Mayra begitu bahagia dijodohkan dengan pria pilihannya, akan tetapi harapannya dicintai harus pupus dan kandas. Rayyan Atmadja sangat membenci Mayra namun dirinya enggan untuk melepaskan.
Apakah Mayra mampu mempertahankan dan membuat Rayyan mencintainya atau Mayra lama-lama menjadi bosan lalu meninggalkan pria pilihannya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Memangnya Ke Mana Ayahmu?
Rama menyerahkan ponsel kepada ibunya setelah mendengar suara wanita itu memanggilnya. Mayra pun menerima benda tersebut dan berkata, "Halo, Lanny!"
"Kak Mayra, aku tidak tahu jika Rama yang menjawab panggilan teleponku!" ucap Lanny tampak ketakutan.
"Memangnya apa yang kamu katakan tadi?" tanya Mayra.
"Aku keceplosan dan mengatakan jika sudah mengetahui wajah Tuan Rayyan," jawab Lanny.
"Tidak apa-apa, aku akan menjelaskannya jika dia bertanya," ucap Mayra membuat Lanny lega.
Selepas mengobrol dengan Lanny di telepon, Mayra melangkah meninggalkan putranya di ruang televisi.
"Mama, apa benar yang dikatakan Bibi Lanny?" Rama mengikuti langkah kaki sang ibu.
"Apa yang sudah dikatakan Bibi Lanny kepadamu?" Mayra membalikkan badannya.
"Bibi bilang jika dia bertemu dengan papa," kata Rama.
"Bibi Lanny salah bicara," ucap Mayra.
"Salah bicara?" Rama tampak bingung.
"Lupakan saja apa yang dikatakan Bibi Lanny, pergilah bermain dengan teman-temanmu," kata Mayra.
"Baiklah, Ma!" Rama pun berlalu.
Mayra lantas terduduk dan menangis setelah Rama pergi bermain. Ia sungguh tak kuasa dan bingung menjelaskan sosok Rayyan kepada putranya.
"Ada apa, May? Kenapa menangis?" Ratih yang dari dapur begitu khawatir melihat putrinya.
Mayra lalu menjelaskan alasan kenapa dirinya menangis.
"Memang lebih baik kamu katakan sejujurnya kepada Rama, dia harus tahu siapa ayah kandungnya," saran Ratih.
"Aku takut Mas Rayyan tidak mau mengakui Rama adalah putranya, Bu. Apalagi dia begitu membenciku," kata Mayra menyeka air matanya.
"Jika Rayyan tidak mengakuinya, itu urusan belakangan," ucap Ratih.
"Aku tidak mau Rama bersedih, Bu."
Ratih juga menjadi serba salah, ia merasa kasihan kepada cucunya yang ingin mengetahui sosok ayahnya sementara itu dia juga tak tahu apakah Rayyan mau menerima Rama atau tidak.
****
Satu bulan berlalu...
Mayra akhirnya memutuskan membuka toko aksesoris impiannya, selama ini dirinya bekerja di sebuah toko elektronik.
Mayra, Ratih dan Rama berangkat dari rumah pukul 7 pagi. Ya, ini adalah hari pertama dirinya membuka toko. Mereka menyusun dan menata aksesoris agar terlihat menarik.
"Mama, aku haus!" rengek Rama menarik dress yang dikenakan Mayra.
"Botol air minum ada di meja, Nak!" kata Mayra tanpa menatap putranya karena lagi menata ikat rambut.
"Aku ingin minum es jeruk, Ma!" ucap Rama.
"Mama tidak bisa menemani kamu membeli es jeruk!" kata Mayra.
"Aku bisa membelinya sendiri, Ma."
Mayra akhirnya memberikan selembar uang berwarna hijau kepada putranya. Rama yang begitu senang permintaannya dikabulkan lantas pergi membeli minuman.
Rama berjalan kaki seorang diri membeli minuman kesukaannya, setelah menunggu 20 menit akhirnya apa yang diinginkannya telah didapatkannya. Tangan kiri menenteng gelas plastik berisi es jeruknya dan tangan kanannya memegang uang kembalian belanja.
Tiiiit..
Rama yang tak hati-hati sangat terkejut mendengar suara klakson begitu panjang. kantong plastik minuman yang dipegangnya terlepas sehingga membuat isinya tumpah. Sontak, Rama pun menangis.
Mobil hitam yang hampir menabrak tubuh Rama, berhenti tepat di samping bocah itu. Seorang pria keluar dari kendaraan tersebut. "Hei, di mana orang tuamu? Kenapa anak sekecil kamu berkeliaran di jalanan?" kesalnya.
"Es jerukku tumpah! Paman harus menggantinya!" tangis Rama semakin kencang.
"Hei, itu salahmu! Kenapa aku yang harus menggantinya?" protesnya.
"Paman akan aku laporkan kepada mamaku!" ancam Rama.
Tak mau masalah menjadi panjang, pria itu akhirnya mengalah dan berkata, "Baiklah, aku akan menggantinya!"
"Di mana kamu membelinya?" tanyanya kepada Rama.
Rama lalu menunjukkan ke arah gerai minuman, kira-kira 50 meter dari mereka berdiri. Keduanya pun bersama-sama melangkah ke arah gerai minuman tanpa bicara apapun.
"Aku sudah menggantinya, di mana rumahmu?" tanya pria itu.
"Rumahku jauh, cuma toko mama di dekat sini!" jawab Rama.
"Aku akan....." Belum selesai bicara, ponsel pria itu berdering ia pun buru-buru mengangkatnya.
Selang 2 menit kemudian, pria itu menutup ponselnya lalu mengarahkan pandangannya kepada Rama yang sedari tadi berdiri di sampingnya. "Aku tidak bisa mengantarkanmu, pulanglah dengan hati-hati!"
"Baik, Paman. Terima kasih sudah mengganti minuman aku!"
"Lain kali jika ingin membeli sesuatu ajak kedua orang tuamu. Beruntung saja mobilku tidak menabrak kamu!"
"Aku hanya mempunyai mama, jadi kemanapun aku selalu bersama dia. Karena hari ini dia begitu sibuk makanya tak sempat menemaniku," kata Rama.
"Memangnya ke mana ayahmu?"
"Aku tidak tahu, dari aku lahir dia tak pernah menemui ku!"
Pria tersebut terdiam mendengar ocehan Rama yang sembari menyeruput minumannya.
"Kenapa lama sekali?" tanya Mayra kepada Rama yang baru kembali ke toko sembari menyerahkan sisa uang belanja.
"Minuman aku tadi terjatuh, Ma."
"Oh, begitu."
"Tapi, minuman aku sudah diganti paman itu!"
"Paman?" Mayra dan ibunya saling pandang.
"Paman itu tidak hati-hati membawa mobilnya," kata Rama.
"Tapi, kamu tidak apa-apa 'kan?" Mayra mendekati putranya memegang tangan dan kakinya memastikan apa ada yang terluka atau tidak.
"Aku tidak apa-apa, Ma. Cuma minuman aku tumpah dan paman itu sudah menggantinya," kata Rama.
"Huh, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa!" Mayra bernapas lega.
"Lain kali jika ingin membeli sesuatu kamu harus pergi bersama nenek atau mama kamu!" Ratih memberikan peringatan dengan nada lembut.
"Iya, Nek. Maaf sudah membuat kalian khawatir!" ucap Rama.
"Ya sudah, kamu duduk di sana. Jika lapar, buka saja bekal makan kita," kata Mayra.
"Iya, Ma."
***
Esok harinya, Mayra yang hendak berangkat ke toko mendapatkan telepon dari Lanny. Dirinya mengatakan jika Rayyan berada di kota tempat di mana Mayra beserta anak dan ibunya tinggal.
"Mayra, ayo kita gerak sekarang!" ajak Ratih.
"Dia di kota ini, Bu!" ucap Mayra lirih.
"Rayyan?" tebak Ratih.
"Ya, aku takut sekali, Bu." Mayra tampak cemas.
"Apa yang kamu takutkan? Rama akan diambilnya?" terka Ratih.
"Aku takut dia akan menyiksaku lagi, Bu."
"Tidak mungkin, Mayra. Jika dia memang menginginkanmu, dari beberapa tahun lalu dia akan mencarimu dan membawamu," kata Ratih menenangkan putrinya.
Mayra diam dan berpikir.
"Jika Rayyan berani menyakitimu dan Rama, Ibu akan melaporkannya kepada Oma Salsa dan Radit," kata Ratih.
Setelah mendengar ucapan Ratih, hati Mayra sedikit lebih tenang. Ya, selama ini Oma Salsa dan Radit selalu membantunya. Makanya, Lanny dapat mudah bekerja di perusahaan Oma Salsa.
Mereka pun berangkat ke toko, sesampainya di sana Rama meminta izin untuk pergi bermain dan Mayra memberikannya. Rama dengan senang hati riang melangkah.
Rama pun bertemu dengan beberapa orang anak di taman, ia pun begitu bahagia. Mereka bermain bola bersama-sama.
"Rama, ambil bolanya!" teriak salah satu anaknya.
"Iya!" balas Rama berteriak, ia pun berlari ke arah jalanan.
Rama mengejar bola ke jalanan tanpa disadarinya sebuah motor melaju kencang ke arahnya. "Aaargghh......!"
Salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜