Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Birthday Present
Fort membeku. Matanya melebar, sementara Peat dengan santai mendorongnya menjauh dan berbalik menuju pintu resort.
‘’Itu hadiahmu. Sudah cukup?’’ katanya dengan nada dingin, sebelum hendak masuk.
Namun, Fort tiba-tiba menariknya. ‘’Belum cukup.’’
Tanpa memberi waktu Peat untuk bereaksi, ia menciumnya kembali, kali ini dengan penuh gairah dan intensitas.
Peat yang awalnya kaget, akhirnya menyerah pada momen itu. Ia merasakan tangan Fort di punggungnya, menariknya lebih dekat. Ciuman itu lama dan dalam, seolah waktu berhenti di antara mereka.
Ketika mereka akhirnya berhenti, Peat menatap Fort dengan wajah memerah dan napas terengah. ‘’Kau benar-benar pria yang tidak tahu diri.’’
Fort tersenyum lebar, matanya bersinar dengan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. ‘’Kau yang memulainya. Aku hanya memastikan hadiahnya terasa lebih berarti.’’
Peat mengangkat alis sebelum menarik kerah baju Fort dan membalas ciumannya dengan intensitas yang sama.
Mata Fort perlahan tertutup, membiarkan dirinya larut dalam momen itu. Ciuman mereka semakin dalam, semakin berani, dan semakin sulit untuk dihentikan.
Peat menarik wajahnya sedikit, menatap Fort yang tampak terengah.
‘’Kau pikir hanya kau yang bisa menang di sini?’’ katanya dengan nada menggoda, senyumnya tipis namun penuh tantangan.
Fort terkekeh kecil, bibirnya masih terasa hangat.
‘’Aku tidak tahu kau bisa sekompetitif ini,’’ balasnya dengan nada rendah, tapi tatapannya penuh gairah.
Keduanya kini saling menarik satu sama lain, mencium dengan penuh gairah dan keinginan yang tak tertahan. Langkah mereka mundur, tubuh mereka saling bersentuhan, meninggalkan pintu hingga akhirnya terjatuh ke kasur, dengan Fort yang menindih Peat.
Fort melepaskan ciumannya, menatap Peat dengan senyuman lebar. ‘’Bagaimana kalau kita berhenti di sini? Aku tidak ingin kau menyesali ini besok.’’
Peat menatap Fort dengan alis terangkat, senyum angkuhnya kembali muncul. Ia sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah Fort, lalu berbisik dengan nada menantang. ‘’Kalau kau takut, kau bisa pergi sekarang, 'Harta Karun Pulau.' Aku tidak akan menghentikanmu.’’
Kalimat itu langsung menghantam ego Fort. Pria itu terdiam, bibirnya berkedut seolah ingin tertawa namun juga tak percaya dengan keberanian Peat.
Ia menyeringai sambil menatap wanita itu. ‘’Aku tidak pernah lari dari tantangan. Tapi jangan menyesal kalau aku memenangkan ini.’’
Fort kembali mencium Peat, kali ini dengan lebih banyak perasaan, tidak hanya gairah. Ciumannya dalam dan menghangatkan, membuat Peat yang tadinya ingin mendominasi, kini merasa kehilangan kendali. Tangannya meraih bahu Fort, menarik pria itu lebih dekat.
Fort menahan dirinya sejenak, menarik wajahnya untuk menatap Peat. ‘’Kau yakin ingin melanjutkan ini? Aku tidak ingin ada drama setelahnya.’’
Peat menghela napas, merasa gemas karena Fort terus berbicara. Ia mengulurkan tangannya, menarik wajah Fort kembali. ‘’Diam dan lanjutkan saja, dasar bajingan.’’
Fort tertawa kecil sebelum kembali mencium Peat dengan intensitas yang sulit dihentikan. Ia perlahan menurunkan ciumannya dari bibir Peat, menyusuri leher jenjangnya dengan lembut namun penuh gairah.
Setiap kecupan membuat Peat merasakan gelombang kecil kehangatan menjalar di kulitnya.
Fort yang semakin terfokus, menggeser atasan tipis Peat perlahan, memperlihatkan bahunya yang indah di bawah cahaya lampu temaram. Ia menanamkan kecupan di sepanjang lengan Peat, mulai dari pergelangan hingga bahu, setiap kali berhenti hanya untuk menikmati reaksi wanita itu.
Namun, saat ciumannya mencapai bahu, Fort menggigit, membuat Peat langsung menarik rambut pria itu dengan satu tangan.
‘’Hei!’’
Peat menahan mulut Fort sehingga memperlihatkan gigi pria itu. ‘’Kau sangat suka menggigit orang, apa kau seekor anjing?’’
‘’Guk,’’ balas Fort dengan senyum lebar yang nakal sebelum kembali mencium Peat penuh gairah, mengirimkan pesan bahwa ia sepenuhnya mengendalikan momen tersebut.
Suasana kamar semakin hangat, dan waktu terasa melambat ketika keduanya terlarut dalam perasaan yang akhirnya mereka ungkapkan, tanpa kata, hanya melalui tindakan.
Malam itu, batasan mereka perlahan kabur, membiarkan perasaan yang terpendam selama ini mengambil alih.