Nabila tidak pernah membayangkan jika harus di hadapkan dengan situasi rumit seperti ini, dirinya harus terjebak dengan pernikahan semu bersama dengan seorang pria yang bernama Revan Alvaro.
Di usia pernikahan yang ketiga tahun ini dirinya harus berpisah karena Revan sudah ada wanita lain yang sejak dulu singgah di hatinya.
Nabila pun berusaha menerima semua keputusan Revan, dan tanpa dirinya tahu ternyata Allah sudah menitipkan janin di balik perceraiannya itu. Apakah Nabila bisa menemukan kebahagiaannya setelah ini?? temukan jawabannya hanya di manga toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Ngidam aneh
"Terima kasih Bang, untuk semua sebenarnya cerita itu masih setengahnya tapi rasanya aku sudah tidak bisa lagi meneruskannya," ucap Nabila yang memang masih belum mau cerita sepenuhnya.
"Ya sudah Sayang, yang terpenting saat ini kamu sudah mulai terbuka dan hal itu sudah membuatku lega, kalau ada apa-apa jangan pernah dipendam sendiri karena sekarang kamu tidak sendirian, ada aku yang akan menemanimu," sahut Abi.
Saat ini Nabila sedang berada di kamar anak-anaknya dan lihatlah anak tersebut sudah rapi dengan seragam yang dia kenakan, selama tinggal di rumah ini anak-anak begitu riang mereka sudah lebih terbuka lagi dalam hal apapun apalagi sama Abi, mereka seperti menemukan tempat sandaran untuk mengadu apa yang mereka alami baik di sekolah maupun di rumah, sejatinya anak-anak itu haus akan kasih sayang seorang ayah beruntung ibunya menikah dengan orang yang tepat sehingga bisa menjadikannya sebagai seorang ayah yang sesungguhnya.
"Ibu mana ayah?" tanya Ayana.
"Cie ... Si paling anak ayah, dari tadi malam tuh Ayana nanyain ayah mulu," adu Aras kepada ibunya.
"Iya, sudah. Pergi ke meja makan dulu, ayah sudah nunggu di sana!" titah Nabila.
"Oh ya sudah kalau begitu, adek mau ke ayah dulu ya!" pamit Ayana.
"Ya sudah sayang," sahut Nabila.
Setelah kepergian Ayana, Nabila mulai mendekati kedua anak laki-lakinya, karena tak kunjung juga nyusul adiknya.
"Abang kenapa belum, nyusul adek?" tanya Nabila.
"Kami sengaja tidak menyusul adek, karena ada hal yang harus kita bicarakan," ucap Shaka.
Seketika Nabila tertegun mendengar ucapan anak pertamanya yang memang selalu bijak seperti orang dewasa. " Kalian mau bicara apa Sayang?" tanya Nabila.
"Ibu, apa ayah kita masih hidup?" Pertanyaan itu tiba-tiba lolos dari mulut Arras.
"Sayang kamu bicara apa," jawab Nabila.
"Kami hanya ingin tahu saja, soalnya kata Nania teman Shaka di sekolah mama papanya sudah pisah tapi Nania masih sering di jenguk dan kadang berlibur berdua bersama papanya, kalau kita kan nggak pernah bertemu sama ayah, apa ayah kita sudah meninggal?" tanya Shaka.
"Sayang ayah kalian masih hidup seperti yang ibu kasih tahu dulu, jadi jangan bertanya seperti itu ya, nggak baik. Kita doakan saja semoga ayah kalian ada waktu untuk menjenguk kalian," terang Nabila.
"Kalau masih hidup kenapa tidak menemui kita?" tanya Aras.
"Ayahmu sibuk dan rumahnya sangat jauh dari rumah kita," sanggah Nabila.
"Oh begitu, berarti ayah kita tinggal di luar negeri ya Bu," ucap Shaka.
"Iya Sayang," sahut Nabila kembali membohongi anak-anaknya.
Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar pertanyaan seperti itu dari seorang anak kecil yang memang masih belum mengerti apa-apa, Shaka sama Aras hanyalah seorang anak yang sejatinya sangat merindukan belaian kasih sayang dari seorang Ayah kandungnya, sedari usia dua tahun lebih anak itu sudah bertanya tentang sosok laki-laki yang berstatus ayah itu, tapi sayang yang iya dapat hanya jawaban palsu yang di ciptakan oleh ibunya sendiri.
Nabila sadar kalau dirinya salah, tapi untuk saat ini dirinya masih belum bisa bercerita yang sebenarnya atas fakta yang sebenarnya, maka dari itu dia memilih untuk berbohong karena memang anak-anak masih sangat kecil jika harus mengetahui kejadian yang sesungguhnya.
Setelah bercakap dengan kedua anaknya akhirnya mereka sudah berkumpul di meja makan, lihatlah tingkah Ayana yang selalu makan dari tangan Abi, meskipun sudah di tegur oleh ibunya tapi anak tersebut masih saja tidak mau begitupun dengan Abi yang menolak dengan teguran istrinya.
"Aya jangan gitu ayo makan sendiri, Aya kan sudah besar," tegur Nabila.
"Sudahlah Sayang, biarkan Aya makan dari tanganku, kalau tidak nanti dia makannya sedikit dan aku tidak mau jika anakku harus sakit gara-gara telat makan," ucap Abi.
"Ya sudah, terserah kalian kalau begitu," sahut Nabila.
Selesai makan mereka berempat langsung berlari menghampiri Abi lihat saja tingkah ketiga bocah itu selalu membuat Nabila geleng-geleng kepala, ketiga anaknya berada di dalam gendongan Abi, si Shaka ada di bagian belakang sedangkan si Aras dan Ayana berada di samping, samping tangan Abi.
"Masya Allah, kalian. Ayo turun dari gendongan Ayah!" titah Nabila.
"Enggak mau Aya kan anak Ayah," tolak Ayana.
"Shaka juga, nggak mau."
"Aras juga," timpal bocah kecil itu.
"Sudahlah Sayang, nggak apa-apa yang dikatakan mereka itu benar, orang aku ayahnya jadi sudah sepatutnya saya bersikap seperti ini sama anak-anak," ucap Abi.
Setelah itu ketiganya masuk ke mobil satu persatu Abi begitu telaten dalam ngemong ketiga anak sambungnya itu, setelah itu sopir melajukan mobil dan membawa mereka ke sekolah.
*****
Siang harinya saat ini Nabila tiba-tiba ingin sesuatu, mungkin saja dia sedang berada di fase ngidam seperti ibu hamil pada umumnya, tapi kali ini ngidamnya sangat aneh tiba-tiba saja dia ingin makan makanan sisa dari kakak iparnya yang memang kurang begitu menyukai dirinya. Ingin bicara dengan suaminya tapi Nabila malu, sedangkan lidahnya sudah tidak bisa lagi menahan ingin rasanya segera menikmati makanan sisa kakak ipar perempuannya itu.
Persetan dengan malu pada akhirnya Nabila menghubungi suami untuk segera menjemput dirinya karena memang dirinya sudah tidak tahan ingin memakan makanan sisa dari kakak iparnya itu.
"Yank anak kita ini ada-ada saja masak iya dia ingin memakan makanan bekas kak Sheila sih!" protes Abi, ketika sudah sampai di rumahnya.
"Aku, juga tidak tahu Bang, ya sudah cepat berangkat aku sudah tidak tahan lagi!" titah Nabila.
"Iya Sayang, sebentar," ucap Abi lalu menggandeng tangan istrinya menuju ke mobil mereka.
Sesampainya di rumah besar, mereka di sambut dengan sangat gembira pasalnya Abi sudah memberi tahu kepada keluarganya kalau saat ini Nabila sedang hamil, tapi Abi belum ngasih tahu kalau anak yang ada di dalam kandungan istrinya menginginkan makanan bekas dari si kakak ipar.
"Sayang akhirnya kalian datang juga, kami sudah tidak sabar menunggu kedatanganmu," ucap Nenek Mawar.
"Iya, Nek, sebenarnya kita ingin datang kesini besok berhubung istriku ngidam yang aneh-aneh jadinya aku datang kesini sekarang deh," celetuk Abi.
Semua orang bahagia mendengar kabar dari Abi dan Nabila, hanya shilla saja yang memasang wajah masamnya shilla memang selalu bersikap jutek terhadap orang yang baru di kenal apalagi dengan Nabila meskipun Nabila sudah berstatus istri dari adik iparnya tetap saja dia tidak suka, karena memang dia tidak setuju Abi menikah dengan seorang janda yang sudah memiliki tiga orang anak.
"Oh iya katanya istrimu ngidam aneh, memang aneh kayak apa sih?" tanya Delisa heran.
"Dia itu ngidam makanan bekas dari kak Sheila Ma," ucap Abi sedangkan Sheila membelalakkan matanya mendengar ucapan dari Abi.
"Kok jadi aku sih yang kena," sahut Sheila dengan nada malasnya.
Zahra yg dibisik aku yg kaget dan mukaku merah padam krna nahan malu 😍😍😍
mau kabur atau diusir bisa lah duduk teras bntr nunggu hjn reda br pesan grab yg sllu online. klo dia jln pake mantel ujan msh ok lah..
yahh namanya alur dibuat dramatis tp kdg tak logis..ngikut aja dan jg crta bagus n rapi