Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang tiba-tiba ditolong oleh ketua geng motor terkenal akibat dikejar para preman.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Jadi Aktor Film
Satu tahun berlalu pertemanan Salsha dan Zidan sedikit renggang. Keduanya mengalami sebuah masalah kesalahpahaman kecil dari suatu candaan Salsha yang berakhir membuat Zidan sedikit menjauh.
Walau sudah berusaha menjelaskan, Zidan tak mau memperpanjang masalah dan tetap berteman dengan Salsha. Begitu juga pertemanan antara Salsha, Meisya dan Cindy yang belum lama rusak tanpa sebab.
Semua berawal dari kedekatan Salsha dan Zidan yang kurang disetujui oleh Meisya.
"Hai, Kak Salsha, boleh minta waktunya sebentar gak ya?" tanya seorang lelaki mengalungi sebuah kamera bermerek mahal.
Karena sedang duduk santai di koridor sambil menunggu waktu jam pelajaran masuk, Salsha menoleh ke sumber suara.
"Oh, boleh. Ada apa ya?"
Lelaki berjaket jeans warna hitam dengan celana panjang seragam Osis, berdiri di hadapan Salsha.
"Em, sebelumnya aku minta maaf dulu nih kalau misal aku ganggu kakak lagi duduk. Jadi gini Kak, sekolah kita kan mau ikutan lomba film pendek nasional nih, nah kita kekurangan aktor karena orang yang udah kita rencanain lagi ada halangan. Dan agak kebetulan dua pemain utamanya juga lagi mendadak ada urusan penting, jadi aku mau tawarin ke kakak siapa tahu mau jadi aktor di film pendek ini." ucap si lelaki bername tag Fahriansyah Putra.
Begitu mendengar penjelasan dari Fahri-sang adik kelas dari XI IPS 1 yang merupakan siswa mengikuti ekskul Jurnalistik dan sering menjadi kameramen hingga berperan aktif di dalam sekolahnya, Salsha tampak berpikir sejenak untuk mempertimbangkan.
"Kakak coba pertimbangkan dulu ya, Dek, soalnya kakak belum pernah berakting film sih." ujar Salsha tersenyum tipis.
Sang lelaki mengangguk sembari menatap Salsha dengan penuh rasa kagum.
"Kenapa kamu liatin aku kayak gitu?" tanya Salsha bingung.
Fahri sedikit terkejut, kemudian ia menggeleng sambil cengengesan. "Gak papa, Kak, cuma kagum aja sama Kak Salsha." jawabnya membuat Salsha mendongak heran.
"Kagum kenapa?"
"Kakak kan penulis novel yang punya enam karya, bikin novel itu gak gampang loh," Fahri melempar senyum seraya terus menatap wajah Salsha begitu lekat.
Salsha menggelengkan kepalanya heran. "Kayak kamu bukan penulis aja, Fah. Kamu juga punya karya kan? Malah lebih bagusan punya kamu loh itu kayak cerita aesthetic vintage zaman dulu gitu."
"Ceritaku gak se-terkenal kakak lah, itupun baru satu karya." balas Fahri.
"Tapi kamu bisa bikin film loh, jadi aktor juga kamu bisa. Apalagi sutradara, kamu aja penulis di beberapa film pendek lainnya." Mendengar penuturan Salsha, Fahri terkekeh dengan tatapan masih ke arah perempuan berhijab putih memakai cardigan warna mocca tersebut.
"Jadi gimana, Kak? Mau kan?"
"Boleh, cukup menantang juga. Emangnya aku main sama siapa nanti, maksudnya lawan mainnya siapa kalau boleh tahu."
"Kak Zidan, kebetulan beliau tanpa lama-lama langsung mau karena katanya lagi gak terlalu banyak kesibukan." Mendengar jawaban Fahri, Salsha berubah menjadi diam.
Melihat hal tersebut, Fahri seketika bingung dengan sikap Salsha yang berubah begitu ia menyebutkan nama Zidan.
"Maaf kak, gak papa kan kalau main sama kak Zidan?" tanya Fahri memastikan.
Usai merenung sejenak Salsha mengangguk setuju. "Iya gak papa, emangnya kenapa?"
"Soalnya wajah kakak langsung berubah tadi waktu aku sebut nama kak Zidan," ujar Fahri jujur.
Salsha tersenyum mengerti, "gak papa, Fahri. Kakak cuma kaget aja kenapa kamu bisa berpikiran buat kakak sama Zidan yang jadi tokohnya." kata Salsha memang benar adanya.
"Karena kakak spesial aja sih sama mas Zidan."
•••••
Sore hari Salsha dan Zidan masih berada di sekolah karena sedang melakukan proses syuting pembuatan film pendek karya Fahri.
"Adegan selanjutnya itu Kak Zidan pingsan karena dihajar sama Daniel. Terus Kak Salsha datang lari dari sana langsung nangis dan memangku kepala Kak Zidan." ucap Fahri mengatur adegan supaya lebih menarik serta dibantu oleh tim kreatif sekolahnya.
Sambil bersiap melakukan adegan sedih, Zidan menghampiri Salsha terlebih dahulu.
"Bisa nangisnya gak? Biasanya kamu nangis kalau diapain? Dikasarin atau ngeliat hal yang menyedihkan?" tanya Zidan.
Salsha tengah fokus menghafalkan naskah dialog bagiannya sebelum beradu acting dengan Zidan. "Belum tau sih, tapi coba kamu muka sama tubuhnya tuh dilemesin kayak ..."
"Kayak bener-bener pingsan gak berdaya gitu ya? Nanti aku pancing gak papa kan? Tapi, sebelumnya maaf ya kalau aku buat nangis kamu, Sal, soalnya kita harus main profesional sih kata si Fahri." kata Zidan sembari mengusap hidungnya yang gatal.
Mengangguk setuju seperti apa yang sudah diatur sebelum syuting, Salsha tersenyum sambil mengacungkan jempol mantapnya.
"Gak papa kok, kan emang seharusnya main profesional." sahut Salsha cepat.
Dari kejauhan tampak ada Meisya dan Cindy yang sedari tadi memperhatikan Salsha bersama Zidan semakin dekat. Padahal keduanya baru asing beberapa bulan lalu, tetapi saat ada tawaran menjadi aktor film pendek karya anak kelas XI IPS 1 mereka berdua bermain karakter dengan damai dan tenang.
"Gue masih gak nyangka sama masalah Zidan yang main kasar ke Monica ternyata pelakunya adalah Tania. Cewek sebangkunya Salsha, dan kedekatan mereka bikin pertemanan kita jadi renggang, Cin,"
Meisya berbicara pada Cindy yang duduk di koridor lantai bawah. Seraya memakan siomay, Cindy menatap Zidan dan Salsha.
"Mereka gak seburuk yang lo pikirin kok, Mei, lagian sekarang kan lo udah gak sekelas sama gue dan Salsha terus Zidan juga, lo gak tau kalau mereka juga bisa profesional. Jangan yang lo liat cuma sosok Salsha waktu masih kelas 11, Mei, dia udah gede bukan cewek yang suka cinta-cintaan." Jelas Cindy berusaha menerangkan sosok Salsha yang sekarang.
Meisya mengerutkan keningnya bingung sambil menoleh ke Cindy.
"Lo salahin gue?"
Cindy dengan tenangnya menghembuskan nafas lelah. "Bukan nyalahin, mungkin waktu kelas 11 si Salsha emang sering sama Zidan, tapi itu ya karena mereka harus belajar bareng. Kan kakaknya Salsha itu temen nongkinya Zidan dari dulu. Mereka dekat cuma buat saling semangatin doang, pas gue tanya keduanya juga jawab gak punya hubungan spesial selain temen dekat. Kalau lo tau aja sih, Salsha itu introvert, kalau dia udah dijauhin sama temennya udah pasti gak mau ngedeket lagi kecuali ada hal penting. Kasihan dia, Mei, masa kecil dia gak sebahagia kita. Dia lahir dari keluarga sederhana, yang punya jutaan mimpi harus dicapai dengan sejuta pengorbanan dan perjuangan. Alasan Zidan masih berteman sama Salsha itu karena gak ada orang yang kayak dia, Mei, bahkan gue sendiri pun gak nemu orang seperti dia. Yang karakternya asik periang terus tiba-tiba jadi pendiam dan memendam selama satu tahun tanpa seorang teman. Sakit jadi Salsha, Mei, gue tau beberapa hal dari keponakannya yang namanya Lani."
Penjelasan serta cerita Cindy tentang Salsha sedang dicerna oleh Meisya.
"Dan kamu juga pernah suka sama kak Zidan, kan?" Celetuk seorang siswi kelas 10 IPA bernama Monica.
Cindy mengernyit tak mengerti. "Kamu? Monica adik sepupunya Zidan kan?"
Meisya juga ikut tak paham dengan kehadiran Monica secara tiba-tiba.
"Maaf banget nih Kak, cuma mau bilang kalau suka itu tinggal diperjelas. Jangan setengah-setengah, kak Salsha udah mundur, dia rela tepis rasa demi pertemanan kalian baik-baik aja. Kalau punya hubungan juga jangan ditutupin dari kak Salsha, biar dia tahu lebih jelasnya. Hidup dia udah berat Kak, dia berusaha mati-matian biar bisa ngelakuin apapun sendiri tanpa ditemenin sama kak Zidan. Walau sebenarnya dia gak bisa tanpa kak Zidan, tapi dia paksa dirinya sekuat mungkin, tolong jujur ada apa kakak sama kak Zidan, apa ada lebih dari sekedar teman belajar?" Pertanyaan Monica lolos membuat Meisya berdecak tak menyangka.
Meisya memijat pangkal hidungnya pusing dengan masalah akhir-akhir ini. Pertemanannya menjadi runyam sejak ia menjauhi Salsha, ia pun baru tahu jika ada keganjalan tentang persahabatannya Cindy bersama Salsha.
"Oke, aku jujur. Sebenarnya Zidan deket sama gue karena gue bisa ngerjain tugas beberapa pelajaran. Kalian pasti tahu lah Zidan sepinter apa? Dia itu iseng, suka ngeledekin temen sekelasnya, dan dia juga suka ngeledekin gue. Semakin lama dia akhirnya ngaku suka ke gue, awalnya gue pun gak nyangka. Terus gue juga suka sama dia, tapi suka karena temen. Setelah itu sebulan yang lalu gue mulai ngomong ke dia, kalau gue gak mau pacaran karena gue harus fokus sekolah dulu. Yaudah sekarang kita asing dan dia buka lembaran baru sama Salsha. Ya ... Banyak yang bilang sih katanya dia flashback ke masa lalunya." Jelas Cindy membuat Meisya hampir menangis mendengarnya, karena ternyata sahabatnya pernah dekat dengan Zidan.
Monica mengangguk cuek. "Udah, gitu doang? Kak Salsha gak akan tergantikan, termasuk cewek di masa lalu kak Zidan sekalipun."
"Kok kamu bisa ngomong gitu sih?" tanya Meisya tak habis pikir.
Dengan santainya Monica pergi meninggalkan mereka sambil bergumam, "kenangan mereka terlalu banyak dan melekat. Bahkan di hati orang-orang yang tahu kedekatan mereka." Ucap gadis anak SMA baru itu datar.
"Gue pergi dulu ya, ada kumpul bentar sama Satria." kata Cindy pamit.
"Tunggu! Kabar lo punya pacar, sama siapa?"
"Satria,"
"Fakta atau gosip?" tanya Meisya setengah berteriak.
"Fakta." Jawaban dari Cindy membuahkan banyak pertanyaan yang menggantung di kepala Meisya.
"Gue gak nyangka."