Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Ikatan Diatas Kertas.
Setelah makan siang, Arumi masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan dirinya di depan cermin. Dia meraih ponselnya dari atas meja dan mengusap layarnya, beberapa temannya sudah mengirimkan pesan padanya, mereka mengirimkan foto dan video pernikahan Randy dan Delia yang terjadi hari ini di kediaman keluarga Prayoga. Rencananya acara itu memang akan berlanjut nanti malam disebuah gedung yang sudah dipesan oleh keluarga Randy.
Berbeda dari sebelumnya, kali ini Arumi sudah mempersiapkan diri jika hari ini pasti akan terjadi, hingga tidak ada lagi air mata yang ingin dia buang percuma hanya untuk menangisi sesuatu yang memang bukan menjadi miliknya lagi. Meski tidak munafik, rasa sakit itu pasti masihlah ada walaupun sedikit.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Arumi dari layar ponselnya, dia kembali meletakkan ponselnya di atas meja dan bergegas bangun untuk membukakan pintu.
"Maaf Non ganggu, didepan ada Mas Roy, katanya mau jemput Non," ucap Mbak Mirna.
"Oh iya Mbak! Suruh tungguin sebentar, saya mau siap-siap dulu," jawab Arumi.
Arumi kembali masuk hanya untuk memasukkan ponselnya ke dalam tas. Siang ini Bara memang sengaja menyuruh asisten Roy untuk menjemput Arumi dan membawa istrinya itu datang ke butik tante Sherly. Bara ingin tante Sherly mendandani Arumi secantik mungkin, karena malam ini mereka akan datang ke acara resepsi pernikahan Randy dan Delia.
"Mbak, nanti tolong bilangin sama kakek kalau Rumi sudah berangkat ya?" ucap Arumi saat sudah berdiri di samping mobil.
"Baik Non, nanti saya sampaikan ke Tuan besar," jawab Mbak Mirna disertai anggukan.
Setelah Arumi naik ke dalam mobil, asisten Roy menyusul masuk dan duduk di kursi pengemudi. Pria itu melajukan mobilnya meninggalkan kediaman rumah Alvarendra menuju ke butik Sherly yang jaraknya memakan waktu setengah jam dari rumah.
Sesampainya di butik, asisten Roy langsung membawa Arumi masuk begitu turun dari mobil. Nampak Sherly sudah menunggu di dalam sembari menyedekapkan kedua tangannya di dada. Sebenarnya Sherly sangat malas untuk membantu Bara karena dia masih kesal pada keponakannya itu gara-gara kejadian saat keluarga Arumi datang berkunjung ke rumah waktu itu. Namun Bara menjanjikan akan memberikan tas limited edition keluaran terbaru sehingga mau tidak mau Sherly luluh juga.
"Kamu pergi saja, biar dia aku yang urus," perintah Sherly pada asisten Roy.
"Baik Nyonya, tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian, sudah sana pergi,"
Sempat terdiam sejenak, asisten Roy akhirnya mengangguk dan pergi meninggalkan butik. Sementara Sherly langsung mengajak Arumi masuk ke dalam ruangan kerjanya dan mengajak gadis itu mengobrol dulu sebelum mulai memoles wajahnya dengan make up.
_
_
_
Saat ini Bara masih berada diruangan kerjanya. Lelaki itu tengah berdiri di depan cermin, kedua tangannya sibuk merapikan jas dan rambutnya yang sebenarnya memang sudah rapi, dia hanya ingin memastikan saja jika penampilannya malam ini sudah terlihat sempurna.
"Bagaimana penampilanku?" tanya Bara pada asisten Roy yang berdiri tidak jauh dibelakangnya.
"Anda sudah terlihat tampan Tuan," jawab asisten Roy dengan jujur. "Nyonya Sherly sudah menelfon dan mengatakan jika Nona Arumi sudah siap."
Begitu mendengar nama Arumi disebutkan, Bara langsung membalikkan badannya. Wajahnya yang sedari tadi sudah tegang semakin bertambah tegang.
"Ada apa Tuan?" tanya asisten Roy saat melihat perubahan ekspresi wajah tuan mudanya.
"Tidak, aku hanya... Sedikit gugup," jawab Bara terbata, asisten Roy tertawa mendengarnya. "Apanya yang lucu!"
"Apa Tuan tidak menyadari sesuatu?" tanya asisten Roy.
"Menyadari? Menyadari apa?" tanya Bara dengan kening mengernyit.
"Menyadari jika Tuan sebenarnya sudah jatuh cinta pada istri Tuan, Nona Arumi Syakila Maheswari."
Bara menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya, hati dan pikirannya mencoba menyangkal ucapan asistennya itu.
"Tidak mungkin, aku hanya mencintai Monica. Hubunganku dengan Arumi hanya sebatas ikatan diatas kertas, tidak lebih!" ucapnya menegaskan.
Bara melangkahkan kakinya keluar ruangan dengan diikuti asisten Roy mengekor di belakangnya. Selama didalam mobil, Bara terus merenungi ucapan asistennya tadi, benarkah jika dia sudah jatuh cinta pada Arumi?
Keberadaan Arumi disampingnya selama hampir dua bulan ini memang menjadi warna tersendiri dalam hidup Bara, bahkan dia sempat beberapa kali membayangkan bagaimana rasanya mencium bibir ranum Arumi yang akhir-akhir ini terlihat begitu menggoda sehingga membuatnya tidak fokus bekerja.
"Ah tidak mungkin aku jatuh cinta pada Arumi, aku tidak mungkin berpaling dari Monica. Aku sangat mencintai Monica."
Sepanjang perjalanan Bara terus termenung hingga mobil yang mereka naiki berhenti tepat dihalaman butik milik Tante Sherly. Begitu mereka turun dari dalam mobil, Sherly langsung keluar untuk menyambut.
"Mana tas Tante?" tagih Sherly sembari menengadahkan satu tangannya.
Asisten Roy mengambil sebuah paperbag dari jok belakang dan memberikannya pada Sherly.
"Mana Arumi, Tan?" tanya Bara saat tidak melihat istrinya ikut keluar bersama dengan tantenya.
"Arumi.... Tuh," Sherly menunjuk ke arah Arumi dengan dagunya begitu melihat istri keponakannya itu keluar dari dalam butik miliknya.
Mata Bara sampai dibuat tidak berkedip melihat penampilan Arumi yang terlihat sangat cantik dengan menggunakan dress panjang menjuntai yang memiliki belahan bawah sampai ke paha. Dress berwarna merah itu memiliki bagian bahu terbuka dan belahan dada yang sedikit rendah. Model rambutnya sengaja digerai bergelombang untuk menutupi bagian bahunya agar kulit mulusnya tidak terlalu terekspos.
Glek...
Bara menelan salivanya kasar, jantungnya terpompa sangat cepat. Arumi mengayunkan kakinya mendekat dan berdiri tepat dihadapan Bara.
"Mas..."
"Eh, i-iya Rum. Kamu sudah siap?"
"Sudah Mas."
"Kalau begitu ayo kita berangkat." Bara menoleh ke arah Sherly. "Thanks Tante cantik!"
"Muji cantik kalau ada maunya doang!" cibir Sherly, namun cibiran itu hanya sebatas candaan, karena dia dan keponakannya itu memang sudah biasa bercanda seperti itu.
Arumi masuk ke dalam mobil lebih dulu kemudian disusul oleh Bara yang duduk di sampingnya. Sampai mobil melaju keduanya masih nampak diam, hanya sesekali Bara menoleh ke arah Arumi dan dalam hatinya terus memuji kecantikan gadis itu.
Hampir satu jam perjalanan mobil yang mereka naiki sudah sampai di tempat tujuan, asisten Roy membantu membukakan pintu mobil. Bara keluar dari mobil lebih dulu, kemudian dia mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Arumi.
"Jangan gugup, ada aku disampingmu," ucap Bara.
"Iya Mas," jawab Arumi dengan sebuah senyuman diwajah.
Didalam gedung, ruangan itu sudah dipenuhi oleh banyaknya para tamu undangan. Bara membawa Arumi untuk duduk terlebih dahulu dideretan bangku paling depan sebelum nanti mereka maju untuk memberikan selamat pada pengantin baru yang sedang sibuk berfoto dengan para tamu undangan secara bergantian.
Randy yang baru selesai diajak berfoto menatap ke arah Arumi yang duduk di depan sana. Wajah gadis itu nampak tenang dan tidak terlihat sedih sedikitpun. Sebenarnya bukan Arumi tidak merasa sedih ataupun terluka, dia hanya mencoba menutupi perasaan itu dengan senyuman diwajah, terlebih ada Bara disampingnya yang tidak melepaskan genggaman tangannya barang sedikitpun.
"Ayo kita maju dan beri selamat," ajak Bara. Arumi mengangguk setuju.
Keduanya berjalan naik ke panggung pelaminan saat para tamu undangan yang lain sudah turun. Nyonya Herlina yang melihat kehadiran Arumi disana nampak berkaca-kaca, begitupun dengan Tuan Reza, mereka sudah sangat menyayangi Arumi seperti putri mereka sendiri.
"Selamat untuk pernikahan kalian," Bara mengangkat tangannya untuk menyalami Randy. Dengan ragu-ragu Randy menyambut tangan lelaki itu.
Arumi melepaskan genggaman tangan suaminya dan memeluk Delia, "Selamat ya Del, akhirnya kamu bisa berdiri disini juga. Apa kamu sudah menyiapkan nama apa yang pantas untuk wanita perebut sepertimu?"
Wajah Delia langsung merah padam mendengar sindiran Arumi, jika bukan didepan orang banyak mungkin dia sudah menutup mulut wanita ini dengan tamparan.
Arumi melepaskan pelukannya tanpa menghilangkan senyuman diwajahnya, kemudian dia menoleh ke arah Randy.
"Selamat ya, Randy Prayoga. Semoga kalian berdua hidup bahagia selamanya,"
Sayangnya ucapan selamat itu bagaikan belati yang menusuk hati Randy karena terlontar dari bibir gadis yang masih sangat dia cintai itu. Bibirnya begitu kelu sampai tidak bisa menjawab ucapan selamat Arumi padanya.
Bara meraih pinggang Arumi dan mengajaknya untuk turun. Setelah memastikan Arumi kembali duduk di bangkunya, Bara kembali naik ke atas panggung pengantin dan berdiri menghadap ke arah para tamu undangan dengan satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Mohon perhatian semuanya," ucap Bara dengan suara terdengar keras, satu persatu perhatian semua orang kini mulai tertuju padanya. Arumi yang melihatnya sampai dibuat bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh suaminya itu diatas sana.
Bara tersenyum, dia menoleh ke belakang, ke arah Randy dan Delia.
"Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat untuk pengantin baru yang berdiri di hadapan saya ini. Selamat untuk kalian berdua, semoga selalu hidup bahagia,"
Hening, semua mata fokus menatap ke arah Bara. Arumi yang duduk dibawah merasakan jantungnya mulai tidak tenang. Pandangan Bara kembali menatap lurus ke depan, menatap para tamu undangan sebelum akhirnya berhenti di wajah Arumi yang nampak begitu tegang.
"Selain ucapan selamat untuk pengantin, saya juga ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk istri saya tercinta, Arumi Syakila Maheswari."
Suasana kembali ramai saat terdengar riuh tepuk tangan dari para tamu undangan. Perlahan, Bara melangkahkan kakinya turun ke bawah dan kembali berdiri di hadapan Arumi. Dengan ragu-ragu gadis itu pun berdiri dan menatap mata Bara. Fokus para tamu undangan kini teralihkan pada mereka berdua.
"Selamat ulang tahun, Sayang. Aku mencintai kamu,"
Bara meraih pinggang Arumi dan membawa tubuh istrinya itu mendekat. Keduanya saling terdiam dan saling menatap lekat tanpa memperdulikan sekelilingnya. Dalam keadaan tidak siap, Arumi mendapatkan ciuman dari Bara tepat di bibirnya, seketika itu matanya langsung membulat sempurna.
...🔥🔥🔥...
......
siap nontonnn💃💃💃🏃♀️🏃♀️🏃♀️
sembur aja semburrr☕️