mengejeknya.
"Asem," maki Deva jengkel.
Sean dan Ziyan makin sulit menghentikan deraian tawanya.
Beberapa saat kemudian.
"Kamu beneran ngga suka dengan Nagita? Cantik, lembut, cocok dengan kamu yang bar bar," tanya Sean sambil menatap Deva.
"Menurutku kamu memang yang lebih cocok dengan Nagita, Va. Dia bisa meredam tingkah kamu," sambung Ziyan.
"Kalo sama Emily kamu bakalan berantem terus," ucap Ziyan lagi, seolah bisa meramal masa depan sepupunya.
Deva terdiam sambil mengingat Nagita.
Memang, sih......, tapi.....
Satu wajah galak lagi muncul sekilas.
Ini juga cantik.
Tanpa sadar kedua sudut bibir Dewa ketarik sedikit.
"Mulai pikiran jo rok, tuh," ejek Sean yang melihat kedutan di bibir Deva.
"Sia-lan.....! Nuduh sembarangan aja," ketus Deva ngga terima. Sedikitpun ngga bayangan 2 1 + dalam kepalanya saat ini
Tadi dia tiba tiba saja teringat Vina. Chatnya yang tadi malam sampai sekarang belum dibalas juga. Hanya dibaca saja.
Padahal.Deva ingin tau sudah sanpai dimana progres skripsi anak sahabat mamanya itu.
Malah dicuekin.
Dasar...
"Besok luangkan waktu kalian. Tim voli putra akan tanding dengan tim voli kampus Nagita dan Emiliy," ucap Ziyan mengingatkan
"Kalian akan bertanding juga?" tanya Deva.
Sean menggeleng
"Sejak kalian kuliah ke luar negeri, aku dan Ziyan malas ikut kompetisi. Tau sendiri, Quin nitipin Ziza dan Ruby," ucapnya.
"Harusnya seperti dulu saat kita SMA, ya," sahut Deva. Dulu segala piala yang mengukuhkan kehebatan SMA mereka dalam olah raga, sulit dilengserkan.
"Waktu Malik masih mending. Dia masih bisa mengontrol teman temannya. Tapi setelah generasi Ezra, jadi hancur. Banyak piala yang sudah berpindah," cerita Ziyan. ( Malik anaknya Fazza dan Vanda, Ezra adiknya Ziza-anaknya Kaysar&Gista 😊 )
"Iya," ucap Deva. Dia dan Dewa juga tau hal itu.
Ezra terlalu santai, beda dengan Malik yang serius dan jiwa kepemimpinannya kental sekali.
"Yah, namanya siklus. Bumi saja selalu berotasi," sahut Dewa kalem.
"Jangan apa apa.dihubungkan dengan pelajaran, Wa. Malas aku dengarnya," cela Sean yang masih saja ngakak.
Dewa hanya tersenyum simpul.
"Oke, besok kita pasti datang," ucap Dewa sambil tersenyum penuh arti pada Deva.
"Ya, ya, besok aku siap siap ngasih pipiku buat digampar," cebik Deva kesal.
Tawa keras pun meledak lagi.
Siap siap ketemu lagi nona salah sasaran, batin Dewa dengan senyum smirknya.
"Kita balik ke kantor dulu. Nanti siang makan bareng, ya," usul Sean masih dengan derai tawanya.
"Oke," sahut Dewa, masih dengan senyum smirknya.
*
*
*
"Kenapa cemberut aja," ejek Carmen saat melihat wajah sahabatnya yang menekuk saja sejak dua jam yang lalu.
Emily ngga menjawab, dia menyimpan buku dan pulpennya ke dalam tasnya. Pikirannya masih ngga menentu.
Pesan dari orang yang mengirim foto foto perempuan itu mengganggu konsentrasinya.
Pikirannya ngga tenang
"Kita makan dulu, yuk. Masih ada dua jam lagi buat break," ajak Nanni sambil menyampirkan tasnya.
"Oke. Sudah, jangan mikir yang berat berat," tukas Carmen sambil menggandeng tangan Emily.
"Ohya, kamu sudah tau siapa yang menjahili ban mobil Nagita?" tanya Nanni saat mereka berjalan di lorong kampus yang cukup rame.
"Anak jalanan," jawab Emiliy, seperti yang dia ketahui dari Om Wira
"Aneh, kan. Kok, bisa, anak jalanan masuk area parkiran kampus kalo ngga ada orang dalam yang bawa," tanggap Carmen cepat.
"Empat ban lagi. Niat banget," sambung Carmen.
"Jadi khawatir juga kalo pulang kesorean," tukas Nanni.
"Pihak kampus katanya masih mencari lewat kamera cctv. Karena yang bisa dilihat hanya dua orang anak jalanan itu aja," tambah Nanni geram.
'Lagi pula aneh aja mereka berani banget. Kan, langsung ketahuan. Cepat banget lagi," gemas Carmen.
"Pengawal papa Emiliy sama Nagita, kan, banyak," lanjut Nanni lagi.
"Iya," balas Carmen.
Emily juga heran, selama dia dibully pun, belum pernah sefrontal Nagita.
Memangnya dia buat kesalahan apa?
Seingatnya, saudara satu ayahnya itu terlalu kalem dan ngga suka ikut campur dengan urusan orang lain.
"Satpam kampus sampai harus dimutasi. Kasian juga. Tapi kita, kan, butuh jaminan keamanan," ujar Nanni lagi.
"Papaku sampai ngutus pengawal buat jagain mobilku. Lihat, di parkiran ada banyak pengawal, kan," tukas Carmen sambil mengarahkan tatapannya pada jejeran pengawal yang ada di parkiran. Karena di sana berjejer mobil mobil mewah.
Emily hanya mengangguk. Papanya juga menambah pengawal buatnya selain buat Nagita.
"Hanya yang pake sepeda aja yang ngga butuh pengawal," kikik Nanni sambil menunjuk sepeda gunung yang terparkir pede tanpa dikunci.
Carmen pun terkikik.
"Pernah hilang, nggak, ya, itu sepeda," sela Nanni.
"Emang siapa yang mau ngambil. Dijual paling lakunya ngga nyampe setengah juta," sambung Carmen lagi. Dia dan Nanni pun semakin mengeraskan kikikannya
Emily hanya tersenyum. Kekesalannya bisa dengan mudah lenyap saat bersama dua orang temannya.
"Minimal Aaron naek kawasaki. Pasti keren banget," timpal Nani dalam kekehannya.
"Kalian reseh banget. Siapa tau dia punya mobil sport limited edition di rumahnya," sela Emily. Menurutnya ngga boleh ngejudge seseorang karena penampilan luarnya.
"Dalam mimpi," tawa Carmen yang ditimpali Nanni tambah berderai.
Dasar matre abis, batin Emily sambil tersenyum.
Tapi menurutnya Aaron sangat tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Sama sekali dia ngga terintimidasi dengan kemewahan di sekitarnya. Dia pun aktif di organisasi. Dan anehnya dia ngga pernah dibully secara terang terangan
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan