Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 15
Kedekatan antara Ailen dengan dokter Fredy semakin menjadi. Saat jam istirahat, mereka selalu menyempatkan diri untuk makan siang bersama. Hal ini menyebabkan kecemburuan sosial di mana Ailen berhasil memenangkan hati dokter tertampan setelah digosipkan menjalin hubungan dengan pemilik rumah sakit.
"Lihatlah kelakuan dokter Ailen. Aku tak menyangka kalau dia akan segatal ini pada laki-laki. Apa tidak cukup berpacaran dengan Tuan Derren saja? Kenapa dokter Fredy harus diembat juga? Lama-lama rasanya ingin muntah melihat kelakuannya," cibir salah satu dokter sambil menatap sinis pada sepasang dokter yang tengah asik bersenda gurau.
"Aku pun sama. Dokter Ailen sangat serakah. Semua pria tampan ingin dimilikinya sendiri. Menyebalkan sekali,"
"Apa kita kerjai dia saja ya supaya jera?"
"Kau yakin berani melakukan itu? Bagaimana jika perbuatan kita diketahui pihak rumah sakit dan dilaporkan pada Tuan Derren? Bisa tamat karir kita sebagai dokter di sini."
"Ah persetan dengan semua itu. Aku terlalu tidak tahan melihat kegatalan dokter Ailen. Tanganku gatal ingin segera menjambak rambutnya!"
"Hei, bicara apa kau barusan!"
Kepala Juria seperti tumbuh tanduk saat tak sengaja mendengar obrolan dua orang dokter. Dia yang baru datang ke kantin, ingin rasanya menyiramkan jus jeruk ke wajah kedua dokter tersebut setelah mendengar rencana jahat mereka yang ingin menyakiti Ailen.
"Seujung kuku saja kalian berani menyentuh dokter Ailen, kalian akan berurusan denganku. Paham!" gertak Juria galak.
"Apaanlah kau ini, Juria. Memangnya siapa yang sedang membicarakan dokter Ailen? Kami sedang membahas orang lain. Jangan asal menuduh!" sahut salah satu dokter membela diri.
"Halah, dikira telingaku tuli apa. Kenapa? Kalian cemburu karena tidak mendapat perhatian dari dokter Fredy? Iya?"
"Dasar gila. Bicara omong kosong apa kau!"
"Aku tidak bicara omong kosong. Memang fakta kok kalau kalian itu cemburu melihat kedekatan mereka. Mengaku sajalah."
Keributan yang sedang terjadi akhirnya menarik perhatian Ailen dan dokter Fredy. Mereka segera menoleh ke sumber suara dan terkejut saat tahu kalau itu adalah Juria.
"Apa yang sedang wanita itu lakukan di sana?" gumam Ailen heran. Juria terlihat sangat emosi saat memarahi dua orang dokter yang sedang duduk menikmati makan siang.
"Sepertinya terjadi salah paham diantara mereka," ucap Fredy menebak. Dia lalu menatap Ailen. "Temanmu sangat galak. Aku jadi kasihan pada kedua dokter itu."
"Juria seperti itu pasti karena ada yang salah dengan ucapan mereka. Walau pun galak, dia tidak akan sembarangan memarahi orang,"
"Jadi bagaimana? Haruskah kita datang dan melerai?"
"Em sebaiknya jangan, dok. Aku sangat paham perangai Juria. Bukannya mereda, emosinya malah akan semakin meledak kalau dihentikan. Kita pantau dari sini saja. Ya?"
"Baiklah,"
Puas memberikan ultimatum untuk kedua dokter yang punya niat jahat pada Ailen, Juria akhirnya meninggalkan mereka. Dia bersungut-sungut sendiri sambil berjalan menuju meja Ailen dan dokter Fredy. Tanpa meminta persetujuan mereka, Juria langsung duduk kemudian menyesap separuh jus miliknya.
"Heran! Kenapa sih hati manusia mudah sekali iri dan benci. Tak pernah senang melihat orang lain bahagia. Huh!" kesal Juria masih emosi.
"Kau kenapa, Juria? Apa yang sudah mereka lakukan hingga membuatmu jadi semarah ini?" tanya Ailen penasaran.
"Mereka bilang ingin mengerjaimu."
Fredy langsung bereaksi. Dia menatap dingin ke arah dua dokter yang tadi bertengkar dengan Juria.
(Sentuhlah Ailen jika kalian berani. Aku tak akan tinggal diam jika wanita yang kusukai sampai terluka.)
"Ai, bisa tidak kau menjaga jarak dulu dari dokter Fredy? Mereka begitu karena cemburu pada kalian. Gosip tentangmu dan Tuan Derren saja masih menjadi perbincangan hangat di rumah sakit, sekarang malah ditambah lagi dengan kedekatan kalian. Aku pusing mendengar bisikan-bisikan iri mereka, Ai. Aku juga khawatir mereka nekad kemudian menyakitimu!"
Begitu terus terang saat Juria menegur Ailen. Bukannya kejam, dia hanya tak ingin sahabatnya dilukai. Di rumah sakit ini bully sangat amat dilarang untuk dilakukan, tapi bukan berarti mereka tak bisa nekad. Apalagi jika sudah menyangkut masalah hati. Tak hanya dokter, bahkan orang biasa pun bisa gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemauan mereka. Inilah yang Juria takutkan.
"Apa yang salah dengan kedekatan kami, Juria? Kami tidak melakukan perbuatan tak senonoh di depan umum. Pun obrolan kami selalu berhubungan dengan pekerjaan. Di mana letak salahnya?" protes Fredy sedikit tak terima mendengar ucapan Juria barusan.
"Letak salahnya tentu ada di hati mereka, dok. Kalian mungkin tak melakukan sesuatu yang salah, tapi itu membuat mereka menjadi iri dan cemburu. Begitu,"
"Aneh. Pemikiran wanita benar-benar sangat aneh."
Juria dan Ailen kompak menatap dokter Fredy. Raut wajah mereka menunjukkan tanda tanya seperti 'Hah? Kau yakin bicara seperti itu di depan kami? Ingat, kami juga wanita lho'.
"Ekhmm!" Fredy berdehem setelah tersadar sudah salah bicara. "Jangan tersinggung. Ucapan itu ku tujukan pada mereka, bukan pada kalian."
"Huh, hampir saja aku protes, dok." Juria mend*sah panjang.
Ailen yang sejak tadi hanya menjadi pendengar setia, merasa sedikit canggung. Teguran yang Juria berikan membuatnya jadi merasa malu. Sejelas itukah kedekatannya dengan dokter Fredy? Tak dipungkiri, Ailen memang menyimpan rasa spesial pada dokter ini. Bisa menghabiskan waktu bersama tentu menjadi kebahagiaan tersendiri di hatinya. Namun, Ailen lupa kalau dokter Fredy juga menjadi incaran banyak dokter di rumah sakit ini. Wajar, orangnya tampan dan bersahaja.
"Aku pergi ke kamar mandi sebentar ya. Kalian lanjutkan makan siang tanpaku," pamit Ailen memutuskan untuk pergi. Dia merasa tak enak terus bersama dokter Fredy.
Cepat Fredy menahan pergelangan tangan Ailen saat melihatnya ingin beranjak. Tanpa suara, dia memberi perintah agar wanita ini kembali duduk. "Aku tahu kau berniat menghindar. Benar?"
"Aku ... "
"Ailen, kita tidak dalam posisi yang salah. Kau single, begitu juga denganku. Beda cerita kalau salah satu dari kita mempunyai pasangan. Jangan hanya karena mereka ditegur oleh Juria, lantas kau bersikap seperti orang asing di depanku. Aku tidak suka," pelan Fredy meyakinkan. Dia paham akan rasa tak nyaman di diri Ailen. "Santai saja. Selama kita tidak berada di posisi yang salah, sebaiknya jangan terlalu mendengarkan apa kata orang. Kita punya hak penuh untuk saling berkomunikasi. Paham?"
Juria terpana melihat cara dokter Fredy menenangkan Ailen. Benar-benar bijak sekali. Pantas ada banyak wanita yang tergila-gila padanya. Sikap dan ucapannya sangat keren.
"Aku cuma tidak ingin mencari musuh, dok. Niat kita mungkin baik, tapi di mata mereka itu salah. Aku cukup tahu diri," ucap Ailen lirih.
"Sudah, pembahasan ini kita tutup sampai di sini saja. Terserah mereka mau bicara apa tentang kita, kita tidak bisa melarang. Abaikan, nanti juga meredup sendiri. Bukan begitu, Juria?"
"Ya, aku sependapat denganmu, dok. Sudahlah, Ai. Kalau mereka berani macam-macam padamu, biar aku yang turun tangan. Oke?"
Ailen cengo. Bukankah tadi Juria yang terang-terangan menegurnya? Kenapa sekarang malah jadi pro pada dokter Fredy? Dasar tidak jelas.
***