Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 24 - Salah Menyebut Nama
Malam itu Alex dan Amora makan malam romantis. Mereka terus saling berbincang tidak pernah putus, membicarakan masa lalu yang belum benar-benar usai diantara mereka.
Hingga pembicaraan itu terpaksa terhenti saat Alex salah menyebut nama.
"Jia, ambilkan tissue itu."
Hening.
Seketika Alex menelan ludahnya dengan kasar, perasaan bersalah pada Amora kini memenuhi seluruh ruang di hatinya.
Alex dan Amora saling menatap dengan tatapan yang entah. Sampai akhirnya Amora lebih dulu tersenyum meski harga dirinya terluka.
"Maaf," ucap Alex, hanya mampu mengucapkan satu kata itu.
"Sepertinya kamu masih merindukan dia."
"Bukan, hanya saja kemarin malam dia membuat ku kesal." Alex teringat tentang pembicaraannya dengan Rayden, tentang sang anak yang tidak bisa menerima Amora.
Dan mendengar penjelasan Alex itu, senyum kecil di bibir Amora menjadi senyum yang cukup lebar.
Jam setengah 10 malam mereka berpisah. Setelah berjanji untuk kembali bertemu, setelah sepakat bahwa Amora akan ikut Alex pulang.
Sampai di kamarnya, Alex melepas jas dengan kasar lalu melemparnya kuat di atas ranjang.
Teringat Jia selalu mampu membuat hatinya kesal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi.
Jia terbangun dari tidurnya dengan semangat baru. Hari ini adalah hari kedua dia bekerja dan rasanya sungguh luar biasa.
Memiliki kesibukan, bertemu banyak orang dan teman baru membuat Jia seperti menemukan dunia lain. Bukan dunia yang setiap hari selalu seperti itu seperti itu saja.
Setiap pagi akan selalu ada tukang ojek online yang menjemput dia. Mobil pemberian Alex benar-benar tidak disentuh sedikitpun, tidak ada pula keinginan Jia untuk mengendarai mobil Alpard berwarna putih itu.
"Jalan Pak!" ucap Jia dengan riangnya. Tukang ojek langganannya ini adalah pak Abbu, mereka sudah saling memperkenalkan diri.
"Hari ini lebih bahagia dari kemarin, Jia?" tanya Abbu seraya mulai melakukan motornya.
"Iya Pak, untungnya begitu."
Mereka terkekeh bersama, hingga akhirnya sampai di FS Hotel. Jia pergi begitu saja, karena biaya ojek selama 1 bulan sudah dia bayarkan pada Abbu, yang saat itu katanya membutuhkan bantuan.
Jam 6 pagi Jia sudah sampai di hotel, dengan langkah kakinya yang cepat dia menuju ruangan loker petugas laundry.
Di sana dia bertemu dengan Lisa.
"Siap Ji?"
"Siap dong, ayo!" ajak Jia, mereka berdua satu tim.
Mulai berkeliling dari lantai 25 hingga 30, setiap tim mendapat bagian 5 lantai. Tugas mereka mengambil kain kotor di setiap kamar, seperti sepray, selimut, sarung bantal, dan handuk. Ada pula beberapa pengunjung hotel yang melaundrykan bajunya.
Jia bertugas memeriksa seluruh cucian tamu sebelum diproses yaitu menangani kondisi cucian (kancing, saku). Juga mengambil semua kain yang kotor.
Sementara Lisa bertugas memberikan tanda ke setiap jenis cucian agar tidak tertukar. Mulai dari nomor kamar, tanggal dan kode dari si pembuat.
Selama bekerja mereka dilarang bicara, bahkan hanya berucap menggunakan bahasa isyarat. Seperti mengangguk, menggeleng dan gerakan tangan. Bicara saat bekerja hanya akan membuang-buang waktu.
Jam 9 tepat tugas mereka selesai, hanya tinggal menunggu jika ada panggilan untuk laundry dari tamu hotel.
Kini Jia dan Lisa beristirahat di ruangan khusus bagian departemen House Keeping.
Jia meminum setengah botol minum yang dia bawa.
"Kamu semangat sekali, apa tidak capek?" tanya Lisa.
"Aku lebih suka capek badan daripada capek batin," jawab Jia dengan bercanda. Mereka tertawa, saling bertukar tawa dan canda, hingga hari berlalu dan berakhir dengan indah.