MATA BATIN (Keyla Arka)

Sutino menelan ludahnya susah payah. Berusaha terlihat biasa-biasa saja agar tidak terlihat mencurigakan.

'Ah sial, kenapa mereka harus bertanya soal anak Sialan itu.' Gerutu Sutino dalam hati.

Tidak tau harus menjelaskan seperti apa dan Sutino pun lupa, jika anaknya dekat dengan warga di sini. Dan wajar saja mereka bertanya kemana Kala pergi.

Kala gadis yang baik selalu berbaur dengan masyarakat, apa lagi jika ada kegiatan seperti kerja bakti, Kala akan ikut serta.

Mereka menyadari gelagat Sutino yang aneh setelah di tanyain keberadaan Kala. Sutino nampak tidak tenang seperti ada yang di sembunyikannya.

Warga di sana juga tau bagaimana sikap pria gempal itu memperlakukan putri kandungnya sendiri. Sutino selalu berbuat kasar, itu sudah menjadi rahasia umum.

Pria itu tidak segan-segan melukai Kala. Tentu saja warga yang melihat kelakuan Sutino selalu merasa gram.

"Iya benar, saya juga sudah lama tidak melihat nak Kala. Biasanya setelah menjaga toko Nak Kala akan datang ke rumah saya untuk bantu-bantu membuat kue, tapi sudah lama Nak Kala tidak pernah datang." Ucap salah satu ibu-ibu.

"Saya juga ingin bertanya soal ini kepada kamu, Sutino. Tapi saya baru kali ini liat kamu di rumah." Lanjutnya.

Sutino mengembuskan nafas berat, kembali membenarkan posisi duduknya yang benar-benar tidak nyaman.

Sementara pak RT terus memperhatikan gelagat Sutino yang menurutnya sangat aneh.

'Kemana Nak Kala pergi?' Batin pak RT, merasa cemas dengan keadaan gadis malang itu.

Pak RT pun sangat dekat dengan Kala dan sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri.

"Apa jangan-jangan kamu jual Kala?"

Deg.

Tubuh Sutino langsung membeku dengan wajahnya yang memucat, jantungnya berdetak kencang, tangannya terkepal kuat menyalurkan rasa takut.

Tidak, mereka tidak boleh mengetahui perbuatan buruknya. Sutino tidak mau di penjara.

Kembali menghela nafas, berusaha mengendalikan raut wajahnya agar terlihat biasa saja, jangan sampai mereka curiga.

Setelah berhasil menenangkan diri, Sutino menatap tajam satu warga yang menuduhnya menjual Kala. Dia adalah seorang ibu-ibu.

"Jangan asal tuduh kamu." Gram Sutino tidak terima, walaupun pada awalnya Sutino memang ingin menjual Kala.

Ibu-ibu itu berdengkus sinis. Sutino ini patut di curigai dengan kepergian Kala yang tiba-tiba.

"Siapa yang tidak curiga. Sudah dua Minggu lebih kami tidak melihat Kala, dan kami juga tau bagaimana kelakuan busuk kamu terhadap anak kandung mu sendiri." Comoh ibu itu sambil menatap Sutino tajam dan di angguki oleh yang lainnya.

Kala adalah gadis yang baik dan penurut, tapi kenapa Sutino memperlakukannya tidak baik?

Ibu itu ingin memiliki anak perempuan, karena semua anaknya laki-laki. Bukan tidak bersyukur memiliki tiga anak laki-laki.

"Benar, awas saja kalau kamu berbuat tidak terpuji kepada Kala, kami tidak akan tinggal diam." Ancam salah satu pria bertubuh tinggi besar.

Tangan Sutino semakin mengepal kuat menyalurkan rasa takut yang kembali hadir.

Sutino tau semua warga di kompleks ini menyayangi anaknya.

Sutino jadi kesal, mengapa mereka menyayangi anak tidak tau diri itu, menyebalkan sekali. Gara-gara anak itu dirinya gagal mendapatkan uang 1 Milyar.

Dalam keadaan seperti ini pun Sutino masih saja memikirkan uang yang hampir saja di dapatkannya.

"Cek."

Sutino berdecak sambil menyenderkan punggungnya ke sofa, raut cemasnya tadi seketika menghilang setelah mengingat uang 1 milyar yang hangus begitu saja.

Tidak ada rasa sesal sama sekali karena sudah membuat anak sendiri kehilangan nyawanya.

"Anak tidak berguna itu sedang berada di rumah neneknya di kampung." Alibi Sutino.

Mendengar ucapan Sutino mereka semua saling pandang. Nampak tidak percaya dengan ucapan pria gempal itu.

"Sejak kapan Kala perginya?" Tanya pak RT menatap Sutino penuh selidik.

Sutino berdecak. Gara-gara anak sialan itu dirinya sekarang di interogasi.

"Sejak kalian tidak melihatnya." Jawab Sutino santai.

.....

"Pak, bagiamana apa Kala ada di rumahnya?" Tanya seorang remaja laki-laki seusia dengan Kala kepada bapaknya yang merupakan RT.

Bimo duduk di sofa, menatap anak laki-lakinya yang nampak cemas.

"Duduk dulu Bisma" Titah Bimo.

Bisma pun duduk di sofa tunggal.

"Bagiamana pak, apa kala baik-baik saja?" Rasanya Bisma tidak sabar ingin mengetahui keadaan gadis pujaannya.

Ya, Bisma menyukai Kala dan Bimo mengetahuinya begitupun dengan istrinya.

Bimo menggeleng lemah membuat bahu Bisma turun, wajahnya berubah murung. Sudah lama sekali Bisma tidak melihat Kala, rasanya rindu sekali.

"Bapa tidak tau bagaimana keadaan Kala, tapi kata Sutino, saat ini Kala berada di kampung neneknya" jawab Bimo memberitahu seketika apa yang Sutino bicarakan.

Kening Bisma mengerut, kembali menatap sang ayah. "Kampung neneknya?"

Bimo mengangguk. "Ya, kampung neneknya"

Wajah Bisma langsung berubah cemas.

"Pak, bukannya Kala tidak memiliki nenek?"

Bimo terkejut mendengar ucapan anaknya. "Kamu---kata siapa Kala tidak memiliki nenek?"

Tatapan anak dan ayah itu berubah serius.

"Kata Kala sendiri pak, pernah bercerita tentang keluarganya sama Bisma. Kala tidak memiliki keluarga lain selain ayahnya"

"Apa?"

Jika Kala tidak memiliki keluarga selain ayahnya, lantai Sutino telah berbohong.

"Kalau begitu kemana Kala pergi pak?"

Bisma semakin di buat khawatir dengan keadaan gadis itu entah dimana.

"Kenapa Sutino berbohong kepada bapak dan warga lainnya kalau Kala ada di kampung Neneknya"

"Pak, ini tidak bisa di biarkan, kita harus menyelidikinya "

Bimo mengangguk setuju, mereka harus menyelidiki Sutino.

****

Pulang sekolah.

Keyla dan ke empat temannya berjalan santai di koridor sekolah.

"Oh iya. Gue ikut numpang sama lu Qil boleh ya? Soalnya tadi gue berangkat sama Farell, tapi tadi Farell bilang nggak bisa antar gue pulang, katanya ada kepentingan"

Keyla menatap Qilla dengan tatapan berharap semoga Qilla mau mengantarnya pulang, karena rumah Qilla satu jalan dengan rumahnya.

"Ya elah Key santai aja. Iya kita pulang bareng" Setuju Qilla sambil tersenyum lebar.

Keyla pun tersenyum. "Oh iya, kok bisa lu bareng sama Farell?" Tanya Gaby heran.

Mendengar ucapan Gaby, seketika raut wajah Putri berubah datar.

'Kenapa Keyla bisa berangkat sama Farell? Apa Farell menjemput Keyla ke rumahnya?' Batin Putri wajahnya pun berubah kesal.

"Iya tiba-tiba Farell sama teman-teman datang ke rumah gue, mereka menemui Arka. Jadi gue ikut numpang aja sama Farell, karena gue malas bawa mobil sendiri, sementara si Arka jemput ceweknya" Jelas Keyla.

Mereka mengangguk paham kecuali Putri yang hanya diam dengan raut wajah datar.

"Putri!!" panggil seseorang.

Mereka langsung menghentikan langkah dan menolehkan kepala ke belakang melihat siapa yang memanggil putri.

"Siapa dia, Put?" Tanya Gaby.

Mereka baru melihat gadis itu. Dia Alina, si anak baru.

'Itukan cewek yang nabrak gue, sebenarnya Putri sama cewek itu ada hubungan apa?' Batin Keyla.

"Dia Alina, sepupu gue dan baru pindah hari ini" Jawab putri.

Mereka baru mengetahui ada anak baru.

"Ada apa Lin?" Tanya Putri setelah Alina sampai di hadapan mereka.

"Emm, kita pulang bareng ya? Nanti gue antar lu ke rumah"

Putri langsung mengangguk setuju. "Oh iya kenalin ini teman-teman gue"

Putri langsung memperkenalkan teman-temannya.

"Haii" dengan canggung Alina menyapa mereka.

"Haii, gue Gaby" Gaby langsung memperkenalkan diri di ikuti Qilla dan Bunga lalu yang terakhir Keyla.

"Gue, Keyla" ucap Keyla datar tanpa minat berkenalan dengan Alina.

Masih teringat jelas kilas balik bagaimana perlakuan buruk Alina kepada seorang gadis.

'Wajahnya aja yang kelihatan polos tapi kelakuannya 11 12 sama Sasya' Batin Keyla menyamakan perlakuan pacarnya Arka bersama Alina.

Mungkin jika Keyla tidak melihat kilas balik itu, Keyla akan tertipu dengan wajah polosnya.

"Gue Alina. Emm soal tadi gue minta maaf nggak sengaja nabrak lu"

Karena belum sempat minta maaf secara resmi kini Alina pun meminta maaf kepada Keyla.

Alis Keyla terangkat sebelah. Mengangguk untuk menanggapi.

Sementara Gaby Qilla dan Bunga saling pandang. Mereka sedikit terkejut dengan ucapan Alina.

"Yaudah guyss, kita duluan ya." Pamit putri.

Mereka semua mengangguk. "Iya put hati-hati."

"Iya. Ayok Lin"

Kini Putri dan Alina berjalan pergi meninggalkan mereka.

Sebenarnya di antara Keyla dan teman-temannya hanya keluarga Putri yang sederhana.

Putri hanya tinggal bersama mamahnya. Sementara ayahnya? Entah kemana Putri pun tidak tau, tapi mamahnya selalu bilang, ayah nya Putri sudah menikah lagi.

Keluarga putri memiliki tempat makan dan itu satu-satunya tempat pencaharian Putri.

Awal mula masuk sekolahan ini putri tidak memiliki teman, bahkan selama kelas 10 putri tidak punya teman. Penampilannya yang cupu membuatnya di jauhi, Putri juga selalu kena Bully Sasya.

Ketika memasuki kelas 11, Putri memberanikan diri mendekati Keyla dan teman-temannya. Rasanya Putri kesepian sekali tidak memiliki teman. Mengapa Putri berani mendekati Keyla and the gang, atau murid-murid terpandang di sekolahan itu?

Karena hanya Keyla, Gaby Qilla dan Bunga lah yang tidak pernah menghakiminya, mereka tidak pernah ikut-ikutan membully-nya.

Putri tidak pernah menyangka. Akan di sambut baik oleh Keyla dan teman-temannya. Sungguh putri sangat senang mereka mau menjadi temannya.

Setelah berteman dengan Keyla, Putri pun tidak pernah mendapat cemoohan lagi, begitupun dengan geng Sasya mereka tidak pernah membully-nya. Ternyata berteman dengan Keyla sangat berpengaruh besar untuknya.

Putri juga mengubah penampilannya jadi lebih baik. Ah tidak, sebenarnya Qilla dan Gaby lah yang mengubah penampilan Putri.

.....

Setelah kepergian Putri, mereka lanjut mengobrol sambil berjalan santai di koridor.

'Kala'. Batin Keyla tiba-tiba mengingat sosok Kala.

Gadis malang, may*tnya tidak di kubur dengan baik

'Papah gue emang jahat, tapi tidak se bejat Sutino'. Batin Keyla.

"Huftt. Gue lagi pusing, nggak tau harus mulainya dari mana." Ucap Keyla dengan wajah lesu.

Mengingat sosok Kala membuat kepala Keyla pusing saja.

Entah mulai dari mana Keyla membantu sosok Kala untuk mendapat keadilan, Keyla juga belum membicarakannya dengan Arka. Keyla yakin sepupunya juga sudah tau tentang Kala, mustahil sosok Kala tidak mendatangi Arka.

Mereka semua berhenti berjalan. Menatap Keyla dengan heran.

"Lu ada masalah?" Tanya Bunga.

Keyla mengangguk. "Humm, ada dua masalah" Jawab Keyla. "Aah tidak, ada banyak masalah akhir-akhir ini"

Mengingat Pembullyan Alina, itu juga salah satu masalahnya.

Gaby, Qilla dan Bunga saling pandang. Mereka sangat penasaran, apa yang Keyla hadapi sampai terlihat frustasi.

"Ada apa, jangan bikin kita penasaran dan khawatir?" Gaby sudah tidak sabar ingin mendengar semua penjelasan Keyla.

Keyla menghela nafas berat.

"Kak Natasha tunangannya kak Abizar telah---meninggal" Ucap Keyla dengan pelan.

Natasha, perempuan yang sangat baik, tutur katanya selalu lembut dan juga menyayanginya.

Keyla sangat khawatir dengan keadaan kakaknya. Tidak bisa membayangkan betapa hancurnya sang kakak.

Dua wanita yang Keyla dan Abizar sayangi telah tiada. Mereka akan bergantung kepada siapa lagi setelah Natasha?

.......

Maaf ya guys, masalah Sosok Kala belum kelar juga, cerita ini memang lama menyelesaikan masalahnya😌

Makasih yang udah mau membaca sejauh ini sehat selalu dan jangan lupa like komen ya😄🙏