Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11. Kebenaran Arkan
"Mas minta maaf, selama ini mas sudah membohongi mu, sebenarnya mas punya alasan melakukan semua ini." Arkan merasa ini lah saatnya untuk menceritakan semua pada istrinya.
"Apa maksud mas?" tanya Senja.
Senja memang tidak tau bagai mana seluk beluk kehidupan suaminya sebelum dia mengenal Arkan.
"Sebenarnya rumah ini punya mas. Mas membeli rumah ini setelah satu Minggu kita kenalan, dan mempersiapkan rumah ini untuk mu di saat kamu sudah jadi istri mas." Arkan bangkit dari duduknya nya, dia berjalan ke arah lemari, Arkan membuka lemari dan mengeluarkan sebuah berkas yaitu surat ke pemilikan rumah.
Senja tidak berkata apa-apa, dia hanya diam,
matanya melirik kemana saja Arkan berjalan. Arkan yang sudah mengambil surat itu, dia berjalan dan duduk di sisi istrinya.
"Surat rumah ini aku buat atas nama mu, ini sebagai mahar untuk mu, dan aku juga sudah menyiapkan satu unit mobil untuk mu, mobil itu juga sebagai mahar. Aku minta maaf karena tidak memberikan waktu kita nikah.
Mas waktu itu tidak mau penyamaran mas terbongkar." Arkan tidak bermaksud menyembunyikan identitasnya pada Senja, namun dia melakukannya karena tidak mau istrinya itu mengira kalau di orang kaya.
Senja sangat terkejut, dan tidak percaya apa yang saat ini dia dengar. tapi hati Senja terasa begitu sejuk mendengar Arkan sudah menyiapkan semua itu untuknya.
"apa sahut?" senja sangat terkejut mendengar maharnya begitu banyak.
"Mass jangan bercanda !" ujar Senja tidak percaya.
"Mas tidak bercanda. mas berkata jujur rumah ini dan satu unit mobil itu mas sediakan untuk istriku yang cantik dan baik hati ini." Arkan membuka dokumen itu dan menunjukkan pada istrinya agar istrinya ini percaya apa yang sudah dia katakan tadi.
Senja mengambil dokumen itu dan membacanya, Senja sangat terharu dan bahagia, ternyata benar yang suaminya katakan, Rumah ini benar atas nama dirinya.
Senja seketika memeluk Suaminya dengan begitu erat air mata Senja jatuh , saking terharunya dia pada suaminya. Arkan mengusap rambut istrinya itu dengan lembut agar istrinya itu tenang berada di dalam dekapannya.
Setelah Pelukan terlerai, Arkan melanjutkan ceritanya lagi, Arkan akan menceritakan semua tanpa ada yang dia tutupi lagi dari istri cantiknya itu, karena bagi Arkan hidup berumah tangga itu harus saling terbuka.
"Sebenarnya mas CEO di perusahaan Argantara Group, mas bukan tukang ojek, mas orang kaya yang menyamar jadi tukang ojek." Arkan bukan menyombongkan diri tapi memang dia seorang CEO, Arkan mengatakan itu agar istrinya tau yang sebenarnya.
Mendengar cerita siapa Arkan, raut wajah Senja berubah sendu, dia merasa sangat rendah dan tidak pantas mendampingi Arkan yang seorang pengusaha yang punya segalanya.
Senja menunduk sedih, dia merasa malu menatap Arkan yang masih setia duduk di sebelahnya. Arkan yang belum menyadari perubahan raut wajah istrinya, dia terus bercerita.
"Kenapa mas menyamar menjadi orang miskin dan membohongi ku selama ini, aku pikir aku pantas berdampingan dengan mas karena kita sama-sama dari kalangan bawah?" Senja bangkit dari duduknya hendak keluar, Malu, rendah diri, dan tidak pantas semua muncul di pikiran Senja.
Melihat istrinya bangkit dan raut wajah yang sudah sendu, apa lagi terlihat air mata di pipi chubby Senja sudah membasahi kedua pipi favorit Arkan.
Arkan segera bangkit, dia buru-buru meraih lengan istrinya itu yang sudah hendak memutar kenop pintu, dan membawa tubuh seksi itu kedalam dekapannya.
"Sayang, kamu mau kemana, kenapa menangis?" tanya Arkan dia tidak mengerti dengan perubahan Senja yang tiba-tiba seperti orang yang sedang merajuk.
Senja yang sudah di dekap oleh Arkan, dia mencoba untuk melepaskan diri, namun dia kalah tenaga dengan Arkan sehingga dia tidak lagi meronta.
"Mas, lepaskan, aku ingin keluar." Senja memohon agar Arkan melepaskannya.
"Tidak, sayang, mas tidak akan melepaskan mu sebelum kamu katakan kenapa, apa di ceritaku menyakiti mu?" Arkan benar-benar tidak mengerti dengan perubahan istrinya.
"Mas, kita tidak pantas bersama, aku dengan mu bagai pungguk dan bulan, aku hamba dan kamu seorang raja, kita berdua bagai..." perkataan Senja terhenti karena jari telunjuk Arkan sudah menempel di bibir ranum istrinya itu.
"Tidak sayang, tidak, kamu adalah hidup ku, separuh dari nafas ku, karena seperti ini lah aku rela menyamar menjadi tukang ojek." Arkan rela menyamar menjadi tukang ojek dan berpanas-panasan hanya untuk mencari cinta yang tulus,
"Kamu tau? Kamu itu kehidupan bagi ku." Arkan semakin mempererat pelukannya seakan tidak mau jauh dari istrinya itu.
"Mas waktu itu menyamar jadi tukang ojek untuk menguji ketulusan orang yang akan mencintai mas. Dan sekarang mas sudah ketemu dengan gadis itu bahkan sekarang sudah menjadi separuh jiwa mas." Arkan mencoba merayu dan menjelaskan alasan nya menyamar.
Namun yang Arkan pikirkan tidak seperti yang di harapkan, Senja malah berpikir lain dari yang Arkan harapkan.
"Siapa gadis itu, apa mas ingin menikah dengannya?" tanya Senja, jujur dia cemburu, dia tidak mau kalau di madu.
Saat ini tatapan mata Senja begitu tajam, Senja seperti ingin memakan orang. Arkan yang melihat raut wajah cemburu dari istrinya itu, dia tertawa, namun itu hanya dalam hati, kalau tidak pasti sekarang dia sudah. Kena marah pada istrinya.
"Tidak, mas tidak akan menikahi nya lagi."jawab Arkan hendak tertawa namun sebisa mungkin dia tahan agar istrinya itu tidak menjewer telinganya.
"Kenapa?" tanya Senja menatap tajam pada Arkan.
"Karena aku sudah menikahinya beberapa bulan yang lalu." jawab Arkan lancar. Seketika Senja merasa seperti petir yang menghantam tubuhnya. Dunia seperti gelap,tubuhnya seketika lemas serasa kakinya sudah tidak mampu untuk menopang tubuhnya lagi.
Air mata yang dia tahan hampir luruh, namun biar bagai mana pun dia harus tetap menahannya, dia tidak mau Arkan tau kalau dia menangis dan hancur.
Senja sadar sangat sadar siapa dirinya, dia lebih baik mundur dan membiarkan Arkan bahagia dengan orang yang pantas mendampinginya.
"Mas, ceraikan aku sekarang, aku tidak mau di madu." Ujar senjata masih menahan air matanya agar tidak tumpah di depan Arkan. Arkan tau kalau istrinya itu marah dan cemburu. Namun Arkan pura-pura tidak tau.
"Aku tidak memadukan kamu," ucap Arkan.
"Maksudnya?" tanya Senja dengan dahi yang berkerut bingung.
"Karena gadis itu kamu, kamu yang kudapat saat aku mencari yang mau menerima tukang ojek yang miskin sepertiku." jawab Arkan santai seolah tidak bersalah.
Senja memukul-mukul dada bidang Arkan karena kesal, jujur hati Senja merasa lega dan bahagia, namun dia juga sangat malu karena seperti orang bodoh di depan Arkan suaminya. Senja sangat malu rasanya dia ingin sekali menenggelamkan wajahnya itu kedalam sungai.
Karena malu Senja menenggelamkan wajahnya itu ke dada bidang Arkan, Arkan pun langsung membalas dekapan istrinya dengan cinta, dan kasih sayang.
"Maafkan mas, karena baru jujur pada mu, mas melakukan ini karena tidak mau kecewa lagi. Mas sangat mencintai mu, mas sayang kamu dan keluarga mu." Arkan sangat mencintai istrinya dan menyayangi semua keluarga istrinya termasuk Amira.
Walaupun Amira sering menghinanya namun Arkan tidak memasukinya kedalam hati, Arkan tidak membenci Kakak iparnya itu.
"Mas, terimakasih sudah mau menerima ku yang tidak punya apa-apa?" ucap Senja terharu.
"Jangan berkata begitu, kamu istriku, semua milikku juga milik mu. Malah sekarang aku yang numpang di rumah mu, hehehe." Arkan tertawa.
"Mas," Kesal Senja pada Arkan.
"Tapi bagai mana Papaku dan Mama ku?" tanya Senja merasa tidak enak karena akan membebani Arkan dengan kehadiran Mama dan Papanya.
"Kita akan tinggal di sini, begitu juga dengan dengan Mama dan Papa, mereka akan tetap tinggal dengan kita, karena mereka sudah aku anggap orang tua ku sendiri bukan mertua ku." Arkan tidak sangat senang karena mertuanya juga begitu baik.
"Tok, tok, tok." Pintu di ketuk dari luar.
Bersambung.