Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
"Devan mau kemana?" gumam Keyla.
Kepergian Devan rupanya disaksikan oleh Keyla, gadis itu mengerutkan alisnya, bertanya-tanya kemana Devan akan pergi. Jika ke kantor sepertinya tidak mungkin karena pakaiannya tidak se-formal biasanya.
Buru-buru Keyla masuk ke kamar Delia untuk menanyakan hal ini.
"Del, Devan mau kemana kok perginya buru-buru."
"Pergi?" tentu Delia terkejut karena Devan tidak mengatakan apa-apa, terlebih tadi Devan bilang kalau ia tidak ke kantor hari ini.
"Jadi kamu nggak tau?" sergah Keyla sambil mendudukkan bokongnya dengan kasar.
"Nggak. Ya udah lah biarin, aku juga nggak berhak untuk tau," jawab Delia cuek.
"Nggak bisa gitu Del, dia kan suami kamu harusnya dia ijin dong sama kamu."
"Itu kalau suami sungguhan Del, aku sama Devan kan..."
Tanpa Delia jelaskan, Keyla pun sudah bisa menebak apa yang membuat Delia menggantung ucapannya.
"Del.. Buka matamu lebar-lebar, masa kamu nggak bisa ngerasain kalau Devan itu sebenernya udah mulai suka sama kamu," celoteh Keyla yang kini sudah menatap Delia dengan tajam.
"Jangan sembarangan Key, mana mungkin Devan suka sama aku. Coba jelasin dari mana kamu bisa tau?"
"Sembarangan gimana sih Del. Kamu aja yang nggak peka," sahut Keyla yang sudah mulai kesal.
Keyla melipat kedua tangannya di dada sambil membalikkan badan.
"Kamu nggak tau sih gimana Devan nyelametin kamu sampai akhirnya dia sendiri yang terluka," gumam Keyla.
Rupanya Delia dapat mendengar apa yang Keyla ucapkan. Delia yang penasaran segera menyentuh lengan sahabatnya itu agar dia mau menoleh kearahnya.
"Maksud kamu apa Key?"
"Ahh.. Bukan apa-apa," jawab Keyla panik. Kini ia bahkan tidak berani menatap Delia.
"Key.. Aku bisa denger kamu ngomong apa," sahut Delia.
Usia menenangkan dirinya, Keyla membalikkan badannya menghadap ke arah Delia sambil tersenyum kaku.
"Kamu pasti salah denger, aku tadi bilang Devan itu selalu nyelametin kamu. Buktinya udah banyak lo Key, dari yang-"
"Aku denger dengan jelas kalau kamu tadi bilang Devan sampai terluka," potong Delia dengan nada tinggi.
Sejak Delia melihat luka di tangan Devan, ia memang sempat curiga karena gelagat Devan juga aneh, seolah sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Duhhh Del.. Aku minta maaf, aku tadi salah ngomong." Keyla kembali duduk disisi Delia sambil menggenggam tangannya.
"Nggak, pasti ada sesuatu kan yang kalian sembunyikan dari aku. Ini pasti ada hubungannya sama lengan Devan yang terluka."
Keyla sudah tidak bisa mengelak lagi begitu melihat wajah Delia yang benar-benar terlihat sangat tegang.
"Kalau kamu nggak mau ngomong juga nggak papa, aku bisa tanya sendiri ke Devan," ujar Delia, membuat Keyla tercengang.
"Del.. Please.. Aku masih mau kerja disini. Nanti kalau Devan sampai tau, bisa abis aku," rengek Keyla.
"Itu biar jadi urusan aku, sekarang kamu cerita pelan-pelan."
Dengan berat hati, Keyla akhirnya menceritakan setiap detail kejadian itu pada Delia. Dari bagaimana awal Delia bisa diculik sampai pada akhirnya Devan berhasil membawa pulang Delia dengan luka menganga di lengannya.
Delia hanya bisa terdiam sambil tertunduk lesu. Selama ini ia sudah salah sangka pada Devan, ia pikir Devan kejam sampai mengurungnya di rumah ini. Namun ternyata itu semua demi dirinya.
"Jadi ini alasan kenapa Devan melarangku untuk keluar dari rumah. Tapi kenapa.. Siapa aku dan siapa Devan sampai mereka sangat menginginkanku. Apa salahku..."
Delia terisak, rasa bersalah dan amarahnya bercampur menjadi satu.
"Apa keputusanku untuk menikah adalah keputusan yang salah. Lalu aku harus gimana Key."
"Tenang Key.. Ini bukan salah kamu. Devan lah yang sejak awal menginginkanmu. Jadi biarkan Devan yang mengurus masalah ini."
Melihat emosi Delia yang tidak stabil, Keyla memeluknya. Ia mencoba memenangkan Delia dengan mengusap punggungnya. "Maafin aku Key.. Aku yang salah, nggak seharusnya aku menceritakan hal ini ke kamu."
Di tempat lain...
Mobil yang Devan kendarai sudah berhenti tepat di depan pintu masuk salah satu hotelnya, Hotel Dexson.
Para pekerja akan dengan sigap segera membukakan pintu mobilnya. Setelahnya Devan akan menyerahkan kunci mobilnya pada mereka.
Begitu Devan masuk, para staff hotel akan langsung menyambutnya dengan hangat. Bahkan tak jarang mereka akan memuji ketampanannya yang semakin hari semakin menggoda.
"Kira-kira cewek beruntung mana yang akan dinikahi pria seperti Tuan Devan?" ucap salah satu resepsionis disana.
"Yang pasti bukan kita. Udah ah nggak usah banyak menghayal. Level kita itu jauh dibawah Tuan, jadi nggak usah banyak berharap," seru yang lainnya.
Kini Devan sudah berada di dalam lift untuk menuju ke lantai paling atas hotel itu.
Bagaimana pun seorang Devan adalah pemegang saham terbesar di hotel itu. Maka di setiap kunjungannya Devan akan menempati salah satu penthouse suite yang disediakan khusus untuknya.
Begitu masuk, Devan langsung disambut dengan pemandangan kota. Apalagi di ketinggian 300 meter, Devan dapat melihat betapa padatnya kota yang ia tinggali sekarang.
Devan langsung melepas jaketnya. Dan tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.
Begitu Devan membuka pintu, ia sudah disambut dengan senyum ramah manajer hotel dan seorang room service.
Setelah berbasa-basi sebentar, room service itu masuk ke kamarnya lalu meletakkan beberapa botol wine yang selalu di pesan Devan ketika menginap disana.
Kini Devan sudah berdiri di dekat jendela menatap indahnya kota itu sambil menggenggam burgundy glass.
Meski raganya ada di tempat itu, namun pikiran Devan tetap tertuju pada Delia.
Devan mengambil ponselnya, lalu membuka galerinya yang ternyata sudah ada beberapa foto Delia ketika dulu mencoba sebuah gaun.
Devan menggeser foto-foto itu secara perlahan lalu tanpa sadar ia sudah menyunggingkan senyumnya ketika melihat foto Delia yang sedang tertawa.
"Dia benar-benar gadis yang ceria," gumamnya.
Setelah tersadar, Devan menurunkan ponselnya dengan ekspresi kesal. Niat hati berada disini untuk mengusir perasaannya, kenapa malah justru semakin tertarik padanya.
Devan mengalihkan pikirannya dengan mencoba menghubungi Anna karena ia sudah tidak mendapat kabar tentang perkembangan kasus penculikan Delia.
"Bagaimana.. Apa kamu sudah menemukan jawabannya?" tanya Devan pada Anna.
"Ini masih ada hubungannya dengan Nyonya Margaret Tuan. Tapi Nyonya tidak bekerja sendiri."
"Apa, jadi ini semua ulah mami."
Tangan Devan sudah mengepal erat. Urat-urat lehernya bahkan nampak terlihat karena Devan sudah menggertakkan giginya.
Devan langsung menyudahi panggilannya dengan Anna dan beralih ke nomor Margaret.
"Datang ke Hotel Dexson sekarang atau Mami akan terima akibatnya."
"Maksud kam-"
Tut.. Tut.. Tut...
Devan benar-benar kecewa pada maminya, bahkan dia berani bermain-main dengan nyawa seseorang hanya untuk memuaskan keinginannya.
Tiga puluh menit kemudian, Margaret tiba di panthouse Devan. Dia masuk dengan wajah memberengut, mungkin karena ia belum tahu kenapa Devan memanggilnya dadakan begini.
Margaret berjalan masuk sambil mengomel. "Kamu tau, mami itu lagi di salon dan kamu tiba-tiba nyuruh mami kesini. Kamu bener-bener nggak punya sopan santun sama orang tua."
"Orang tua seperti apa yang mami maksud?" tanya Devan.
Devan sudah menatap tajam Margaret sambil menyenderkan punggungnya di tembok dengan kedua tangan terlipat di dada.
"Maksud kamu apa?" Margaret menoleh sambil mengerutkan dahinya.
"Apa yang sudah mami kasih ke Devan selama ini?"
"Apa sih Dev? Jadi kamu suruh mami kesini cuma untuk mendengarkan omong kosongmu?" ucap Margaret sambil tersenyum remeh.
Sudah mulai tak tahan dengan sikap angkuh yang ditunjukkan oleh maminya. Margaret benar-benar tak pernah belajar dari kesalahannya.
Dan..
Pyaarr!!!
BERSAMBUNG...
Mana nih suport-nya, masih othorr tunggu ya salam cinta dari kalian🥰