"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Pengalihan Issue
"Anda yakin Pak Gilang?" Ulang Elang pertanyaannya.
"Saya mencintai Devina sejak pertama kali dia menjadi sekretaris Saya," jawab Gilang.
Saat Wina menunjukkan foto kebersamaan Devina dengan Gilang, Elang tidak bisa menahan cemburu. Tatapan keduanya sama-sama memancarkan cinta. Entah Devina sadar atau tidak. Pancaran cinta itu pancaran yang pernah Elang rasakan, setiap kali Devina menatapnya.
Saat itu bukan hanya cemburu. Tapi Elang juga marah. Bagaimana dia tidak marah, karena Gilang adalah suami wanita lain. Dia tidak ingin Devina terlibat masalah dengan Sandra. Dia sangat tahu, seperti apa rekan kerjanya itu.
Saat Gilang memberitahu bahwa Sandra sendiri yang meminta Devina untuk menggodanya, Elang bisa bernapas lega. Ternyata itu hanya pura-pura. Tapi sekarang, Gilang justru mengakui mencintai gadis yang dia cintai. Elang harus bagaimana? Sementara dia tidak bisa semudah itu memutuskan pertunangannya dengan Wina. Walaupun sudah dia umumkan di media. Elang tinggal menunggu waktu, orang tuanya dan orang tua Wina memanggilnya untuk menghadap mereka.
"Jadi perhatian nak Gilang selama ini bukan karena Devi diminta jadi pelakor?" tanya bunda Helen memastikan.
"Saya mohon restu dari Ibu," jawab Gilang.
"Kamu sendiri bagaimana Devi?" Ayah Dewa yang bertanya. Dia harus tahu perasaan putrinya.
"Devina sudah menerima Saya," Gilang yang menjawab sambil menunjukkan jari Devina yang mengenakan cincin berlian pemberiannya.
"Pak Dewa, segera saja kita nikahkan mereka," ucap tuan Aksa yang cukup mengejutkan ayah Dewa dan bunda Helen.
"Tuan tidak salah merestui putri kami? Kami ini keluarga biasa," balas ayah Dewa.
"Saya tidak pernah memandang orang dari hartanya. Istri saya, ibunya Gilang juga dari kampung di Jawa Tengah."
"Sebelum membicarakan pernikahan pak Gilang dan Devi, ada hal yang ingin Saya sampaikan pada Tuan. Tapi tidak bisa saat ini, karena Saya harus membicarakannya terlebih dulu dengan istri dan anak-anak Saya," ucap ayah Dewa.
"Baiklah kalau begitu, Saya akan menunggu kabar dari Pak Dewa. Ini kartu nama Saya. Hubungi saja nomor yang ada di kartu ini. Itu nomor yang Saya pegang sendiri," balas tuan Aksa.
Pertemuan itu berakhir setelah ayah Dewa menerima kartu nama tuan Aksa. Keluarga Cakrawala itu langsung pamit. Gilang sedikit kecewa karena belum ada kejelasan kelanjutan hubungannya dengan Devina. Biarpun me
***
Pengalihan issue tentang Devina yang jadi pelakor karena permintaan Sandra, beredar luas di pemberitaan. Khususnya berita infotainment. Devina sendiri sudah menduga, jika konferensi pers beberapa hari yang lalu hasilnya tidak sesuai dengan tujuan Gilang.
Pimpinan Cakrawala Company itu ingin orang-orang tahu, bahwa pernikahannya dengan Sandra tidak sah. Agar tidak ada lagi yang menghujat Devina sebagai pelakor saat dia meresmikan hubungannya dengan sekretarisnya itu. Namun, berita yang beredar justru tidak sesuai dengan keinginan pimpinan Cakrawala Company.
Bukan salah awak media. Mereka sudah memberitakan apa yang sebenarnya terjadi. Hanya saja, saat ini asumsi publik sengaja digiring oleh pihak tertentu. Sehingga mereka justru mengira Sandra, Wina dan Elang sengaja membuat keributan tersebut. Untuk mensukseskan film yang dimainkan ketiganya yang akan segera tayang di bioskop.
Elang yang baru saja tiba di lokasi syuting di proyek terbarunya di cegat oleh beberapa awak media. Mereka ingin bertanya langsung terkait berita yang berkembang saat ini.
"Elang, apa benar keributan kemarin hanya setingan agar film kalian lakukan keras?" tanya seorang wartawan pada pria itu.
"Saya tidak tahu. Jangan tanyakan pada Saya," jawab Elang. Dia engan menanggapi masalah ini. Hatinya masih kacau setelah tahu bahwa tuan Aksa dan ayah Dewa merestui hubungan Devina dan Gilang.
Andai saja dia tidak melakukan kesalahan tiga tahun yang lalu, mungkin saat ini dia yang mendapatkan restu dari ayah Dewa untuk mempersunting Devina. Saat ini dia pasti tengah menikmati kebahagiaanya bersama Devina, di rumah yang Elang beli untuk masa depan mereka.
Andai dia tidak membuat kesalahan tiga tahun lalu, Devina tidak akan terlibat masalah dengan Sandra seperti sekarang ini. Sampai-sampai diminta jadi pelakor, oleh rekan kerjanya itu. Elang tida tahu saja, bahwa semua berawal dari ide yang diajukan Wina.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Sekarang Elang harus menerima kenyataan, bahwa ada pria lain yang lebih pantas untuk mencintai Devina. Hanya saja hatinya tidak ikhlas melepas Devina menjadi milik laki-laki lain.
Sudah tiga tahun dia bertunangan dengan Wina, tapi Elang belum bisa mencintai wanita itu. Tetap Devina yang ada dalam hatinya sejak dulu, hingga saat ini. Kata saudara yang sering dia katakan pada Devina, hanya alasan agar dia bisa tetap berhubungan baik dengan gadis itu. Walau Elang menyadari, Devina selalu menjaga jarak setelah dia bertunangan dengan Wina.
Pengalihan issue saat ini sebenarnya menguntungkan bagi Elang. Itu berarti Gilang tidak bisa melamar Devina dalam waktu dekat ini. Seperti pembicaraan antara tuan Aksa dan ayah Dewa beberapa hari yang lalu.Tapi Elang tidak sampai hati membuat Devina terus dalam ketidak pastian.
Elang tidak bisa memutuskan pertunangannya dengan Wina begitu saja. Elang juga tidak bisa melarang Devina dekat dengan Gilang. Karena pernikahan Sandra dan pimpinan Cakrawala Company itu tidak sah.
Sementara itu di kantor Cakrawala Company. Tepat di ruangan pimpinan, Gilang geram dengan berita yang beredar saat ini. Bukan ini yang Gilang inginkan.
"Eki, kenapa beritanya bisa jadi seperti ini?" tanya Gilang pada asistennya itu.
"Ada pihak lain yang menggiring opini publik Pak," jawab Eki.
"Cari tahu siapa mereka!"
Eki langsung menoleh pada Devina yang baru saja masuk ke ruangan pimpinan Cakrawala Company. "Dev, kamu tahu siapa yang mengiring opini publik, sehingga tidak sesuai dengan yang kita inginkan?" tanyanya.
"Tentu saja orang yang diuntungkan dengan pengalihan opini tersebut," jawab Devina.
"Siapa? Sandra, Wina atau ... Elang," tanya Eki ragu-ragu saat menyebut nama Elang.
"Yang paling diuntungkan dari ketiga orang itu."
Eki frustasi sendiri mendengar jawaban Devina. Kenapa tidak langsung saja gadis itu menyebut nama orangnya. Mengapa dia harus mencari jawabannya sendiri.
"Sandra," jawab Eki setelah menerima tatapan tajam dari bosnya.
"Kekasih Sandra."
"Ha!" Eki terkejut. Dia tidak pernah melihat istri bosnya itu dekat pria lain. Kemana-mana selalu bersama asistennya. Eki baru ingat. Asisten Sandra itu seperti pria, dia langsung membulatkan mata atas pemikiran liarnya.
"Maksud kamu asistennya Sandra?" Tanya Eki untuk memastikan.
"Urus pria jadi-jadian itu!" Perintah Gilang membuat Eki menoleh pada bosnya.
"Bos, jadi benar Sandra itu kaum ---."
"Kerjakan saja Eki. Jangan bergosip di sini." Potong Gilang perkataan Eki.
"Devina?" bisik Eki. Dia butuh bantuan sekretaris yang merangkap kekasih bosnya itu.
"Buka flashdisk yang kemarin Saya berikan ke Pak Eki," jawab Devina.
"Kamu memang yang terbaik," balas Eki.
Sepeninggal Eki, Devina melanjutkan tugasnya untuk menyerahkan beberapa berkas yang harus di tandatangani pimpinan Cakrawala Company. Tapi Gilang justru menarik Devina duduk di pangkuannya. Pertemuan kemarin sore membuat Gilang semakin berani menunjukkan perasaannya pada Devina.
"Sayang, sebenarnya apa yang ingin dibicarakan ayah dengan papa?" Gilang bertanya karena malam ini ayah Dewa akan bertemu ayahnya.
"Pak Gilang ikut saja bertemu dengan ayah," jawab Devina. Biar saja Gilang penasaran. Devina juga tidak mau mengacaukan rencana ayahnya.
"Mas, Sayang." Gilang kesal, karena Devina masih saja memanggilnya Pak disaat mereka sedang berdua.