Alisa seorang gadis tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya juga tidak memiliki teman ataupun sahabat. Mencoba mencari kebahagian melalui game "Love Story" sampai akhirnya dia mencapai end yang membahagiakan dalam game itu. Tapi dirinya mendapat tawaran untuk mesuk ke dalam game itu. Dia pun menerimanya karena dia sudah lelah dengan kehidupannya. Tapi ternyata dia justru menjadi antagonis dalam game ! Dirinya melawan 3 malaikat maut apakah dia masih bisa bertahan hidup ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoshua Yora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Bukan kah itu elemen yang sangat langka, di seluruh benua. Bahkan meski ada 3 elemen tertinggi yaitu Cahaya, Es dan Petir. Tapi Cahaya dan petir masih bisa di temukan meski hanya segelintir orang saja. Lalu ibu memiliki berapa elemen dan seperti apa wajah ibu ?" Tanya Natasha lagi mulai sangat penasaran.
" Dari yang saya tau beliau awalnya memiliki 3 elemen dasar yaitu Api, Air dan Angin." Ucap Ivonne lagi yang seperti menjadi guru bagi muridnya.
Ivonne menghela nafas dan menatap kasihan ke arah Natasha.
'Eh... Apa karna gue nanya seperti apa wajahnya yah ? Pasti Ivonne kasihan ama gue karena belum pernah ketemu ibu kandung gue.'
"Mendiang Duches Alea memiliki rambut coklat keemasan seperti milik nona Natasha. Garis wajahnya juga sangat mirip dengan nona, mulai dari bentuk alis, hidung, bibir dan pipi nona. Tapi beliau memiliki mata yang tidak pernah dimiliki orang-orang kekaisaran Edinburgh, berlian berwarna hijau seperti berlian zamrud."
"Hampir semua pemuda di kekaisaran ini jatuh cinta pada kecantikan beliau." Ucap Ivonne lagi.
"Emmm.. rasanya aku jadi ingin melihat wajahnya" ucap Natasha
'Gilak... Penasaran banget secantik apa yahh... '
Padahal Natasha hanya sangat penasaran. Tapi bagi Ivonne itu terdengar seperti kalimat yang menyedihkan yang mengandung banyak bawang.
"Nona..." Ucap Ivonne dengan sedih.
"Ehh... Sudah lupakan aja, Ivonne. Aku ingin tidur." Ucap Natasha yang langsung berpura-pura memejamkan matanya.
Awalnya hanya pura-pura tapi lama kelamaan dia tertidur.
...
Natasha bermimpi jika dirinya berjalan di tempat yang gelap. Lalu tiba-tiba dari gelang yang baru saja ayahnya berikan keluar kupu-kupu, dengan sayap biru yang indah mengelilinginya. Dan mengusir kegelapan yang ada disekitarnya.
"Siapa kamu ?" Tanya Natasha menatap kupu-kupu yang masih setia mengelilinginya. Natasha mengangkat tangannya dan kupu-kupu itu mendarat di atas jari tengahnya.
"Aku adalah spirit es tertinggi namaku Hestia. Jelas kamu itu putri dari Alea, Tapi jiwa mu itu bukan berasal dari dunia ini." Ucap Hestia.
Natasha syok mendengar kupu-kupu bisa berbicara ditambah lagi dirinya yang tidsk berasal dari tempat ini.
"Kamu.. bagaimana bisa... " Natasha ketakutan.
"Tenang saja aku tidak akan melukaimu lagipula jiwa Natasha yang asli sudah menyatu dalam dirimu" ucap Hestia itu lagi.
"Kamu mungkin berpikir jika kejadian ini adalah kecelakaan. Tapi yakinlah setiap hal di dunia ini berjalan atas kehendak yang maha kuasa. Dan kita hanya ditakdirkan untuk menjalaninya dengan sabar dan syukur." Ucap Hestia yang mengerti jika jiwa di depannya ini ingin sekali pergi.
Natasha terharu ada seseorang ah tidak sosok yang mendukungnya di dunia antah berantah ini. Natasha menatapnya dengan waktu yang lama dan sambil berpikir.
"Tapi ga pernah kusangka jika spirit es itu cuma kupu-kupu.. kupikir bentuknya pasti seperti naga ataupun Phoenix." Ucap Natasha lagi yang langsung berpikir absurd.
"Hey manusia... Meski tubuhku kecil tapi aku punya energi sihir yang hebat dan banyak." Ucap Hestia dengan kesal dia terbang dan menghinggap berkali-kali seolah menginjak-injak Natasha.
Sementara Natasha justru tertawa melihat tingkah laku Hestia.
"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf terlalu jujur" ucap Natasha dengan menahan senyum.
Sementara di depan dirinya seperti ada cahaya yang bersinar sangat terang. Bahkan sampai Natasha menutup matanya karena silau. Samar-samar dia mendengar,
"Panggil namaku Jika kamu membutuhkan sesuatu"
Ketika Natasha membuka matanya ternyata hari sudah pagi. Dia membuka jendela kamarnya, mencuci muka dan bersiap untuk latihan pedang. Karena nanti guru berpedangnya akan mengajar.
...
Seperti biasanya Natasha sampai di pagi hari saat lapangan masih sepi. Dirinya melakukan pemanasan dengan berlari keliling lapangan. Natasha merasa tubuhnya seakan-akan menjadi lebih luwes dibandingkan saat pertama kali dia saat kemarin dia berlatih pedang.
Natasha mencoba beberapa gerakan dsn mengubah sedikit gaya berpedangnya. Dia bahkan menyalurkan energi sihirnya ke dalam pedang. Pedang yang dialiri sihir menjadi lebih ringan dan daya serangnya tinggi.
"Peri kecil, apa kau tidak lelah berlatih terus-terusan?"
Natasha langsung berbalik ke arah suara, dia melihat seorang pria berumur 50 an dengan rambut merah dan mata emas.
'Paman ini... Oh dia pasti paman Arsen'
Semalam Ivonne sudah memberitau Natasha jika guru pedangnya bernama Arsen york dan guru sihirnya bernama Emel Obligard. Kalian pasti ingat Felix si komandan ksatria, dia adalah anak dari Arsen.
"Paman Arsen..." Ucap Natasha pelan.
Arsen mendekat, dia melihat pedang yang digunakan Natasha dan betapa dia, karena pedang itu dialiri oleh sihir. Padahal dia belum mengajarkan teknik ini.
"Dari Mana kamu tau cara menyalurkan energi sihir ?" Tanya Arsen menatap manik mata Natasha yang berkilau kebiruan layaknya permata.
"Awalnya saya hanya asal-asalan saja," jawab Natasha tersenyum kikuk.
'kan mungkin juga gue bilang niruin anime, kan dia anime ga tau'
"Hemmm muridku memang hebat" ucap Arsen menyentuh kepala Natasha.
"Sekarang aku tinggal mengajarkanmu untuk mengalirkan sihir itu dengan konsisten... Awalnya kau pasti hanya asal mengeluarkan itu bisa mengakibatkan pedangnya cepat rusak karena terlalu banyak energi sihir." Ucap Arsen lagi dia pun maju ke depan.
Memperlihatkan beberapa gerakan pada Natasha. Natasha yang seorang gadis jenius sejak kecil juga langsung paham.
"Sekarang, menurutmu elemen sihir apa yang paling cocok untuk disalurkan ke dalam pedang ?" Tanya Arsen menguji Natasha.
"Jika yang paling cocok menurutku adalah api. Karena efek serangannya jauh lebih besar di banding elemen lain.
Sedangkan jika elemen angin lebih cocok untuk memancing lawan karena angin tidak terlihat dan memiliki dampak serangan yang luas dibanding elemen lain. Untuk elemen tanah menurut ku tidak cocok jika disalurkan ke dalam pedang. Tapi jika keadaan mendesak, kita bisa membuat pedang dengan tanah.
Yang terakhir Air, elemen ini sangat cocok untuk pertarungan jangka panjang karena air itu luwes dan tidak perlu menggunakan banyak energi sihir. " Jelas Natasha dengan panjang x lebar x tinggi.
" Sangat hebat tapi kau melupakan 1 yaitu elemen petir. Petir bisa mengalir melalui perantara seperti air ataupun besi dan daya serang jauh lebih kuat" ucap Arsen dengan senyum.
"Ishhh paman tidak adil petir itu kan memang elemen tertinggi jelas lah lebih hebat" Natasha memonyongkan bibirnya.
Karena hari sudah semakin beranjak siang, Natasha menyudahi latihannya. Dia berniat membersihkan tubuhnya dan dan beristirahat, tetapi saat perjalanan ke kamarnya dia berpapasan lagi dengan Nathan.
'Kenapa mesti elu lagi sih jangkrik !'
Natasha memutuskan untuk mengacuhkan secara terang-terangan. Lagipula Natasha sudah tidak peduli hubungan antara dirinya dengan kakaknya.
Natasha berganti gaun sederhana berwarna pink pastel polos dengan bordir bunga di ujungnya. Setelah sekian purnama dia bisa menenangkan pikiran karena game tidak memberinya misi gil* apapun di pagi hari. Natasha menikmati pagi harinya dengan menyeruput teh panas dan beberapa kue.
'Enakknya jadi putri bangsawan tinggal ongkang ongkong kaki ga perlu cari uang. Yah meski gue harus berurusan ama game gil* ini... Tapi setidaknya gue bisa nikmatin idup sampe umur 18 tahun. Terus ada yang berubah... Bapak gue... "
Pikiran Natasha langsung menuju tentang kejadian semalam.
'Oh iya... Meski pada akhirnya bapak gue itu nerima diana dan menjadikannya sebagai anak angkat. Tapi... Dalam game bapak gue ga tau, kalau gue dibun*h ama anaknya sendiri alias Abang gue. Karena setelah kematian Natasha game langsung berakhir. Gue penasaran gimana reaksinya... Yah meski dalam game dikatakan jika Nicholas mengabaikan Natasha. Tapi gue ngerasa ada banyak hal tersembunyi. Di dunia ini bahkan tidak diketahui sama sekali oleh game yang udah bawa gue masuk... " Natasha berpikir dengan waktu yang lama.
"Nona, apa yang sedang pikirkan ?" Tanya Ivonne yang sadar jika nonanya sedang melamun dalam waktu yang lama.
"Aku berpikir kenapa ayah mengabaikan ku, tetapi aku juga merasa jika dia menyembunyikan kepeduliannya.. Tapi kenapa Ivonne juga bisa mengatakan ayah itu peduli padaku ?" Tanya Natasha yang langsung menatap Ivonne.