Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian peresmian 2
Kian Silverlake, pemuda berambut hitam dengan mata abu-abu gelap itu sedang berdiri termenung di depan sebuah gerbang kayu raksasa yang memiliki ukiran dua ekor naga.
Ting!
Setelah menekan sebuah tombol, drone di dekat Kian menampilkan sebuah layar hologram.
Ujian fase 2
— Buat Awakening kelas emas menundukkan kepalanya.
Tulisan yang tertera di sana membuat dahu Kian berkerut. ini akan jadi ujian yang sulit mengingat kemampuan Awakening level emas cukup untuk menghadapi 1000 orang secara bersamaan.
Grak!
Gerbang kayu itu mulai bergerak terbuka dari dalam di sana Kian melihat seorang pria dengan golok panjang yang masih tersarung di pinggangnya.
Klak!
Kian menyentuh gagang pedangnya yang berjenis katana. Pemuda itu menarik nafas panjang lalu berjalan masuk. Bersamaan dengan masuknya Kian, gerbang kayu tadi tertutup dengan sendirinya.
Tap!
kaki Giant sudah menyentuh area pertarungan. Pemuda itu lalu memasang kuda-kuda menyerang. Dia sudah siap untuk melakukan serangan pertama.
Pria dengan golok panjang tadi hanya menatap Kian dengan tatapan santai. Dia pun mengeluarkan goloknya dari sarung.
Sring!
Kian melayangkan serangan berupa tebasan horizontal yang bisa ditahan dengan mudah oleh Awakening level emas itu.
Tang!
Golok memiliki kemampuan bertahan lebih besar dari katana namun beratnya terkadang memperlambat pergerakan penggunanya. Maka dari itu Kian pun mempercepat serangannya.
Suara besi yang beradu mulai bergema di area pertarungan.
"Hanya bertarung dengan mengandalkan kecepatan tidak bisa membuatmu menang, anak muda," kata Awakening itu di sela-sela pertarungan.
Dahi Kian berkerut dia mulai menyadari perbedaan kekuatan di antara mereka. iya yakin jika Awakening yang menjadi lawannya ini bisa menebas lebih cepat bila menggunakan katana yang beratnya lebih ringan.
Tang!
Awakening itu menambah kekuatan pada serangannya membuat Kian terdorong mundur.
Tak membuang waktu, Kian kembali melayangkan beberapa tebasan cepat. Namun sayangnya itu masih kurang untuk membuat sang awakening level emas menundukkan kepalanya.
Sembari saling adu serangan, Kian mulai memikirkan cara lain untuk membuat lawannya ini menundukkan kepala.
Setelah berpikir agak lama akhirnya Kian mendapat ide.
"Serangan bawah! Benar, dengan serangan seperti itu lalu ditambah dengan tendangan di bagian belakang kepala kurasa bisa membuat kepalanya menunduk."
Kian melompat mundur, menjaga jarak aman. Dia lalu mengumpulkan energi pada pedangnya. Bilah katana yang berwarna silver mulai mengeluarkan semacam aura berwarna hitam.
Tindakan Kian membuat awakening itu tersenyum tipis.
"Oh, jarang ada pemula yang mampu menggunakan teknik itu."
Sring!
Sebuah energi yang membentuk tebasan melesat ke arah awakening lever emas itu. Sayangnya, beberapa meter sebelum menyentuhnya, tebasan itu melebur di udara.
"Belum sempurna rupanya, sia-sia pujianku tadi."
Tap!
Dalam sekejap mata, Kian muncul di belakang pria itu dan menebas area leher membuat awakening itu secara refleks membungkukkan badan.
Sat!
Kian langsung berpindah ke bagian depan dan melayangkan tendangan ke bawah.
Duugh!
Awakening itu mampu menahan tendangan Kian dengan mudah. Akan tetapi, tujuan Kian sudah terpenuhi.
"Anda membungkukkan kepala anda, senior," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Boleh juga."
Kian pun mundur. Pria dengan golok tadi menepuk-nepuk lengan bajunya yang sedikit kotor.
"Kau lulus, pergilah ke pintu kayu di sebelah sana."
Kian berterima kasih dan segera pergi dari sana.
Bertepatan dengan perginya Kian, sosok awakening level emas itu mulai memudar layaknya layar hologram yang rusak.
Ting!
Suara notifikasi pun terdengar. Sebuah drone kecil yang terbang agak jauh di atas area pertarungan menyala hijau.
[Peserta Kian Silverlake lolos tahap dua.]
Pesan itu sampai pada Angelina yang sedang berada di gedung awal.
Sekitar 1 hingga 3 jam kedepannya, wanita itu mulai mendapatkan pesan-pesan dari drone pengawas tentang lolosnya peserta.
"Hmm... Sepertinya dugaanku kali ini benar. Ada 15 orang yang sudah lolos."
Tiba-tiba, Angelina teringat dengan sosok Ekilah. Wanita itu pun menekan beberapa tombol dan layar monitor pun memperlihatkan Ekilah yang sudah tiba di depan gerbang kayu bermotif naga.
Angelina cukup penasaran dengan kemampuan perempuan bermarga Rajendra itu.
Tepat sebelum gerbang kayu terbuka, drone kembali membentuk wujud seorang pria dengan golok yang Kian lawan tadi. Setelahnya barulah gerbang terbuka otomatis.
Ekilah bersiul kagum.
Begitu kakinya menyentuh area pertarungan, awakening emas itu menatap Ekilah dengan tatapan arogan.
Ekilah mendengus pelan. Dia bisa menebak apa yang harus ia lakukan.
Sebelum melakukan pertarungan, pertama-tama Ekilah membungkukkan badannya sedikit sebagai bentuk penghormatan yang biasa ia lihat di awal pertarungan.
Di luar dugaan, awakening emas tadi tersenyum lembut melihat tindakan Ekilah.
Ia pun ikut membungkukkan badan.
"Kau lolos."
"Lah kok?"
Angelina tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah bingung Ekilah. Begitu pun dengan beberapa rekan Angelina yang ikut mengawasi tadi.
"Hahaha akhirnya ada yang berhasil memecahkan rekor untuk membuat Soren menundukkan kepalanya!"
"Kalau tidak salah terakhir kali Soren membungkukkan kepalanya itu karena rok seorang peserta wanita tidak sengaja terbang akibat serangannya bukan? Hahaha"
"Gokil! Pria itu memang tidak bisa ditebak dari dulu!"
Angelina mulai berhenti tertawa. Yah, sedari dulu aturan ujian fase 2 di daerah ini tidak pernah berubah.
Bagi mereka yang mengenal Soren dengan baik, ada banyak cara mudah untuk membuat pria berwajah angkuh itu menunduk.
"Hai, Angelina, siapa perempuan itu?" Tanya salah satu dari mereka.
"Ekilah Rajendra," jawab Angelina.
Layar monitor memperlihatkan Ekilah yang berjalan menuju pintu keluar dengan wajah linglung. Perempuan berambut putih itu pasti tidak membaca aturan di fase dua.
.
.
.
Ujian fase 3
- perebutkan posisi juara 1 sampai 3 untuk mendapat bonus
- boleh menggunakan kekuatan super/senjata
- dilarang keras membunuh atau membuat lawan terluka parah
Ekilah menatap layar hologram yang memperlihatkan aturan ujian fase 3 dengan tatapan malas. Dia sudah lama berada di tempat ini dan ingin segera pulang.
Krieeet!
Pintu kayu di depan Ekilah terbuka sendiri. Dia sana ada sebuah tempat yang mirip dengan area pertarungan tadi serta beberapa kursi penonton.
Semua mata pun tertuju pada Ekilah, membuat perempuan itu menyesal datang paling terakhir.
Sembari mengabaikan tatapan mata mereka Ekilah pun duduk di tempat penonton paling atas. Dia memilih tempat yang strategis, tidak terkena cahaya matahari karena dekat dengan dahan pohon serta terkena angin sepoi-sepoi.
Suara drone yang terbang menarik perhatian orang-orang.
Sebuah layar hologram kembali terlihat. Itu menampilkan semacam jalur pertandingan. Sebuah suara wanita pun terdengar.
[Kepada Ekilah Rajendra selaku peserta yang mampu menyelesaikan ujian fase 2 paling cepat.]
""!!""
Informasi itu membuat semua mata kembali tertuju pada Ekilah. Mereka semua terkejut, beberapa tidak percaya, sisanya mewaspadai.
[Anda diberikan kesempatan untuk memilih orang yang ingin anda lawan.]
"Pass," ucap Ekilah.
[Maaf?]
Ekilah menghela nafas. "Aku tidak ingin diperlakukan spesial, acak saja orang yang jadi lawanku."
Perempuan itu mengibaskan tangannya tak peduli.
Angelina yang melihat itu pun tersenyum licik.
[Baiklah kalau begitu, mengingat siapa lawan anda nanti, kami akan memberikan anda sebuah senjata saat pertarungan nanti.]
"Woi!" Ekilah jadi kesal sendiri. Apa telinga mereka bermasalah? Itulah isi pikirannya.
Layar hologram mulai bergerak. Mengacak nama-nama peserta yang berada di fase 3 ini.
Nama demi nama pun muncul. Ekilah tidak terlalu peduli dengan mereka, dia hanya ingin mendapat sertifikat resmi sebagai awakening agar bisa bebas menggunakan kekuatannya. Itu sana.
Akhirnya nama Ekilah pun muncul dan yang menjadi lawan pertamanya adalah seseorang dengan nama Davian. Ia akan bertarung di ronde ke 3.
Ronde pertama berlangsung cukup cepat, sedangkan ronde kedua berlangsung agak lama.
Ekilah memutuskan untuk membuat pertarungannya berakhir cepat. Entah dia harus menang atau kalah.
Perempuan berambut putih itu pun turun ke area pertarungan. Drone tadi memberikan Ekilah sebuah tongkat besi yang bisa memanjang dan memendek.
Ekilah mengangkat tangannya. Dia mengalirkan sebuah energi dalam jumlah besar pada tongkat itu dan melayangkan sebuah tebasan energi ke arah sang lawan.
Davian yang tak bisa menahan tebasan energi itu dan terdorong mundur beberapa langkah membuatnya keluar dari area pertarungan.
""...""
Tindakan sederhana bagi Ekilah ini mengejutkan para peserta serta Angelina yang mengawasi dari kamera drone.
""Apa-apaan itu! Dia bisa membuat tebasan energi yang sempurna dengan begitu mudah!!""
Angelina dan Kian memikirkan hal yang sama.
Namun, bagi Ekilah sendiri ini hanyalah hal biasa. Dia menatap drone yang tidak memberitahu siapa yang menang.
"Hei, dia keluar dari area pertarungan loh!" Ucapan Ekilah itu menyadarkan Angelina dari lamunannya.
[Ah! Pemenang ronde 3. Ekilah Rajendra.]