Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Kebangkitan Sang Avatar"
Cahaya pelangi yang menyelimuti tubuh Arya perlahan memudar, namun aura kekuatan yang terpancar darinya masih terasa sangat kuat. Semua orang di Pulau Penyatu, baik dari pihak Persaudaraan Elemen maupun Bayangan, terdiam terpana menyaksikan transformasi Arya.
Arya perlahan turun, kakinya menyentuh tanah dengan lembut. Matanya yang berwarna-warni memancarkan kebijaksanaan dan kekuatan yang belum pernah terlihat sebelumnya.
"Arya?" Citra memanggil dengan hati-hati. "Kau... baik-baik saja?"
Arya menoleh ke arah Citra, senyum lembut terbentuk di bibirnya. "Aku baik-baik saja, Citra. Lebih dari baik."
Suara Arya terdengar berbeda, seolah bergema dengan kekuatan elemental itu sendiri.
Pemimpin Bayangan, yang sempat terkejut, kini mulai pulih dari keterkejutannya. "Kekuatan itu seharusnya menjadi milik kami! Serang dia!"
Pasukan Bayangan mulai menyerang Arya dengan berbagai serangan elemental. Namun, dengan gerakan tangan yang anggun, Arya mengendalikan setiap elemen yang dilancarkan padanya, mengubahnya menjadi harmoni energi yang indah.
"Hentikan ini," kata Arya, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Kekuatan ini bukan untuk dikuasai atau digunakan untuk menindas. Ini adalah anugerah untuk menjaga keseimbangan dunia."
Nyi Roro, yang menyaksikan semua ini, berbisik takjub, "Avatar... Legenda itu benar. Arya telah menjadi Avatar, penguasa seluruh elemen."
Sementara itu, di Jakarta, Bima dan Dara tiba di markas Persaudaraan Elemen. Mereka disambut oleh Guru Bayu yang tampak cemas.
"Ada apa, Guru?" tanya Bima, masih terengah-engah.
Guru Bayu menunjuk ke layar besar yang menampilkan peta kota. "Lihat ini. Titik-titik merah ini adalah lokasi munculnya pengendali elemen baru. Tapi perhatikan polanya."
Dara mendekat, mengamati peta dengan seksama. Matanya melebar saat menyadari sesuatu. "Ini... membentuk simbol?"
Guru Bayu mengangguk. "Tepat. Ini adalah simbol kuno Persaudaraan Elemen. Siapapun yang mengendalikan ini, mereka tahu lebih banyak tentang kita daripada yang kita duga."
"Tapi apa tujuan mereka sebenarnya?" tanya Bima.
Sebelum Guru Bayu bisa menjawab, tiba-tiba seluruh kota diselimuti cahaya pelangi yang muncul dari langit. Fenomena yang sama terjadi di seluruh dunia.
Kembali ke Pulau Penyatu, Arya mengangkat tangannya ke langit. Energi dari Batu Penyatu mengalir melaluinya, menyebar ke seluruh dunia.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pemimpin Bayangan, campuran antara takut dan kagum dalam suaranya.
"Mengembalikan keseimbangan," jawab Arya. "Kekuatan elemental bukanlah senjata atau alat untuk menguasai. Ini adalah bagian dari alam, dan harus kembali ke tempatnya yang seharusnya."
Perlahan, di seluruh dunia, orang-orang yang baru saja mendapatkan kekuatan elemental merasakan energi itu perlahan meninggalkan tubuh mereka. Namun, alih-alih hilang sepenuhnya, kekuatan itu menyatu kembali dengan alam sekitar.
Di Jakarta, Bima dan Dara menyaksikan dengan takjub saat pohon-pohon di taman kota mulai tumbuh dengan cepat, sungai-sungai yang tercemar menjadi jernih kembali, dan udara yang kotor menjadi bersih.
"Apa yang terjadi?" tanya Dara kagum.
Guru Bayu tersenyum, air mata haru di sudut matanya. "Arya... dia berhasil. Dia mengembalikan keseimbangan dunia."
Di Pulau Penyatu, pasukan Bayangan mulai mundur, menyadari bahwa rencana mereka telah gagal total. Pemimpin mereka, dengan wajah penuh kekalahan, berseru, "Ini belum berakhir! Kami akan kembali!"
Namun, sebelum mereka bisa melarikan diri, Arya mengangkat tangannya. Tanah di bawah kaki pasukan Bayangan bergerak, menahan mereka di tempat.
"Kalian akan menghadapi konsekuensi dari tindakan kalian," kata Arya tegas. "Tapi bukan dengan kekerasan. Kita akan membangun dunia baru, di mana semua elemen dan semua orang hidup dalam harmoni."
Citra dan Rama mendekati Arya, masih takjub dengan transformasi sahabat mereka.