"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita yang tak tahu dimana tempatnya
Pernahkah kalian merasakan bagaimana sakitnya di rajam ribuan batu? Atau pernahkah kalian merasakan bagaimana perihnya disayat ribuan belati? Ya. Seperti itulah gambaran rasa sakit Varissa kini saat wanita selingkuhan sang suami menerobos masuk begitu saja dan muncul dengan penuh percaya diri di hadapannya. Rasa sakit itu tak bisa lagi dibayangkan. Terlalu dalam. Ibarat hati yang sudah menderita karena luka menganga malah ditambahkan perasan jeruk nipis diatasnya. Perih sekali.
Namun, Varissa tak bisa begitu saja mengamuk demi melampiaskan segalanya. Dia tak bisa begitu saja melabrak Erik dan wanita itu dengan kemarahan yang memang sudah lama terpendam. Itu tidak berkelas. Varissa lebih memilih membalas dengan cara yang senyap. Diam tanpa perlu merendahkan diri seperti dua orang yang kini menatapnya dengan wajah pias nyaris memucat. Toh, amunisi Varissa sudah terisi penuh. Segala perlindungan penuh sudah ia dapatkan.
Ada Dokter Imran, sahabat sekaligus kerabat jauh dari ayahnya yang selalu siap membantu di garis belakang. Ada juga Pak Reno, pengacara keluarganya yang sudah mengabdi puluhan tahun yang siap di barisan tengah. Dan, jangan lupakan Dikta. Anak angkat kesayangan sang Ayah yang berdiri diposisi paling depan. Mungkin, Varissa masih belum tahu apa yang mampu Dikta lakukan. Namun, wanita itu yakin bahwa seorang Dikta mampu begitu disayangi sang Ayah bukan tanpa alasan. Tidak hanya karena cerdas semata. Dikta memiliki hal lain yang Varissa sendiri belum bisa menebak.
"Dia siapa, Mas?" tanya Varissa sekali lagi. Sudut bibirnya terangkat nyaris tak terlihat saat menemukan wajah Erik kini benar-benar sudah memucat. Mirip mayat hidup.
"Di-dia... Sekretarisku!" jawab Erik gagap.
Varissa menatap tajam penampilan wanita yang juga menatapnya tak kalah sinis. Auranya bahkan jauh lebih garang dari Varissa sendiri.
"Kau ingin membunuhku dengan tatapan itu hanya demi lelaki yang sebentar lagi akan menjadi bekasku, gundik murahan?" gumam Varissa dalam hati.
"Bukannya sekretaris kamu itu Delina ya, Mas? Sejak kapan kamu ganti sama model yang kayak gini?" ucap Varissa lagi. Tatapannya menilai rendah wanita selingkuhan sang suami.
Tak ada yang spesial dari tampilan fisik selingkuhan suaminya. Bahkan, bisa dibilang wanita itu jauh dibawah kecantikan Varissa. Kelebihannya hanya ada pada bibir tebal hasil filler serta dada dan bokong yang besar hasil operasi. Namun, menilik dari gaya busananya, Varissa sudah tahu bahwa wanita itu menggoda suaminya dengan cara yang lain. Lewat kebutuhan biologis yang memang merupakan kelemahan hampir setiap pria. Varissa yakin akan hal itu.
"Delina lagi cuti, Sayang! Jadi, dia cuma sekretaris sementara aja kok. Nanti, kalau Delina balik, dia juga akan kembali ke posisi awalnya," ucap Erik dengan keringat dingin yang mulai membasahi dahinya.
Varissa mengangguk pura-pura percaya. Senyum polos yang selalu ia tampilkan merekah sempurna sebelum akhirnya surut kembali ketika bersitatap lagi dengan wanita itu.
"Siapa namamu?" tanya Varissa pada wanita yang sedari tadi menatapnya penuh dendam. Padahal, yang seharusnya berlaku seperti itu adalah Varissa, kan? Bukannya yang direbut suaminya dan dikhianati itu Varissa? Kenapa justru wanita ini yang berekspresi seperti itu?
Varissa tersenyum sinis ketika ia tak kunjung mendapatkan jawaban. Baiklah! Sepertinya, selingkuhan Erik ini memang harus tahu siapa lawan yang saat ini ia hadapi. Anggap saja, memberi sedikit spoiler tentang seberapa kuat lawannya untuk perang yang akan terjadi di antara mereka di masa depan.
"Mas," panggil Varissa pada suaminya.
Erik mendekat dengan cepat. Duduk di kursi di samping Varissa sambil meraih tangan sang istri. "Kenapa, Sayang?" tanyanya.
"Apa standar perekrutan karyawan di kantor kita sudah terlalu rendah, ya?"
Erik meneguk ludahnya kasar.
"Kenapa seorang karyawan tidak sopan seperti ini bisa bekerja di perusahaan kita sih, Mas? Belum lagi, jabatannya itu bukan main-main loh. Dia sekretaris direktur utama. Kalau terhadap istri bosnya saja, dia sekurang ajar ini, bagaimana terhadap relasi bisnis kita?" lanjut Varissa dengan nada sedikit tegas.
"Lihat matanya! Seolah-olah, aku adalah musuh yang harus dia lenyapkan!"
Erik semakin tegang. Di liriknya sang selingkuhan dengan tatapan marah.
"Kamu jangan marah-marah ya, Sayang! Nggak baik buat kesehatan kamu. Nanti, biar aku yang tegur dia," ucap Erik memberi pembelaan.
"Teguran?" Varissa mendengus. "Kalau masih aku yang jadi pimpinan perusahaan, sudah aku pecat karyawan model kayak dia, Mas!"
Kedua tangan Mauren terkepal kuat. Tatapan marah dari Erik serta tidak adanya pembelaan yang berarti dari pria itu membuatnya benar-benar merasa tak berdaya.
"Kamu!" hardik Erik pada Mauren.
"Cepat minta maaf!" pintanya dengan tegas.
Mauren menatap Erik tak percaya. Bagaimana bisa lelaki yang selalu menuruti segala kemauannya itu sekarang malah berani membentaknya? Dan lagi, itu di hadapan istri sahnya. Harga diri Mauren benar-benar tak dipertahankan oleh Erik.
"Kok diam saja?" hardikan dari belakang turut menyakiti hati Mauren. Retno yang sudah kepalang panik langsung mendorong kasar tubuh Mauren agar mendekat pada menantu sahnya.
"Cepat minta maaf!" ujar Retno sambil bersedekap.
Mauren mengeratkan kedua rahangnya. Air mata mulai menganaksungai dipelupuk matanya.
"Saya minta maaf, Bu!" kata Mauren dengan wajah tertunduk.
"Pandai juga kau berdusta!" cibir Varissa dalam hati. "Mulutmu mengatakan maaf tapi kedua tinjumu sepertinya seolah hendak menyerangku!"
"Jadi, siapa namamu?" Varissa mengulang pertanyaannya.
Mauren mengangkat kembali kepalanya. Ini pertarungan yang tak boleh ia lewatkan. Dengan penuh percaya diri, ia menyebutkan namanya.
"Saya Mauren," jawabnya tersenyum.
Varissa ikut tersenyum. Ia senang melihat wajah penuh amarah dihadapannya.
"Baik, Mauren! Kalau kau ingin lama bekerja di perusahaan kami, perbaiki attitude-mu! Dan juga, perbaiki cara berpakaianmu."
"Memangnya ada apa dengan cara berpakaian saya? Bukannya perusahaan memberi kebebasan untuk para pekerjanya dalam hal berpakaian?" protes Mauren dengan alis terangkat.
Erik semakin ketar-ketir. Ia menggeram. Memelototi Mauren yang bertingkah seenaknya. Sama sekali tak peduli pada tatapan protes Erik dan Retno.
"Kau itu bekerja di perusahaan elit, bukan di rumah bordil! Pekerjaanmu untuk meringankan beban kerjaan suamiku. Bukan malah jadi wanita penghibur. Atau, kau berdandan dan berpakaian seperti ini memang untuk menggodanya?" serang Varissa sarkas.
"Sayang! Jangan asal bicara," sahut Erik dengan jantung yang nyaris keluar dari tempatnya. "Mana mungkin aku tergoda sama perempuan seperti dia."
"Oh ya?" Varissa menoleh menatap sang suami. "Kok kamu mendadak jadi penuh keringat dingin begini, Mas? Apa ada yang kalian semua tutupi dari aku?" tanya Varissa dengan pandangan mata berpendar. Menatap satu per satu orang yang ada didalam ruangan penuh selidik.
"Apa Mas benar-benar selingkuh sama dia?" tanya Varissa lagi.
"Cukup, Va!" Reflek, Erik membentak istrinya. Varissa hanya melebarkan kedua matanya dan berpura-pura kaget. "Apa kamu pikir, aku akan meninggalkan sebongkah berlian seperti kamu demi memungut batu kerikil di pinggir jalan seperti dia?" tanya Erik sambil menunjuk wajah Mauren.
"Aku masih waras, Sayang! Nggak mungkin aku selingkuh sama perempuan rendahan seperti dia."
Hati Mauren sakit mendengar hal itu. Sebaliknya, Varissa malah bersorak kegirangan.
"Ini bahkan belum seperempat dari luka yang kalian timbulkan pada hatiku, Mauren!"
"Saya permisi!" pamit Mauren sambil berlari keluar dari sana. Ia tak tahan lagi. Meski semua yang keluar dari mulut Erik adalah kalimat dusta demi membohongi Varissa, namun tetap saja kata-kata tajam itu turut menggores hati Mauren.
"Loh, kok dia malah pergi? Nggak sopan sekali!" ucap Varissa.
"Biarin aja! Besok, biar aku kasih dia surat teguran. Kamu nggak usah khawatir!" sahut Erik menenangkan. "Kamu mending istirahat lagi, ya!" imbuhnya sembari membantu Varissa untuk berbaring kembali.
"Makasih, Mas!" ungkap Varissa dengan senyuman. Tak ada yang sadar bahwa senyuman itu bukan karena perlakuan Erik. Senyuman itu terbentuk justru karena pemanasan yang Varissa lakukan ternyata berkhasiat besar.
"Tunggu saja, Mauren! Wanita yang tak tahu tempatnya ada dimana harus diberitahu. Dan aku, dengan senang hati akan menyadarkan kamu bahwa hal yang begitu kau inginkan tidak ada bedanya dengan kamu. Sama-sama hina!" tukas Mauren dalam hati sambil menatap wajah Erik.
Kasian Tika sumpah,,,,apalgi dia anak perempuan,udh kakak laki2 nya selingkuh,skrng papanya jga selingkuh apalgi dngn kakak ipar sendiri ,bisa2 drop tuh mentalnya 😭😭😭
Dan itu hanya kepadamu Dikta,,,,🤭🥰