Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 : Tulisan Tangan Viona
Emilia dan Adinda sedang melihat pertandingan basket yang di lakukan siswa kelas 12 A vs siswa kelas 11 A, di lapangan basket. Emilia tampak biasa-biasa saja melihat pertandingan basket itu, tapi Adinda sangat antusias. Para siswi lain juga sangat antusias menyaksikannya.
"Emilia, lihat, banyak pengagum berat Roy," tunjuk Adinda.
"Menurut ku Roy biasa-biasa saja. Suamiku lebih tampan darinya."
"Mulai deh bucinnya, beberapa hari yang lalu pengen cerai, sekarang bucin lagi."
"Ya tidak masalah dong, toh suamiku bukan suami orang." Emilia baru menyadari perkataannya."Suami orang? Astaga, ternyata Aku sudah menganggap Agam suamiku? Padahal secara logika, jelas-jelas Agam suami Emilia asli," ucap Emilia dalam hati.
"Iya, iya, dasar bucin sejati," kata Adinda.
"Kamu tidak suka pada Roy?"
"Kamu bercanda atau pura-pura tidak ingat?" Adinda cemberut.
Lagi-lagi Emilia baru menyadari perkataannya. Dia lupa Adinda sangat tergila-gila dulu pada Roy. Namun, Roy pernah menolak Adinda dengan keras, hingga di tertawakan teman satu sekolah. Hal itu membuat Adinda malu dan marah, sampai perasaan Adinda berubah, yang awalnya suka jadi benci.
"Maaf-maaf, Aku lupa," sesal Emilia. "Inilah kelemahannya punya dua ingatan, kadang ingatan Emilia asli ku lupakan," batin Emilia.
"Jangan ungkit itu lagi," pinta Adinda.
"Iya Aku janji."
"Mood ku berantakan. Ayo ke kelas," ajak Adinda.
"Ayo," jawab Emilia.
Adinda dan Emilia pergi ke kelas. Kepergian mereka tidak sengaja tertangkap mata Roy. Membuat Roy berhenti bermain basket.
"Sorry teman-teman, Aku capek, besok lagi Kita lanjutkan," kata Roy. Tanpa menunggu jawaban mereka, Roy langsung meninggalkan lapangan basket.
"Hei Roy, mana bisa seperti ini?" panggil temannya.
"Aku kapten basket, jadi terserah Aku," jawab Roy. Dia tidak menoleh sedikitpun dan tetap pergi peninggalan lapangan basket. Semua penonton kecewa. Tapi mereka tidak bisa marah karena mereka tidak bisa melawan Roy.
"Percuma Aku main basket dengan keren, toh Adinda tidak melihatnya," batin Roy.
***
"Identitas penulis surat adalah Viona," lapor detektif yang di minta Alex melakukan penyelidikan.
"Bodoh, penyelidikan macam apa itu? Viona sudah mati, mana mungkin bisa menulis surat. Cepat selidiki ulang!" titah Alex. Kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Aku yakin ini ulah iseng orang terdekat Viona. Dia pandai sekali meniru tulisan tangan Viona. Awas saja kalau orang itu ketemu! Ku bunuh dia!" Alex marah besar, tapi juga sedikit takut. Tidak akan dia biarkan orang yang mengancamnya membuat hidupnya tidak tenang.
Padahal yang menulis surat ancaman itu untuknya memang benar Viona. Viona memang sudah mati, tapi jiwanya masih hidup, jiwanya hidup di tubuh Emilia.
"Alex, Aku akan mengirimu surat ancaman lagi, bersiaplah!" batin Emilia.
"Emilia, seperti ada yang aneh," kata Adinda. Lamunan Emilia pun buyar. Mereka berdua sedang berada di kelas, menjawab soal Bahasa Indonesia.
"Apanya yang aneh?" tanya Emilia balik.
"Tulisan Kamu berubah, Aku baru sadar," jawab Adinda.
Viona terdiam. Walau jiwanya tinggal di tubuh Emilia, dan memiliki semua ingatan Emilia, tapi tulisan tangannya memang tetap tulisan tangan asli, dia tidak bisa meniru tulisan tangan Emilia asli.
"Aku lebih suka tulisan seperti ini, jadi Aku merubah tulisan tanganku," jawab Emilia, agak gugup.
"Oh ya? Kalau begitu Aku mau mengubah tulisan tangan ku juga. Mudah atau sulit mengubahnya?" tanya Adinda, percaya begitu saja dengan ucapan Emilia. Untunglah Adinda orang yang polos dan oon, jadi dia mudah percaya.
"Agak sulit, coba saja kalau bisa," jawab Emilia.