Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 : Mempersiapkan Hari Anniversary Perusahaan
Besoknya, Soraya mencatat jadwal untuk Hugh untuk hari itu, di buku catatan kecil. Hari ini Hugh tidak ada di ruangan pribadinya karena sedang ada meeting bersama dengan beberapa klien dan salah satu duta besar dari perusahaan di luar negeri.
*TOK-TOK-TOK!*
Suara ketukan pintu terdengar. Soraya sambil memeriksa komputer dan bukunya berkata, "Masuk!"
*CEKLEK!*
*KRIEEET!*
Pintu terbuka. Begitu dilihat, rupanya itu Carson. Soraya di panggil olehnya. Lalu memberikan 2 buku yang tebalnya setebal Al-Qur'an.
"Buku-buku apa ini? Tebalnya setebal Al-Qur'an," tanya Soraya melihat sampulnya. Dan membuka lembaran-lembaran kertas di buku-buku itu.
Carson menjawab, "Boss menyuruhku untuk memberikan buku-buku ini padamu. Untuk bisa kau pelajari isinya semua. Ini buku untuk persiapan hari anniversary perusahaan kita."
"Hah!? Semua ini? Harus ku hafalkan?!"
Carson mengangguk satu kali.
Soraya membukanya. Isinya bacaan semua. Paragrafnya bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dari kiri ke kanan semuanya tulisan yang campuran adanya bahasa Inggris dan Indonesia. Tambah juga ada hitungan matematika yang tidak cerdas di pelajari Soraya.
"Ini buku arahan atau mantra jin, sih? Tebal sekali!" gumamnya dalam hati.
Carson bisa menebak kalau Soraya nampaknya seperti kebingungan. Bingung, lemas, banyak bertanya-tanya mengapa dan bagaimana. Otaknya pasti langsung sudah pusing dengan buku setebal itu. Ini bahkan mungkin lebih tebal daripada Al-Qur'an.
"Ini lebih parah dari yang aku duga," gumam Soraya dalam hatinya lagi.
"Kalau ada yang tidak kau mengerti, tanyakan saja padaku atau Dennis. Kami siap membantu kapanpun. Jadi kamu tidak perlu bersusah payah untuk menghafal semuanya," ucap Carson tenang.
Soraya menoleh ke arah Carson dan bertanya tak percaya, "Sungguh?"
"Iya. Tanyakan saja pada kami, maka kau hanya membaca dan memahaminya saja," jawab Carson sambil mengangguk.
Dengan ini, Soraya bisa lebih tenang dan penuh semangat. Ia pun akan memulainya segera.
...***...
Di rumahnya, Soraya melihat Justin sedang sibuk dengan pekerjaannya. Wajahnya amat sangat serius sambil menggigit sebatang rokok yang masih menyala. Ia pun menghisap rokok itu dan menyemburkan asapnya ke arah kanan.
"Dia pasti seperti aku. Tipe orang yang gampang marah jika sedang serius bekerja, dan tiba-tiba saja datang seorang pengganggu," gumamnya pelan. Agar Justin tidak mendengar.
Tapi begitu akan pergi, Soraya malah mendengar suara Justin memanggilnya, "Hei! Kau perlu bantuan?"
*DEGH!!!*
Mental hatinya serasa ditonjok, Soraya berhenti jalan. Apalagi suara langkah kaki yang tegas dan jangkung itu terdengar di belakang. Mendekatinya.
*TAP-TAP-TAP!*
Soraya terdiam beku di tempat. Justin pun sudah berhenti di belakangnya. Soraya tak tahu mau berbuat apa lagi. Takutnya Justin marah karena merasa terganggu, meskipun ia bilang begitu.
"Kau mau minta bantuanku?" tanya Justin halus, setelah berhenti tepat di belakangnya. Kemudian perlahan, lengannya melingkar memeluk pinggang hingga ke perut mungilnya wanita itu.
"Emm...aku..." Soraya gugup.
"Kamu mau apa? Jawab saja, Sayang..." nadanya Justin menggoda genit.
Soraya bergetar. Jantungnya berdegup kencang sekali. Tidak senormal biasanya. Ia ingin melepaskan diri, namun tak bisa karena pelukan Justin terlalu kuat.
"Aku...aku butuh...bantuan," ucapnya dengan suara bergetar.
"Iya, tapi apa? To the point sajalah! Jangan membuatku menunggu lama, Sayang..." balas Justin. Sambil menyeringai licik.
"Ini...untuk perayaan... anniversary perusahaan."
"Begitu, ya? Tugasmu disuruh apa?"
"Menghafal dan memahami... apa-apa saja...yang harus disiapkan."
"Bagus juga. Semoga berhasil!"
Justin melepaskan pelukannya. Soraya mengatur pernafasannya yang terasa sedikit sesak tadi setelah di peluk erat oleh Justin, walaupun di bagian pinggangnya. Namun, itu tetap membuatnya kesulitan bernafas.
Setelah kembali normal, buru-buru ia keluar ruang kerja Justin. Justin berdiri sambil tetap menyeringai licik dan menghisap rokoknya kembali.
"Cantik, tapi sayang dia masih polos. Dasar wanita!" serunya, kemudian disusul dengan tawa geli dan gelengan kepala sedikit.