Bukan bacaan untuk bocil.
Blurb...
"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
ikuti kisah selengkapnya dengan membaca karya ini hingga selesai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin membesar
Mendengar ucapan sang mama, Vaniapun hanya bisa terdiam sembari membayangkan sang kakak yang perutnya memang sudah semakin membesar.
"Kasian kak Khanza, apa ayah dari bayinya mau bertanggung jawab? Kalau tidak bagaimana?" Batin Vania.
Drrd drrd
Lamunan Vania tentang sang kakak terhenti setelah ponselnya bergetar.
"Hallo Ameena? Ada apa?"
Ucap Vania setelah menjawab telepon dari sahabatnya.
"Terima kasih ya Van, karna tadi malam kamu sudah hadir di acara grand opening restoran baru mama aku"
Balas Ameena yang masih rebahan di atas tempat tidur nyamannya.
"Iya sama-sama. Malah aku yang harusnya berterima kasih karna telah kamu undang." Vania tersenyum lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Berkat kamu aku jadi bisa selamat dari masakan mama aku tadi malam" Sambung Vania lagi setengah berbisik.
"Kamu itu ada-ada saja" Ameena terkekeh mendengar ucapan Vania.
"Kalau begitu sampai ketemu di sekolah ya, by" Ucap Vania.
"By.." Balas Ameena.
"Telepon dari siapa nak?" Tanya Yudi yang sedang duduk di sofa sembari membaca koran.
"Dari Ameena pah sahabat aku yang tadi malam mamanya baru buka cabang restoran baru itu loh"
Beritahu Vania apa adanya.
"Oh yang restorannya di dekat gedung rumah sakit medistra itu kan?" Tanya Yudi lagi.
"Iya betul. Tadi malem aku juga ketemu kak Khanza di restoran itu pah"
Beritahu Vania lagi setengah berbisik agar Sarah tak mendengar obrolan mereka. Sarah bisa tantrum jika mendengar nama Khanza didebut.
"Oh ya, gimana keadaan kakak kamu sekarang?"
Yudi menaruh korannya di atas meja, kini fokusnya tertuju ke arah Vania saja.
"Baik pah, baju-baju yang di pakai kak Khanza juga bagus dan sepertinya harganya mahal." Balas Vania, sembari membayangkan penampilan sang kakak yang nampak cantik tadi malam.
"Syukurlah kalau kakakmu baik-baik saja, papa jadi tidak perlu mengkhawatirkan dia lagi" Yudi tersenyum lega.
"Buat apa mengkhawatirkan anak itu pah? Yang harus di khawatirkan itu Vania"
Ucap Sarah yang baru keluar dari arah dapur dengan secangkir kopi hitam di tangannya.
"Maksud kamu apa mah?" Tanya Yudi pula.
"Sebentar lagikan Vania kuliah, sedangkan uang tabungan kita untuk biaya kuliah Vania belum cukup" Jelas Sarah.
"Itukan salah kamu sendiri mah yang terlalu boros, kurangilah kebiasaan kamu yang suka membeli barang-barang tak berguna itu"
Kesal Yudi sembari menunjuk ke arah setumpuk paket yang di pesan sang istri dan belum sempat di unboxing hingga sekarang.
"Loh kok mama yang salah si pah!? Semua ini gara-gara si Khanza. Harusnya sekarang dia mulai bekerja untuk membantu membiayai sekolah adik-adiknya, tapi anak itu malah hamil segala!"
Kesal Sarah lagi dengan rahangnya yang mengeras.
Yudi hanya bisa memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Sedangkan Vania sudah pergi ke kamarnya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
***
"Hatchi...hatchi..."
Karna terus jadi bahan pembicaraan kelurganya, Khanza sampai terbersin-bersin.
"Lo kenapa Za? Flu?"
Tanya Rosaline yang baru saja masuk ke kamar Khanza.
"Sepertinya begitu"
Kata Khanza sembari mengusap hidungnya dengan selembar tisu.
"Itu karna lo melewatkan makan malam lo sih kemarin, jadi sakitkan"
Kata Rosaline sembari menjatuhkan bokongnya tepat di sebelah Khanza yang sedang duduk di tepi ranjang.
Khanzapun hanya tersenyum karna yang di ucapkan Rosaline memang benar. Setelah bertemu dengan Albian di restoran tadi malam, selera makan Khanza jadi menghilang. Apalagi setelah Albian mengatakan jika dirinya rakus dan perutnya buncit karna terlalu banyak makan. Khanza jadi tidak berselera makan apapun lagi.
"Yang dikatakan Albian memang benar, perut aku semakin membesar sekarang?" Batin Khanza sembari menatap pantulan dirinya dicermin meja rias. Tindakan Khanza itu tak luput pula dari pandangan Rosaline.
"Ini ambilah"
Ucap Rosaline sembari memberikan 2 buah tas paper bag pada Khanza.
"Apa ini?" Tanya Khanza, netranya menatap pada paper bag berwarna coklat itu.
"Yang ini hadiah dari gue" Rosaline menyerahkan paper bag dengan ukuran lebih besar terlebih dahulu pada Khanza, isinya adalah kemeja oversize beserta celana leging. Khanzapun tersenyum saat memenerimanya karna memang itu yang ia butuhkan di tengah perutnya yang semakin membesar sekarang.
"Terimakasih ya Ros, kalau aku sudah bekerja nanti aku akan mengganti semuanya"
Ucap Khanza dengan matanya yang mulai berembun.
"Aih lo ini apaan sih, gue tulus kok nolongin lo. Tapi kalau nanti lo udah kerja and punya gaji sendiri, lo boleh deh traktir gue. Tapi gue yang milih tempatnya ya"
Ucap Rosaline sembari terkekeh.
"Ok siap" Balas Khanza semabari tertawa pula.
"Dan yang ini dari mama, tadi sebelum mama pergi keluar kota mama nitipin ini buat lo" Beritahu Rosaline sembari memberikan Paper bag dengan ukuran lebih kecil namun terasa lebih berat.
Pagi-pagi sekali Clara memang sudah kembali ke luar kota, untuk mendampingi kakak Rosaline yang tengah sakit.
"Gak usah Ros ini aja udah cukup kok"
Khanza menolak hadiah kedua yang di berikan Rosaline kepadanya.
"Ini bukan dari gue Za, tapi dari mama. Nanti mama sedih kalau lo gak mau menerimanya."
Ucap Rosaline sembari memasang wajah sedihnya.
#Selamat membaca semuanya, jangan lupa like and komennya ya ^^#
the real kembar ini mah,, slalu bertengkar...