Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya berubah semenjak kematian sang ayah, membuat dirinya berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Ketika Nino sedang asik berci*ta bersama Rita, merayakan gugurnya kandungan Puteri, Puteri yang baru saja siuman terkejut kala membuka mata, sudah berada diruangan RS bersama mamahnya dan papah Nino.
Puteri yang ingin bangun merasa nyeri di area perutnya, kemudian mamah langsung melarangnya untuk bangun.
"Mah, teteh kenapa?? Apa kata dokter? Janin teteh baik-baik aja kan??," Tanya Puteri sambil menahan nyeri kram diperutnya.
Mamah dan papahnya Nino saling pandang, bingung bagaimana menjelaskan kepada Puteri apa yang sudah terjadi padanya.
"Mah, pah, ada apa ini kok diem?? Janin Puteri gak apa-apa kan??" Tanya Puteri sedikit membentak.
"Teh, kamu baru saja menjalani operasi kuret!," Jawab mamah sambil menahan Puteri yang terus berusaha untuk bangkit.
"Hah kuret??, kenapa harus dikuret??," Tanya Puteri dengan wajah bingung.
"Teh, teteh tenang dulu, tadi teteh mengalami pendarahan saat di bawa ke RS dan dokter bilang harus segera dilakukan operasi kuret, karena.. Karena..," Mamah tidak melanjutkan perkataannya lantas ia pun memandang papahnya Nino.
" Karena teteh mengalami keguguran, sehingga mengakibatkan pendarahan, jika tidak segera ditangani akan berbahaya bagi keselamatan teteh." Jawab papah Nino menjelaskan.
"Nggak.. Nggak.. Ini gak mungkin kan mah, pah, ini bohong kan??," Jawab Puteri tak percaya sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian ia pun terdiam sesaat, sampai akhirnya ia menangis tersedu-sedu." Puteri sayang sama anak itu, dan Puteri gak mau kehilangannya maaaaaaah, Puteri gak mau kehilangaaaaan, lalu.. Lalu apa kata dokter, kenapa Puteri bisa keguguran mah, apa???," Tanya puteri lagi yang kebingungan, mengapa ia bisa keguguran.
"Dokter bilang kamu kecapean dan minum obat sembarangan, mungkin karena efek samping dari obat itu membuat kondisi janin kamu lemah, sehingga ia tidak kuat." Tutur mamah menjelaskan.
"Kecapean?? Obat?? Teteh gak ngerti mah, selama ini teteh baik-baik aja, dan setelah teteh tau hamil, teteh gak pernah minum obat sembarangan, teteh selalu jaga kandungan teteh dengan baik, apalagi sampe kecapean itu gak mungkin." Jelas Puteri sambil terisak, pasalnya dia merasa dirinya dan kandungannya baik-baik saja, namun kemudian ia teringat dengan minuman yang tadi di berikan Nino saat ia kembali dari apotik.
Ia berpikir apa jangan-jangan minuman itu dimasukan sesuatu oleh Nino, karena ia tidak mengharapkan bayi itu, sehingga ia merencanakan semua ini. Pasalnya kondisi Puteri sebelum meminum air itu baik-baik saja, dan yang membuat Puteri curiga lagi adalah ketika ia kembali dari apotik keadaan Nino baik-baik saja.
"Mana Nino, dimana dia sekarang??, aku tau ini pasti perbuatan dia, Nino.. Nino.." Teriak Puteri sambil memanggil Pria itu hingga ia hendak bangkit dari ranjang.
" Teh tenang, jangan buat keributan disini, ini RS, kamu juga baru siuman, kondisi kamu masih lemah," Cegah mamah sambil menasihati Puteri.
"Iya teh, yang mamah kamu bilang benar, sabar, Nino sedang ada urusan diluar, mungkin sebentar lagi ia pulang, papah akan coba menghubunginya." Jawab papah seraya menenangkan Puteri, lalu berjalan keluar mencoba menghubungi Nino.
Telepon pun lama tersambung, setelah beberapa kali dicoba akhirnya Nino mengangkat telpon tersebut.
"Halo pah," Jawab Nino disebrang sana.
"Kamu dimana? Cepat kembali ke RS," Perintah Papah kepada Nino
"Ada apa pah??," Tanya Nino.
"Puteri sudah siuman dan dia sedang mencari kamu, dia terlihat histeris, mungkin kamu bisa menenangkannya," Jelas papah
"Baik pah Nino kesitu sekarang!!!" Jawab Nino kemudian menutup telponnya.
Kemudian Nino pun segera mengenakan pakaiannya kembali, dan berlalu begitu saja meninggalkan Rita, hatinya begitu bahagia kala mendengar papahnya tadi telpon mengabarkan Puteri sudah siuman dan mencari dirinya.
Rita yang bisa melihat kebahagiaan itu terpancar dari wajah Nino, tidak terima ditinggalkannya begitu saja, kemudian ia pun bangkit dan berusaha menghalangi jalan Nino.
"Kamu gak bisa pergi gitu aja sayang, kita kan lagi happy-happy, lagi tanggung," Cegah Rita sambil mem*luk dan menci*mi leher Nino.
" Sorry tapi aku harus pergi, Puteri sudah bangun dan dia mencari aku," Berusaha melepaskan diri dari pelukan Rita
"Lalu urusan kita bagaimana?" Tanya Rita dengan wajah kesalnya.
" Itu tidak penting, yang penting bagiku sekarang adalah Puteri, awas kamu menghalangi jalanku!!," Jelas Nino, sambil menggeser tubuh Rita yang menghalangi jalannya, kemudian keluar dari kamar kostnya Rita.
" Tapi Nino.. Ninoooooo!!!," Rita terus berteriak memanggil Nino, tapi pria itu tidak peduli, ia pun melajukan kendaraannya dan pergi menjauh.
"Sialan, kenapa tuh cewek gak ikut mati aja sekalian sih, Aaaaaaaaargggggh!!!" Maki Rita mengutuk Puteri, sambil mengacak rambutnya frustasi .
Tak berapa lama kemudian Nino pun sampai di ruangan Puteri. Lalu dia masuk kedalam, mendekat hendak memeluk Puteri, sambil mengangkat kedua tangannya ia berkata."Yank kamu udah siuman,"
PLAAAAAAAAK... Tiba-tiba Puteri menampar Nino dengan kencang. Membuat semua yang ada diruangan itu kaget, terutama Nino, ia lantas memegang pipinya yang kena tampar Puteri.
" Kamu kenapa yank, kenapa kamu nampar aku??," Tanya Nino sambil mengusap-ngusap pipinya yang sakit dan panas.
"KAMU PUAS NINO?? KAMU PUAAAAASSSS HAH???" Tanya Puteri dengan lantang.
" Apa maksud kamu sayang, aku gak ngerti," Nino mencoba menenangkan sambil memegang kedua tangannya.
"Lepaskan!!! jangan deket-deket aku lagi, aku jijik sama kamu, dan aku bersumpah aku akan membenci kamu seumur hidup aku," Jawab Puteri sambil melepaskan pegangan tangan Nino.
" Teh tenang teh, kamu gak bisa menuduh Nino tanpa bukti." Sanggah papah Nino membela putranya.
"Bukti?? Papah minta aku nunjukin bukti?? Tanya Puteri mengulang kata-katanya." Perlu papah tau ya, sebelum aku ketemu Nino hari ini, aku dan kandunganku masih baik-baik saja, tapi hari ini lihat?? Apa yang terjadi pada kami?? Salah satu dari kami harus mati pah!!! Kenapa gak sekalian aja aku juga mati sama anak itu." Jawab Puteri seenaknya.
Plaaaaaaaak " Cukup teh, jangan bicara sembarangan, ini sudah takdir Tuhan, mamah gak suka kamu bicara begitu!!!," Tampar mamah sambil menangis melihat kondisi putrinya.
Puteri hanya terdiam sambil memegang pipinya,hatinya begitu bergemuruh, tidak terima ia harus kehilangan janin yang tak bersalah, apalagi ia sudah mulai menerima dan menyayangi janin itu. "Aku akan mencari buktinya, dan akan ku buktikan bahwa dia adalah dalang dibalik semua ini." Tuduh Puteri sambil menunjuk Nino.
"Sayang, aku gak lakuin apapun sama anak kita, tadi saat kita jalan-jalan juga, kamu masih baik-baik aja, mungkin karena kamu kecapean gara-gara tadi bantu aq beliin obat ke apotik." Sanggah Nino beralibi.
"Obat apa??" Tanya papah
"Tadi asma aku kumat pah, aku lupa bawa obat, jadi aku minta tolong Puteri ke apotik." Tutur Nino menjelaskan.
"Kenapa gak sekalian kamu ke apotik, kenapa harus nyuruh Puteri??" Tanya papah lagi mulai merasa curiga.
"Kaki aq gak kuat, lemes pah makanya aq duduk diwarung sambil nemenin Puteri aku pesen minuman hangat untuk meredakan sedikit sesaknya." Jelas Nino lagi agar ia tidak disudutkan.
"Yasudah Puteri, papah tau kamu pasti merasa kehilangan, dan ini bukan saat yang tepat untuk saling menyalahkan, kita ambil hikmahnya saja, mungkin ini adalah jalan terbaik yang Tuhan tunjukan pada kita. Allah lebih menyayangi anak itu, sehingga sebelum sempat ia lahir ke dunia Allah sudah memanggilnya kembali." Tutur papah menjelaskan, seraya menenangkan Puteri.
"Sudah teh, jangan menangis lagi ya, sekarang yang terpenting adalah fokus pada pemulihan teteh." Timpal mamah.
Kemudian pintu diketuk oleh suster yang membawakan makan malam untuk Puteri."Permisi ini makan malam untuk Ibu Puteri, silahkan!!!,"
"Terima kasih sus", jawab mamah sambil mengambil nampan yang disodorkan oleh suster.
Kemudian suster pun keluar. Mamah membuka nampan yang berisi makan malam Puteri, hendak menyuapinya. "Teh ini dimakan dulu ya, biar teteh cepet pulih," Perintah mamah
"Mah biar Nino aja yang suapin Puteri" Kata Nino sambil mengambil nampan dan sendok yang ada di tangan mamah, kemudian berusaha menyuapkannya kepada Puteri.
"Gak, jangan coba-coba mendekat, aku bisa makan sendiri mah," Cegah Puteri sebelum Nino mendekat.
"Yaudah papah bantu naikan sedikit bed nya ya agar kamu lebih leluasa makannya." Bujuk papah
"Hu'um, pah boleh Puteri minta tolong??," Tanya Puteri sambil bangun.
"Iya, minta tolong apa Put," Jawab papah sambil membantu Puteri membetulkan posisinya.
"Tolong usir dia dari ruangan ini pah, Puteri gak mau liat wajahnya lagi." Pinta Puteri dengan lantang sambil menunjuk Nino yang sedang berdiri mematung.
"Tapi yank aku.." Sanggah Nino belum selesai kemudian dibalas oleh mamah
"Sudah Nino, ikuti saja maunya Puteri dulu, dia masih syok dan terpukul dengan kejadian hari ini, kamu harus bisa memakluminya," Pinta mamah sambil menenangkan Nino.
"Iya mah, yasudah kalau begitu, Nino tunggu diluar saja," Nino menurut.
"Kamu pergilah cari makan dulu, kamu juga pasti lapar bukan??" Timpal papah
"Iya pah, Nino keluar dulu ya". Kemudian ia pun keluar, dengan bersungut-sungut ia menuju parkiran lalu kembali ke kostan Rita.
********************
Setibanya disana, ia masih murang-maring, karena Puteri hampir saja membocorkan rahasianya, jika saja ia tidak mengelak maka pasti semua ketahuan. Nino mengetuk pintu kamar, setelah Rita membukanya, ia langsung nyelonong masuk begitu saja sambil terus marah-marah.
"Sialaaaaaan!!!," Makinya teramat kesal.
Rita yang melihat Nino kembali, hatinya menjadi senang, setelah tadi kepergian Nino ia bermuram durja."Kenapa sayang, kenapa kamu marah-marah??" Tanya Rita sambil meng*lus da*anya Nino mencoba menenangkan.
"Si Puteri, dia nampar aku, sepertinya dia sudah tidak sebodoh sebelumnya, dia curiga padaku, dan hampir membuatku ketahuan!!!," Jelas Nino bersungut-sungut.
"Sabar sayang, reaksi seperti itu umum bagi seseorang yang sedang berduka, nanti bila ia sudah mulai tenang, maka ia akan bersikap wajar lagi. Lebih baik sekarang kita lanjutkan lagi urusan kita yang tadi tertunda, agar kamu lebih relaks sayang." Goda Rita pada Nino sambil memb*lai pipi dan leh*rnya, lalu menci*minya.
Nino yang amarahnya yang sudah memuncak, akhirnya melampiaskan emosinya melalui se*s kepada Rita. Rita yang sangat menyukai hal itu seperti mendapatkan jackpot, pasalnya dia menginginkannya sejak tadi, namun harus tertunda, karena telpon dari papah Nino yang membuatnya pergi, mengakhiri yang belum selesai.