Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yes, I Am
Interaksi singkat itu membuat Jey akan naik darah, bahkan dengan pamer Leon melihat ke arah Jey dengan smirk nya.
"Isshh.. Si*lan" umpat pelan Jey, lalu datang berjalan menghampiri.
"Apa dia pacarmu?" Tanya Leon tiba-tiba melihat Jey yang sedang berjalan mendekat.
Hana menoleh ke arah Jey, yang hampir mendekat.
"Tidak, dia sudah seperti kakakku" ucap Hana. Dan Jey mendengarnya.
"Aaa.." Singkat Leon yang menatap Jey.
"Lain kali, biar aku yang menjemputnya" pungkas Jey yang menatap sinis Leon.
"Tidak perlu, aku sudah menyukainya sejak awal" pungkas Leon yang menatap Jey.
Raut wajah Jey sudah berubah kesal, Hana melihat itu seperti mereka akan bertengkar.
"Kalian, masing-masing pulanglah" Hana mencoba melerai mereka.
"Kau tidak memberitahu padanya?" Tanya Leon pada Jey.
"Jangan katakan" peringat Jey yang matanya menajam pada Leon.
"Kalian saling kenal??" Hana melihat keduanya saling bergantian.
"Tentu saja tidak, ayo kita pulang" ucap Jey yang menatap Hana dengan tatapan teduh berbeda dengan menatap Leon.
"Aku adalah Agustd, pria yang kau cari" terang Leon tiba-tiba.
"Apa?" Kaget Hana yang baru ia dengar.
"Sudah kubilang, aku akan memberi tahu nya sendiri" Jey menahan amarahnya dengan suara rendahnya.
"Apa-apaan ini? Kau tau? Kalau dia Agustd?" Tanya Hana pada Jey.
"Aku tidak ingin mengungkapkan, tapi aku terpaksa" senyum tipis Leon.
"Kenapa?" Tanya Hana bertanya-tanya.
"Nanti lagi, Hana besok kita akan bertemu lagi" ucap Leon yang mengangkat sudut bibirnya sedikit lalu masuk dalam mobil.
Mobil nya berlalu pergi, Hana yang sudah lelah tidak ingin dengar apapun lagi.
"Aku ingin jelaskan" mohon Jey.
"Aku belum memberitahu karena dia pria yang berbahaya, dia pria yang seharusnya tidak didekati" peringat Jey.
"Kau bicara seperti itu, kau kenal lama??" Selidik Hana.
Jey terdiam melihat Hana, sedangkan Hana menunggu jawaban dari Jey.
"Dia.. Sepupu ku, kita tidak pernah bertemu, aku baru bertemu saat makan malam keluarga, dia.. Pria yang berbahaya" jawab Jey.
"Aku mengerti, kak Jey pulanglah, besok lagi" ucap Hana yang lebih dulu pergi. Jey tak bisa menahan Hana ia pun hanya melihat Hana naik tangga ke studio rumahnya.
...
Esok harinya, Hana termenung sesekali saat bekerja, padahal pekerjaan nya banyak.
"Hana??" Panggil James direktur. Hana masuk ke dalam.
"Iyaa.. Anda butuh sesuatu??" Tanya Hana.
"Aku lupa..Kau sudah pesankan hadiah untuk istriku??" Tanya James.
"Hadiah?? Belum pak" Hana baru teringat.
"Kau juga lupa??" Protes James.
"Maaf Pak, sekarang aku akan beli sendiri" pungkas Hana.
"Bagus" angguk James.
"Tapi pak.. Kapan pimpinan bisa datang kesini lagi??" Tanya Hana tanpa basa-basi.
"Kenapa?? Beliau bukan sembarang orang yang biasa kau temui sesukamu" balik Tanya James.
"Tidak pak, aku hanya ingin mengembalikan sepatu yang dia beri padaku, kemarin" terang Hana.
"Apa? Sepatu?" James mulai tertarik.
"Iya, beliau menyewa satu Mall dalam satu jam hanya untuk berbelanja dengan tenang" ungkap Hana.
"Beliau mengajak mu?" Tutur James.
"Ya.. Tapi.. Sebenarnya orang seperti apa pimpinan kita itu?" Penasaran Hana karena ia juga masih penasaran dengan soal kenapa dia membayarkan kuliahnya.
"Beliau tidak pernah begitu pada bawahannya, pokoknya dia orang sangat kaya" ucap James.
"Itu sudah pasti" ucap pelan Hana.
"Tidak pergi??" Gubris James.
"Oh, yaa.. Aku pergi sebentar" pamit Hana yang pergi.
...
Hana berada di sebuah toko berlian ternama, ia pun masuk ke dalam toko tersebut, ini bukan tugasnya namun terkadang direktur menyuruhnya karena dia sibuk terlebih ia tidak terlalu paham soal model yang disukai wanita hanya bermain aman.
Hana mulai melihat-lihat kalung berlian yang mewah dan mahal.
"Aku mau lihat yang ini" tunjuk Hana pada salah satu kalung berbentuk bulat yang ada berlian nya.
Namun permintaannya tidak digubris, Hana pun menoleh tidak ada siapapun namun satu pria yang tengah berdiri cool pakaian jas nya melihat barang mewah tersebut.
Itu Leon yang seperti biasa menyuruh semua pegawai pergi, sehingga dia bisa leluasa melihat barang mewah.
"Yang mana paling kau suka?" Tanya Leon khas dengan suara nya.
"Tidak menyangka, bertemu disini" terang Hana.
"Kau suka yang itu??" Tanya Leon yang tak menanggapi pernyataan Hana.
"Tidak, ini hadiah untuk istri direktur, aku lupa untuk membelinya" terang Hana.
"Kau juga mengurus itu?? Itu menyalahkan kekuasaan" tutur Leon tak Terima. Hana sudah menduga dia pasti akan bersikap begitu.
Akhirnya Hana sudah dapat barang yang ia mau.
"Ikut aku" perintah Leon.
"Aku sibuk, aku tidak punya waktu bermain dengan anda" tolak Hana yang ingin pergi.
"Ku yakin kau penasaran" celetuk Leon.
"Kita bisa pergi ke Cafe" Hana jalan lebih dulu.
...
Leon memesan espresso, sedangkan Hana ice americano, melihat Leon menyeruput kopinya itu Hana sudah membayangkan rasa pahit itu. Anehnya Leon suka dengan rasa itu.
"Sekarang katakan, kenapa anda membayar kan kuliahku?" Tanpa basa-basi Hana bertanya.
"Kau tidak bisa basa-basi" terang Leon yang menaruh cangkir espresso nya.
"6 tahun aku sudah sangat penasaran" terang Hana.
"Ayahmu.. Kapan kembali?" Tanya Leon.
"Tenyata kau juga kenal ayahku, dia meminjam uang darimu? 500jt dolar apa benar?" Tanya Hana.
"Sudah kuduga, tidak sia-sia aku mengeluarkan uang, kau menebak dengan benar" ungkap Leon.
"Hahh.. Aku juga punya jawaban, aku tidak bisa menggantinya karena itu bukan urusanku lagi" jawab Hana yang pasti hati nya berkali-kali hancur.
"Aku tahu kau akan begitu, karena itu kau adalah jaminan" ungkap Leon yang membuat Hana mengkerut kan keningnya.
"Jaminan? Aku menolak" tolak Hana bahkan ia menyilangkan tangan didepan sembari membuang muka.
Leon mengeluarkan ponselnya dan mencari sesuatu di ponselnya, dan menyodorkannya ke Hana, terlihat sebuah foto dokumen berisi tentang perjanjian.
"Dia melampirkan kau sebagai jaminan" ucap Leon.
Hana melihat benar-benar perjanjian itu, bahkan ia perbesar untuk memperjelas nya. Tulisannya benar namanya berada disitu.
"Lalu.. Apa aku harus membayar hutang nya? 500jt dolar? Dari mana aku dapat uang sebanyak itu??" Ucap Hana yang berpikir.
"Itu bukan urusan mu, itu urusanku dengan ayahmu" terang Leon.
Hana menggigit bibir dalamnya ia terlihat berpikir, lalu ia mengeluarkan sebuah buku tabungan serta cap miliknya ada disana, lalu menyodorkannya pada Leon.
"Ini Tabunganku, memang sudah ku persiapkan, ambillah" terang Hana.
Leon membuka nya dan melihat nominalnya 8,3 juta won, nominal yang tidak kecil.
"Hmm, kau menghasilkan banyak uang" bangga Leon dengan suara rendahnya.
"Sudah selesai kan?? Aku pergi dulu" bangkit Hana.
"Kapan pun kau butuh sesuatu, katakan padaku" ucap Leon, Hana hanya diam dan pamit pergi.
Tak lama Hana pergi, seorang pria datang dengan pakaian jas nya.
"Suruh orang ikuti dia diam-diam, aku rasa dia dibuntuti" perintah Leon.
"Baik bos" jawab pria tersebut.
Dia adalah anak buah Leon yang ia percaya.
"Tapi.. Anda tidak pulang ke rumah?" Tanya pria tersebut.
"Bertemu kakek?? Pria tua itu masih hidup?" Tanya Leon yang enggan mampir ke rumah kakeknya.
Malam hari nya sebuah rumah mewah daerah Itaewon yang terkenal sangat mahal. Sebuah mobil SUV hitam berhenti didepan rumah tersebut dan tak lama pintu gerbang nya terbuka, mobil itu masuk dan berhenti lalu sebuah sepatu hitam mengkilap, pria dengan sejuta pesona itu datang ialah Leon yang memakai jas dan kaos biasa untuk dalamnya.
Kakinya melangkah masuk ke dalam terlihat rumah mewah terdapat lorong untuk menghubungkan dengan ruangan utama.
Bahkan di dinding terdapat sebuah foto keluarga pria tua yaitu kakeknya. Leon adalah salah satu cucu pria tua tersebut.
Terlihat diruang utama ada meja makan panjang bahkan yang lain sudah berkumpul, Leon menjadi pusat perhatian karena tak menyangka akan datang.
"Apa aku.. Sangat telat??" Sapa Leon yang menunjukan Smirk nya yang sambil berdiri.
Bahkan mata Leon melihat juga ke arah Jey yang sudah duduk diantara keluarga yang lain.
Raut wajah Jey berubah dingin melihat sepupu nya itu.
"Beri dia tempat" perintah kakek nya.
Leon duduk tepat dihadapan Jey, yang terlihat wajahnya sudah tidak sangat bersahabat. Leon hanya menanggapi dengan smirk nya.