Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Ya ampun, tadi itu benar-benar memalukan. Kenapa cecak pake masuk ke dalam bajunya segala sih. Di tempat yang sensitif lagi. Hope sangat malu pada Darrel, ia berharap pria itu tidak akan berpikir kalau dia sengaja melakukan itu untuk cari kesempatan di sentuh olehnya.
Tidak, tidak. Jangan sampai deh. Hope membenamkan dirinya ke bawah bantal. Ingin menghilang dari bumi ini saja saking malunya. Posisinya tetap seperti itu sampai ia ketiduran.
Paginya ketika Hope membuka mata, tak di dapatinya keberadaan Darrel di dalam. Tidak ada tanda-tanda juga kalau suaminya tidur dalam kamar mereka. Mungkin tertidur di luar, karena Hope ingat semalam sekretaris Darrel yang bernama Keno itu bilang mereka mau lembur.
"Mas Darrel ketiduran di sofa ternyata." gumam Hope saat membuka pintu kamarnya dengan amat perlahan, lalu mencuri-curi lihat ke ruang tamu dari kamar.
Hanya ada suaminya di sana. Temannya semalam sudah tidak ada, pasti sudah pulang. Hope melangkah mendekati suaminya yang tampak lelap.
Pasti mas Darrel sangat kecapean.
Gumam Hope dalam hati. Laki-laki itu terlihat begitu damai dalam tidurnya. Ekspresi kaku dan galak yang biasa ia perlihatkan menghilang saat ia tidur seperti ini. Hope suka sekali mengamati wajah tampan itu. Semua wanita pasti iri berat padanya karena bisa menjadi istri Darrel.
Saat sibuk mengamati wajah suaminya dan menikmati ketampanan mahkluk Tuhan itu, tiba-tiba Darrel membuka mata. Tatapan mereka bertemu. Hope kaget dan langsung kelabakan. Ia cepat-cepat membalikan badan ingin pergi dari situ, tetapi suara berat Darrel menghentikan langkahnya.
"Jam berapa sekarang?" Oh, suara itu seksi sekali. Begitu enak di dengar di telinga. Suara khas Darrel saat bangun tidur. Rendah, berat, agak serak dan pastinya membuat klepek-klepek.
"Hope berbalik. Ia tidak memakai jam tangan, namun ada jam dinding besar yang tertempel di tembok di belakang suaminya.
"Jam enam mas," jawabnya. Darrel berbalik mengikuti pandangan Hope menatap ke jam dinding. Hanya sesaat, kemudian menatap Hope lagi.
"Berapa lama biasanya kau menyiapkan sarapan?" tanyanya.
"Lima belas sampai tiga puluh menit untuk sarapan seperti roti, sanwich, omelet, sereal, oatmeal, nasi goreng ..."
Hope berhenti bicara saat menyadari dirinya malah mengabsen segala jenis sarapan pagi. Lihat, Darrel terus menatapnya sambil memeluk dada.
Hope tersenyum canggung.
"Ma ... Mas mau aku bikinin sarapan yang mana?" tanyanya.
"Apapun, terserah kamu. Kau punya waktu satu jam membuat sarapan, satu jam mandi, lalu ke kantor bersamaku. Pergilah." kata Darrel.
Hope pun mengangguk. Ia baru ingat kalau hari ini dia akan mulai bekerja.
Wanita itu berbalik menuju dapur. Jujur dia antusias bekerja sebagai asisten suaminya sendiri. Ia penasaran bagaimana kepribadian pria itu dikantor. Apakah sama dengan ketika ia melihatnya di rumah atau malah berbeda. Tapi sepertinya sih sama. Kayaknya sifat seperti itu memang sudah mendarah daging pada Darrel.
Hope membuatkan omelet untuk sarapan pagi mereka. Nanti kalau sudah dingin waktu mau makan, tinggal dipanaskan lagi di microwave. Habis itu ia cepat-cepat ke kamar untuk mandi. Semuanya dia lakukan secepat mungkin karena takut terlambat dan menghambat waktu suaminya.
Hope keluar dari kamar mandi mengenakan jubah mandi. Ia keluar bertepatan dengan Darrel yang masuk ke kamar. Pria itu melewatinya masuk ke dalam kamar mandi. Tanpa bicara apapun, hanya lewat. Beberapa menit kemudian, Hope mendengar bunyi air shower. Tanda suaminya mulai mandi.
Hope mengangkat bahu kemudian berjalan menuju lemari baju besar yang langsung menempel dengan tembok kamar. Ia menggeser pintu lemari tersebut dan melihat beberapa baju miliknya yang berbaris rapi digantungan. Pakaian yang di belikan oleh suaminya di mall waktu itu, untuk dia pakai ke kantor.
Hope bingung apa yang akan dia pakai. Ia belum ada pengalaman sama sekali sebagai pekerja kantoran. Tapi biasanya dari film-film yang dia tonton, kebanyakan wanita kantoran akan memakai kemeja dan rok. Tapi suaminya tidak membelikan dia rok.
"Mungkin waktu itu mas Darrel lupa." ia kembali bicara sendiri. Lalu pandangannya mendongak ke atas. Ke pakaian miliknya yang terlipat rapi. Ada satu rok hitam di sana. Satu-satunya rok yang dia miliki. Itu adalah rok hadiah ulang tahun dari almarhum dari papanya, jadi dia selalu membawanya kemana-mana.
"Pakai rok itu saja." Hope berkata seraya berjinjit mengambil rok tersebut. Namun saat dia hampir berhasil menggapai rok itu, tangan kekar Darrel menghentikannya.
Laki-laki itu sudah berdiri di belakang. Lagi-lagi Hope merasa sangat mungil tiap kali posisi mereka seperti ini. Dan selalu berusaha bersikap biasa, padahal jantungnya berdebar-debar keras. Bagaimana tidak berdebar, kalau laki-laki yang dia suka sedekat ini.
"Pakai ini. Jangan pakai rok." Darrel mengambil celana panjang kulot berwarna hitam dan diberikan ke Hope. Pria itu juga mengambil atasan yang menurutnya cocok dipadukan dengan celana yang akan dipakai oleh sang istri.
Hope mengambilnya. Seulas senyum malu-malu terpampang di wajahnya.
"Makasih mas."
"Mana pakaianku?" pria itu bertanya. Karena sudah terbiasa Hope yang menyiapkan pakaian kerjanya.
"Ini mas. Sudah aku setrika." wanita itu mengambil setelan pakaian yang sudah ia setrika dan diberikan ke suaminya. Memang semua pakaian dalam lemari tersebut sudah dia setrika.
Seperti biasa, Darrel langsung berganti baju di situ. Tak peduli ada Hope atau tidak. Hope meringis malu. Dia sendiri berjalan perlahan ke dalam kamar mandi. Jelaslah dia malu ganti pakaian dan telanjang di depan suaminya.
Meskipun lelaki itu pernah melihatnya telanjang, dia tetap malu. Belum terbiasa. Melakukan hubungan intim dengan suaminya saja baru sekali, dan kemungkinan besar Darrel sedang mabuk waktu itu.
Hope tidak sadar Darrel terus mengamatinya dari belakang dengan tatapan tak terbaca, sampai wanita itu benar-benar menghilang ke dalam kamar mandi.
Habis keduanya sarapan, mereka beranjak keluar apartemen. Sopir yang menjemput Darrel di bandara kemaren sudah setia menunggu.
"Pagi bos, nyonya." si sopir keluar dan menyapa keduanya. Hope merasa aneh dipanggil begitu namun tetap membalas sapaan sopir tersebut.
Mobil pun melaju meninggalkan gedung elit tempat tinggal mereka.
Darrel dan Hope duduk bersebelahan di jok belakang.
"Kau sudah baca semua jadwalku hari ini?" Darrel membuka suara setelah diam begitu lama. Hope memiringkan kepala menatapnya. Wanita itu menganggukkan kepala.
"Jangan lupa mengingatkanku." kata Darrel lagi. Dia memang ingat apa saja yang akan ia kerjakan hari ini. Perkataannya pada Hope hanya agar sang istri belajar tugas-tugas seorang asisten.
Darrel tahu kualifikasi Hope belum bisa bekerja sebagai asisten sekelas CEO dengan bisnis besar sepertinya, karena Hope tidak berpengalaman dan belum ada relasi. Itu sebabnya ia hanya memberi pekerjaan-pekerjaan ringan dulu sambil menyewa tenaga profesional untuk membantu isterinya belajar. Sampai wanita itu benar-benar mengerti bisnis dan tidak kalah dengan karyawan lainnya.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦