Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Anne, kamu dari mana saja.?" Suara itu sedikit ketus.
Annelise baru saja masuk ke dalam rumahnya, tapi sudah di sambut tatapan penuh curiga oleh sang Bibi. Wanita paruh baya itu menatap Annelise dari ujung kaki sampai kepala. Mencurigai keponakannya yang semalaman tidak pulang ke rumah.
"Ada acara perusahaan sampai larut, jadi aku menginap di rumah teman." Jawab Annelise cuek. Dia melenggang ke arah tangga, namun adik dari Papanya itu seperti tidak puas dengan jawabannya.
"Kamu jangan bohong sama Bibi. Kalau Papa mu masih ada dan melihat kamu keluyuran malam sampai pulang pagi, dia pasti kecewa." Ujar Bik Nani.
Annelise memutar malas bola matanya. Dia menepis pelan tangan Bibi Nani yang mencekal pergelangannya.
"Kenapa harus bawa-bawa Papa. Seharusnya Bibi juga nggak perlu mencampuri urusan ku. Terserah aku mau pulang pagi atau nggak pulang." Ketus Annelise. Dulu Annelise masih bisa bersikap sopan pada Paman dan Bibinya, dia sangat menghormati mereka layaknya orang tua sendiri karna mau mengurusnya. Tapi setelah tau bahwa dia hanya di manfaatkan oleh mereka, Annelise jadi malas bersikap baik.
"Jangan begitu Anne, kamu itu tanggungjawab Bibi, kalau kamu kenapa-napa bagaimana.?" Bibi Nani memasang wajah cemas, namun Annelise yakin kecemasan Bibinya hanya sandiwara.
"Aku ke kamar dulu. Uang bulannya nanti aku transfer 1 jam lagi. Dan sebaiknya Bibi jangan mencampuri urusanku." Kata Annelise kemudian berlalu begitu saja. Dia buru-buru menaiki tangga, membiarkan Bibinya kesal karna merasa tidak di hargai.
Annelise bukan orang yang bisa bermuka dua seperti Bibinya. Sikapnya berubah setelah tau bahwa dia hanya di manfaatkan. Sebenarnya Annelise bisa saja hidup sendiri, tapi dia belum siap meninggalkan semua kenangan indah di rumah peninggalan mendiang orang tuanya. Jadi dia tetap bertahan dan entah sampai kapan.
...******...
"Annelise semakin lama semakin menyebalkan saja.! Kalau kita nggak membutuhkan rumah ini, sudah aku singkirkan dia sejak dulu.!" Gerutu Neni pada suaminya.
"Tenang Mah, kamu harus sabar agar Annelise mau memberikan rumah ini untuk kita." Kata Wisnu menenangkan istrinya.
Neni mendengus kesal. Wanita paruh baya itu lalu menyantap sarapannya sambil memikirkan cara agar Annelise mau secepatnya memberikan rumah ini untuknya.
Dreett,, dreett,,
Ponsel Neni di atas meja makan bergetar, ada notifikasi yang masuk dengan sejumlah deret angka. Pupil mata Neni melebar ketika melihat notifikasi dari mbangking dengan nominal sebesar 20 juta.
"Ya ampun, ya ampun.!" Pekik Neni girang. Dia membuka pesan tersebut untuk memastikan lagi. Setelah di baca ulang sampai 3 kali, Neni baru yakin kalau nominalnya benar-benar 20 juta.
"Ada apa.?" Wisnu mendekat karna penasaran. Neni segera menyodorkan ponsel pada suaminya.
"Apa keponakan mu baru saja jual diri.?" Tebak Wisnu. Pasalnya dia tau kalau tadi malam Annelise tidak pulang. Sekarang pagi-pagi begini sudah transfer uang bulanan 4 kali lipat. Padahal tanggal gajian Annelise juga masih 3 hari lagi.
Neni mengangkat kedua bahunya. Mana dia tau Annelise jual diri atau tidak. Tapi melihat banyaknya uang yang di kirim Annelise, Neni merasa satu pemikiran dengan Wisnu.
Ponsel Neni kembali bergetar, kali ini ada pesan masuk dari Annelise. Pasangan suami istri itu langsung membacanya. Annelise mengatakan kalau uang itu untuk 2 bulan ke depan.
"Kalau memang dia jual diri, itu lebih baik. Uang bulanan kita jadi bertambah." Ucap Neni dengan senyum puas. Yang dia butuhkan memang uang dari Annelise, tidak peduli darimana uang itu berasal. Apalagi kalau nominalnya semakin besar, itu suatu kebahagiaan bagi Neni yang selama ini hanya mengharapkan uang dari Annelise.
...******...
sementara itu, Bryan baru pulang ke rumah pukul 10 pagi. Dia sempat kembali lagi ke apartemennya untuk mengambil ponsel yang tertinggal. Begitu masuk ke dalam rumah, dia langsung di sambut tatapan curiga dari Kakaknya. Bryan tampak melirik malas. Kalau sudah berhadapan dengan Flora, pasti akan panjang urusannya. Flora cukup kepo dan cerewet.
"Hayoo,, Kamu habis ngapain aja semalem.? Tidur dimana dan sama siapa.?" Tanya Flora yang terkesan menuduh Bryan berbuat macam-macam tadi malam.
"Nggak usah bikin gosip murahan, urus saja anak-anak dan suami Kakak." Jawab Bryan malas. "Lagian kenapa juga Kak Flo masih disini.? Apa rumah Kak Flo dan Kak Daniel kebanjiran sampai menumpang di rumah orang tua." Sindirnya pedas.
Flora mencebik jengkel. Mulut Bryan sangat pedas, melebihi pedasnya mulut netizen.
"Ingat ya Dek, jangan macam-macam sama perempuan di luar sana. Kalau sudah ada yang cocok, langsung menikah saja. Jangan sampai ada pernikahan dadakan karna kamu hamilin anak orang." Cerosos Flora. Bryan semakin kesal mendengar ocehan Kakaknya, jadi memilih berlalu ke lantai 3 untuk masuk ke kamarnya.
Saat Bryan sudah menaiki tangga, Jihan muncul dari arah dapur lantaran sempat mendengar suara ribut-ribut di ruang keluarga. Tapi saat pergi ke sana, cuma ada Flora seorang diri.
"Kamu ribut sama siapa Flo.?" Tanya Jihan. Tidak mungkin Flora bicara dengan anak-anak ataupun Daniel, karna mereka bertiga masih berenang di halaman belakang.
"Siapa lagi kalau bukan sama anak Mommy yang super dingin itu." Jawab Flora. Jihan langsung paham siapa yang di maksud Flora, karna anaknya hanya 2. Mereka nyaris tidak pernah akur setelah beranjak dewasa. Ada saja hal-hal kecil yang di perdebatkan.
"Bryan baru pulang, lain kali tunggu kalau suasananya sudah lebih baik jika ingin bertanya ataupun meledaknya." Ujar Jihan menasehati.
"Flo cuma penasaran saja, Bryan sebenarnya tidur di mana. Rasanya nggak mungkin kalau menginap di apartemen Felix. Mommy tau sendiri kan, Bryan paling anti menginap ditempat orang lain." Tutur Flora. Dia masih yakin kalau tadi malam Bryan melakukan kencan dengan seseorang sampai tidak pulang. Flora curiga jika Bryan mungkin saja menginap di hotel ataupun di apartemen pribadi milik adiknya itu.
"Nanti biar Mommy bicara pelan-pelan dengan Bryan, siapa tau setelah ini Bryan mau jujur sama Mommy."
Flora mengangguk paham dan tidak mendebat lagi.
...***...
Di dalam kamarnya, Bryan tampak duduk di sofa sambil memutar-mutar ponselnya dengan satu tangan di genggaman. Pria yang di anugerahi wajah tampan dan keturunan Sultan itu tampak sedang berfikir beras soal ucapan Annelise 2 jam yang lalu.
Bryan hanya tak habis pikir saja dengan pemikiran Annelise. Di saat orang lain tidak ingin di pecat sebagai sekretarisnya. Annelise malah bersemangat ingin resign.
"Dia sedang jual mahal atau apa.!" Gumam Bryan terdengar kesal.
Mantan sekretarisnya saja berjuang mati-matian agar tidak di pecat. Annelise malah punya rencana akan mengundurkan diri sebagai sekretarisnya.