Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUNIA KERJA
Kean mengikuti langkah Herman. Pemuda itu memang tak lepas dari sosok pria dingin tak tersentuh. Bahkan Kean sudah mengaplikasikan sifat Herman satu itu pada dirinya.
Tinggi Kean menyentuh 197cm dengan bobot 87kg. Mata biru, rambut kemerahan. Bibirnya warna pink alami. Sorot matanya tajam, mimik datar tanpa senyum.
Kean jadi sosok yang menakutkan di dunia bisnis. Semua pebisnis tunduk dengan sorot matanya.
Siapa sangka dibalik dingin dan datarnya pemuda bernama lengkap Muhammad Keanu Black Dougher Young itu adalah pemuda yang sangat polos, lurus dan sangat jahil.
Bukan itu saja, Kean juga sangat manja dan rusuh. Otaknya sama dengan para perusuh yang masih berjalan dengan dengkulnya.
"Baby," panggil Herman.
"Ayah ...," keluh pemuda itu.
Herman terkekeh, ia terbiasa dengan panggilan semua anak. Kean akan berubah jadi menggemaskan di mata Herman.
"Ada acara apa lagi?" tanya Herman.
"Tuan, ada acara meet and greet dengan para kolega di restoran xxx!" lapor Denies ajudan baru Kean dan Herman.
"Oke, kita berangkat sekarang!" ajak Herman sambil melihat jam merk kasio di pergelangan tangannya.
"Ayah nggak banget deh!" protes Kean.
"Masa merk setelan ayah bvlgari, sepatu merk crocodile. Eh jam tangan merek chiki!" lanjutnya menyindir.
"Sama-sama menunjukkan waktu baby," jawab Herman.
Pria tua itu menatap setelan anak dari Virgou. Jas warna hitam membungkus kaos v neck warna abu-abu, dipadu dengan celana kulot dan snikers harga tiga ratus ribu.
Keanu Black Dougher Young 21 tahun.
"Ayo kita berangkat!' ajak Herman lagi.
Kean dan Denies mengikutinya. Jangan harap ada sekretaris perempuan. Denies merangkap itu semua.
Sementara itu di perusahaan lain. Kembaran Keanu yakni Muhammad Calvin Black Dougher Young sibuk dengan layar di depannya.
"Ck ... kok main serobot aja sih. Kan kalian cari mati sendiri!" sindirnya sinis.
Kilatan mata menyeramkan terpatri dari binaran mata biru milik Calvin. Walau ia adalah kembaran Kean. Tapi baik sifat dan juga tabiat sangat jauh berbeda.
Calvin sangat cuek, pendiam walau sama polos dengan kembarannya. Gaya busananya juga sangat berbeda. Jika Kean yang lebih kasual, sedang Calvin modis.
Calvin Dougher Young 21 tahun.
Pemuda itu bekerja sebagai CEO di perusahaan Dominic. Padahal Virgou telah menyiapkan perusahaan untuk kedua putra kembar pertamanya itu.
"Jangan pelit! Anakmu masih banyak!" ketus Dominic ketika Calvin diminta pindah perusahaan oleh ayahnya sendiri.
"Aaric, Sena dan Alva belum cukup umur!" lanjutnya menatap tiga putranya yang sibuk mengerjai pengawal.
"Tuan ada tamu dari perusahaan xxx!" lapor Andin, sekretarisnya.
"Bawa mereka ke ruangan pertemuan!" perintahnya.
Calvin membenahi kemejanya. Andin hendak memakaikan jas untuk pemuda tampan itu.
"Tak perlu, kau ambil berkas yang diperlukan!" tolaknya sambil memerintah.
Calvin mengambil dan memakai sendiri jas. Andin mengambil berkas yang disuruh atasannya.
Beda dengan Sean dan Al. Dua pemuda yang juga kembar itu tak banyak tingkah karena memang dari kecil quarto Pratama memang tak banyak ulah. Berbeda dengan keturunan terakhir Terra dan Haidar.
Arraya dan Arion sangat aktif. Tentu saja, di sana ada perusuh lainnya seperti Azha, Bariana dan Harun.
"Papa, Sean berhenti ya jadi CEO!" rengek pemuda itu pada ayahnya.
"Eh ... kok?"
"Biar Al aja yang gantiin Papa. Sean nggak masuk sama sekali di dunia ini!" keluh pemuda itu.
"Nggak masuk gimana?" decak Haidar tak percaya.
"Kemarin bukan kamu dan Al yang menenangkan tender?" lanjutnya.
"Kalau nggak dibantu papa Ion mah kita tetep kalah pa!" sahut Al menimpali.
"Sean mau urus kafe aja sih pa. Males liat orang-orang muna. Apa lagi banyak penjilat!" keluh Sean lagi.
"Al juga mau urus restoran punya Kakek pa," ujar Al.
"Terus kalian mau ninggalin kak Ion?" sambar Rion yang datang dengan wajah kesal.
"Kenapa lagi Baby?" tanya Haidar.
"Papa, Ion baru pecat resepsionis di perusahaan kita!" lapor pria muda itu.
"Loh kenapa lagi?"
"Masa dia pake baju tanpa bra!" jawab Rion kesal.
"Nggak pake bra?" tanya Sean dan Al dengan mata besar.
Haidar mengepal tangan erat. Ia sudah mewanti-wanti semua karyawati untuk berpakaian sopan dan standar SOP juga digalakkan.
"Mending bagus pepayanya!" ketus Rion lagi setengah mengumpat.
Dalam pikiran Sean dan Al adalah benar-benar buah pepaya yang menggantung di dada wanita.
"Udah mengkerut, kecil, lepes lagi!'
"Baby! Nggak boleh menghina ciptaan Tuhan!" peringat Haidar.
"Emang mama punya pepaya di dada pa?" tanya Sean tiba-tiba.
Haidar dan Rion menatap Sean. Al juga bertampang sama dengan saudara kembarnya. Polos.
"Bukan baby ... di dada mama nggak ada ...."
"Kita pulang makan siang yuk!" potong Haidar cepat.
Rion tentu bukan pemuda polos lagi. Ia telah beristri, bahkan telah memiliki putra yang aktifnya melebihi gunung berapi.
"Ih papa! Kan mereka harus tau!' seringai Rion jahil.
"Di dada mama bukan pepaya ...."
"Baby!" peringat Haidar.
"Tetapi kelapa!" lanjut Rion sambil terkikik geli.
"Kelapa?" sahut Sean dan Al.
"Jadi yang kita minum dari dada mama itu air kelapa?" tanya Al polos.
Rion menganga, Haidar menghela nafas panjang. Rupanya Sean dan Al sama dengan para perusuhnya yang paling junior.
"Katanya yang kita minum susu?!" sambung Al heran.
"Sudah lah sayang. Ayo kita pulang!" ajak Haidar.
Sean dan Al pun menurut, walau mereka masih penasaran dengan pepaya yang ada di dada wanita.
Keduanya benar-benar menggambarkan buah pepaya yang tumbuh di dada wanita.
Sore menjelang, semua pulang ke rumah Bart. Taman belakang pria gaek itu berubah jadi taman ketangkasan anak-anak berbagai usia.
"Yiyo jajat!" pekik Ryo menaiki seutas tali dengan cepat.
Michael menjaga bayi aktif itu. Ryo berhasil berada di lorong atas. Triple Starlight mengikuti saudaranya.
"Tuh ait!" teriak Aarick yang ingin dinaikkan Michael.
"Naik sendiri Baby!' perintah pria itu.
"Baitin Alit!" perintah Aaric bossy.
"Nebegshnshzhswnshzgsbnewioamabsgahansyhzbzushysysy!" oceh bayi itu tak jelas.
"Uncle kecil ... siapa yang ajarin begitu?!' tegur Bariana.
"Tan Papa dudasna sadha tuh Paypi!" sahut Aaric membela diri.
Semua pemuda yang bekerja sudah rapi dan bersih. Mereka melihat adik-adiknya bermain dan berlari.
Kean, Cal, Al, Sean, dan Daud duduk bersama. Angkatan pertama yang belum menikah. Satrio bersama istrinya tengah menjaga anak-anak.
"Daud, kata Kak Ion di dadanya perempuan itu pepaya, apa benar begitu?" tanya Sean yang masih penasaran.
"Hah?" Daud melongo.
Pemuda itu memang dokter. Tapi ia jadi ikut terkontaminasi polos jika bersama dua saudara kembarnya.
"Buah pepaya maksudmu Sean?" tanya Kean yang paling parah polosnya.
"Iya ... tadi Papa baby lapor jika resepsionis di perusahaan dipecat karena kerja nggak pake bra!" lanjut Sean melapor.
Kean langsung menatap dada para bodyguard perempuan. Memang tak terlihat karena dilapisi oleh jas.
"Kata Kak Ion lagi. Pepayanya mana kecil, mengkerut seperti pepaya busuk!" lanjut Sean lagi.
"Wah ... benyek dong!" sahut Kean bergidik.
"Mama punya itu kelapa!" timpal Al.
Daud hanya bengong. Ia benar-benar tak mengerti apa yang dibicarakan dua saudara kembarnya itu.
"Masa dada mama keras sih?" sanggah Cal tak terima.
"Kalau mangga mengkal mungkin ya?" lanjutnya memberi asumsi.
"Eh ... kalian ini ngomongin dada atau buah-buahan sih?" tanya Daud makin bingung.
"Ya dada mama lah Daud!' jawab Kean nyaring.
Semua perusuh menoleh padanya.
"Bana puahna Ata'?" tanya Maryam.
"Tuh di dada Mama!' jawab Kean menunjuk dada para ibunya.
Bersambung.
Kean! 🤭🤦
next?
pesot tamih pupa..
zah malah pd popo memuana,g' zadhi gosib don.😁😁😁😁😁😁