"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuju Hari H
Hati Edward juga campur aduk dibuat Ghina hari ini, tadi siang dia melihat gadis itu begitu memesona seperti bidadari dengan kebaya, malam ini dia melihat wajah lain Ghina, benar-benar berbeda, entah karena penampilannya atau auranya, seperti bukan Ghina, dan justru seperti wanita dewasa yang penuh gairah. Edward juga menyadari hasratnya ikutan bergairah. Dan masih dia rasakan, belum sempat dijinakkan.
“Kamu benar-benar bikin malu keluarga Thalib, tidak pantas menikah dengan saya selaku Presdir!”
“Nah bagus ... jadi Om bisa ambil keputusan yang tepat. Dari pada bikin malu keluarga Opa Thalib, dan seorang Presdir, tidak mungkin bersanding dengan wanita nakal,” ucap Ghina sambil beranjak dari duduknya.
“Mau ke mana kamu!” Edward menarik pinggang Ghina dari belakang. Punggungnya yang terbuka bersentuhan dengan dadanya, Edward bisa menghirup aroma tubuh gadis itu. Salah satu tangannya telah merangkul pinggang Ghina.
Sesaat Edward menikmati aroma yang menyeruak dari tubuh Ghina, membuat dirinya tergoda untuk semakin mengeratkan tangannya yang berada di pinggangnya.
“Keluar dari kamar ini, tidak pantas seorang Presdir berduaan dengan wanita nakal!” sentak Ghina dengan jantung berdebar-debar, dia merasakan punggungnya bersentuhan dengan dada Edward. Ditambah tangan besar Edward memegang pinggang bagian depannya.
SERRR ...
Wangi maskulin dari tubuh Edward tercium oleh Ghina, hembusan napasnya terasa di pipi Ghina. Debaran itu semakin kencang.
TING ... TONG
Bel kamar berbunyi tiba-tiba.
“Edward, Ghina buka pintunya!” suara wanita berteriak terdengar jelas dari luar kamar.
Ghina dengan sekuat tenaga melepaskan tangan Edward yang berada di pinggangnya.
“Oma, Opa ...!" seru Ghina saat membuka pintu kamar. Ternyata mama Sarah dan papa Zakaria juga datang.
Untung mereka datang, kalau tidak datang ... entah apa yang terjadi.
Wajah Edward kembali seperti biasa datar dan dingin.
“Ghina, ganti baju dulu,” pinta Mama Sarah. Ghina langsung masuk ke kamar untuk mengganti baju.
Sekarang mereka berenam sudah berada duduk di ruang tamu.
“Papa hanya ingin melihat kesiapan kalian berdua untuk hari esok,” ucap Opa Thalib.
“Maaf Opa, sepertinya putra Opa malu jika menikah dengan wanita nakal seperti Ghina,” tuturnya berusaha sopan.
“Wanita nakal! Apa karena tadi menari! Bukannya kalian tadi berdua terlihat mesra saat menari?” tanya Oma Ratna.
Sorot mata Edward kembali menajam ke arah Ghina.
“Ayo Om katakan saja, yang tadi Om bilang ke Ghina!” Dengan nada memaksa berharap Edward mengulang tuduhannya.
“Ayolah Edward, kamu bukan pria kuno yang tidak tahu tarian bachata. Gara-gara tarian seperti itu kamu sebut Ghina wanita nakal. Kamu juga tadi mama lihat kamu ambil alih pasangan Ghina,” ungkap Oma Ratna.
Ghina tersenyum smirk, seakan-akan mengejek Edward.
“Sudah hal itu tidak usah dibahas lagi, besok acara akad nikah mulai jam 2 siang. Jadi papa harap kalian berdua cepat istirahat, biar besok kondisi badan kalian fit!”
“Iya Opa,” jawab Ghina dengan tidak semangat, gagal lagi usahanya untuk menggagalkan pernikahannya dengan Edward.
“Baiklah Papa dan Mama akan kembali ke kamar,” ucap Opa Thalib.
Papa Zaka dan Mama Sarah ikut keluar dari kamar.
“Mam, tunggu Ghina ikut,” ucap Ghina.
“Kamar kamu di sini sama saya!” titah Edward terkesan memaksa.
“Bukannya tadi Om bilang malu dengan saya wanita nakal. Sebaiknya Om minta temenin mbak Kiren, wanita baik-baik,” jawab Ghina ketus.
“Ayo Ghina!” Mama Sarah menarik tangan Ghina, biar ikut keluar dari kamar suite president.
Edward menyugarkan rambutnya, maksud hati menahan Ghina karena pembicaraan mereka belum selesai. Dan mengingat Ghina menyebut nama Kiren, Edward langsung menghubungi Kiren lewat ponselnya.
“Halo sayang, kenapa baru menghubungi aku. Sayang sudah lupa ya!” kata Kiren, disaat menerima panggilan telepon.
“Maaf honey, saya baru senggang waktunya. Bagaimana persiapan di sana, sudah siap semua. Maaf ya saya tidak bisa bantu.”
“Tenang sayang, team di sini sudah menyelesaikan semuanya. Sayang ... padahal aku ingin hadir di acara besok!”
“Sebaiknya jangan, banyak saudara saya yang hadir. Saya ingin melindungi kamu dari mulut jahat mereka.”
“Baik sayang, kamu memang calon suamiku yang terbaik.”
“Pasti dong honey, ya sudah kamu istirahat. Jangan capek-capek ya. Sampai ketemu nanti," ucap Edward, lembut.
“Iya sayang, I love you."
“I love you too.”
🌹🌹
“Woow Mama gak nyangka kamu nari kayak tadi!” Mama Sarah menggeleng geleng kepalanya.
“Ghina kelihatan sexy ya Mam,” ucap Ghina sambil nyengir.
“Sexy ... sexy banget anak Mama.”
“Ya namanya juga tarian salsa bachata ... ya terlihat sexy bukan kemayu.”
“Mmmm."
“Ghina, Mama jadi gak tega lepasin kamu nikah sama Edward?”
Papa Zakaria yang selesai mandi ikut bergabung ngobrol di atas ranjang dengan istri dan anaknya.
“Doakan Ghina Mam, agar kuat menghadapinya.”
“Pasti Papa dan Mama akan selalu mendoakan Ghina, sebaiknya kita istirahat ... sudah larut malam.”
Malam ini Ghina tidur dengan mama dan papanya, jujur Ghina sedang menentramkan hatinya sendiri, menghadapi hari esok.
Mama Sarah membelai rambut coklat putrinya, hati siapa yang tidak akan sakit, esok hari anaknya akan menghadapi kenyataan yang pahit namun di kemas dengan kemewahan.
🌹🌹
Pagi hari ...
Terlihat Ghina masih tertidur pulas, Mama Sarah dan Papa Zakaria tidak tega membangunkannya.
Membiarkan anaknya tenang dalam tidurnya, karena setelah dia membuka matanya pagi ini, dia akan memulai kehidupan baru.
Wanita yang baru beranjak usia dewasa, di paksa untuk memasuki mahligai rumah tangga. Bahkan secara kedokteran wanita usia 17 tahun belum siap secara fisik, terutama alat reproduksi dan khususnya bagian penampung calon anak belum terlalu sempurna.
Opa Thalib telah mengirim pelayan hotel untuk mengantar sarapan buat Ghina ke kamar, agar tidak repot turun ke restoran, dan dengan maksud lain calon pengganti tidak bertemu dulu.
Sewajarnya pasangan yang akan menikah, akan dipingit selama 1 minggu. Sedangkan Ghina dan Edward tidak melakukan pingitan, malah semalam mereka masih bertemu.
Kedua netra Edward menelisik ke semua area restoran, mencari seseorang yang akan dinikahkan hari ini. Dari semalam dia sudah mengerahkan keamanan agar diperketat, terutama jangan sampai kecolongan calon pengantin wanitanya kabur lagi.
“Ghina sarapan di kamar," ucap Opa Thalib yang melihat mata Edward mengarah ke semua arah.
“Cie ... Kak Edward udah kangen sama calon istri ya,” goda Debby.
“Bukan kangen, tapi takut dia kabur lagi. Bocah itu hobi sekali kabur,” jawab Edward dengan rasa tidak sukanya di bilang kangen sama adiknya.
“Ohhh ... seperti itu,” balas Debby dengan meniru suara Syahrini.
Debby sang adik Edward sangat menyayangi atas perjodohan kakaknya dengan Ghina. Debby sangat tahu Edward sangat mencintai kekasihnya Kiren, di sinilah Ghina menjadi tumbal dan akan tersakiti.
🌹🌹
“Mam, kok Ghina gak di banguni tadi pagi.” dilihatnya jam di ponsel sudah jam 9 pagi.
“Lihat kamu tidurnya pulas, mama jadi gak tega banguninya.”
Dengan tubuhnya yang merasa malas, dia paksakan bangun dari ranjang.
Di meja makan sudah tersaji beberapa makanan, dia langsung mengarah ke meja makan, disantapnya tanpa dia mencuci mukanya terlebih dahulu. Dan mama Sarah membiarkannya saja, demi menjaga mood Ghina hari ini.
TING ... TONG
Bel kamar Ghina berbunyi.
“Pagi Tante Sarah,” sapa Rika ternyata yang memencet bel kamar.
“Met pagi juga Rika,” balas Mama Sarah ketika membukakan pintu kamar.
bersambung ....