NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16. Makan malam

...Hari ini aku masih setia menantikanmu....

...Aku masih menjadi bodoh jika itu tentangmu....

...Entah sampai kapan hatiku tertaut padamu yang masih enggan melihatku....

...Namun aku juga perempuan biasa....

...Yang merasakan luka dan lelah....

...Semoga hatiku masih tetap sama saat nanti kamu menyadari perjuanganku....

...(Ashana Keyra Zerrin)...

"Sayang, kok belum siap-siap? Nanti kita terlambat sampai sana Asha," Maira melihat putri sulungnya itu masih bermain dengan ipadnya.

"Asha dirumah saja ya, bun? Gak usah ikut makan malam." Asha meletakkan ipadnya, beralih pada Maira yang sedang bicara padanya.

"Asha sayang, tidak semua hal harus berjalan sesuai dengan apa yang kita mau. Ada kalanya Allah memberikan kita kerikil-kerikil kecil untuk mendapatkan hal yang lebih indah dari sekedar apa yang kita mau. Banyak proses yang masih akan Asha jalani, tidak boleh menyerah atau berkecil hati." Maira mendekat, mengusap lembut punggung putrinya. Bagaimanapun Maira adalah bundanya, tanpa Asha mengatakan apapun tentu bundanya paham apa yang saat ini dia resahkan.

"Lalu bagaimana kalau setelah semua perjuangan melelahkan itu Asha tetap tidak berhasil bun?"

"Tergantung apa yang kamu perjuangkan sayang, kalau itu tentang pendidikan dan impian tentu masih bisa Asha perjuangkan. Tidak berhasil dalam satu hal bisa mencoba hal lain sampai kamu menemukan sesuatu yang benar-benar menjadi passionmu."

"Tapi, kalau itu tentang Kafka. Ada hal bisa Asha usahakan namun tidak bisa di paksakan sesuai yang Asha mau, berhentilah jika itu sudah menyakitkan. Melepaskan dan mengikhlaskan bukan hal yang mudah tapi harus di lakukan." Dengan lembut Maira membelai rambut putrinya yang sudah mulai panjang.

"Bunda memang selalu yang terbaik." Asha memeluk Maira

"Sudah sana cepat mandi! masak mau ketemu gebetan tapi bau asem," Maira menutup hidungnya menggoda putrinya.

"Ish .. bunda, Asha gak bau asem tau. Tapi bau terasi soalnya tadi habis makan sambal terasi buatan bi Ana." Asha tertawa sambil berjalan menuju kamar mandi, sementara Maira hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya.

Rion sudah siap dari beberapa waktu lalu dan menunggu para princess juga ratu keluarga Zerrano di ruang keluarga bersama ayahnya. Malvin terlihat sesekali masih sibuk dengan pekerjaan yang bisa dia kalukan melalui ponselnya.

"Bunda, kakak-kakak princess cepetan, Nanti kita telat gak kebagian makan gimana?" Rion mondar mandir antara ruang keluarga dengan tangga menuju lantai atas rumah mereka.

"Ih ade gak sabaran," Cia yang sedang memakai sepatu nampak protes pada Rion.

"Kak Cia lama, nanti kak Nara gak suka lho!" Cia mencebik mendengar perkataan adik bungsunya.

"Nara siapa sayang?" Maira agak asing dengan nama tersebut, pasalnya dia tidak pernah mendengar nama itu selama menjemput Cia dan Rion ke sekolah.

"Naratama Jaelicio Narendra maksut Rion bun. Naren adiknya kak Kafka." Asha yang sedang menuruni tangga menuju mereka menjelaskan pada bundanya.

Mereka siap berangkat menuju monsieur spoon cafe yang sudah di pesan oleh keluarga Keenan yang terletak di PIM 1, Malvin sekeluarga memang mendapatkan undangan makan malam dari Keenan sahabatnya. Makan malam sebagai bentuk perayaan sederhana untuk Kafka yang lulus dengan prestasi dan di terima sebagai mahasiswa kedokteran di Standford.

Keluarga Keenan sudah sampai lebih dulu, baru setelah itu Malvin beserta keluarganya juga sampai di monsieur spoon cafe, Tiara sengaja memilih privat room agar lebih nyaman untuk anak-anak. Di dalam ruangan sudah menunggu Keenan, Tiara, Kafka juga Naren. Rion dengan semangat membuka pintu dan masuk menyapa mereka lebih dulu disusul Cia, Maira kemudian Malvin yang di belakang ada Asha yang tertutup tubuh ayahnya. Asha nampak menghela napas sebelum masuk kedalam, Malvin maeraih tangan Asha.

"Kakak are you okay?" Malvin mendapati putrinya nampak terlihat ragu dan resah, di raihnya tangan Asha kemudian di genggamnya.

"I'm okay." Asha tersenyum pada ayahnya dan mereka masuk menuju ruangan paling akhir.

Anak-anak berkumpul duduk pada meja yang sama, Cia yang mengekori Naren begitu juga Rion yang tak mau kalah mengikuti mereka berdua dan mau tak mau Kafka juga ikut duduk bersama mereka. Kafka sedang bercanda dengan Rion saat Asha menuju meja tempat mereka duduk.

"Masyaallah Maira putri sulungmu benar-benar mewarisi darah ayahnya," Tiara terkejut saat Asha menyapanya dan mencium tangan Tiara, penampilan Asha hari ini berbeda dengan biasanya.

"Bundanya ini cuma dapat hikmah sama kepayahan mengandung Asha selama sembilan bulan," jawaban Maira membuat semua orang terkekeh.

"Asha sejak kapan mulai berhijab, sayang?" Tiara yang masih terpesona dengan penampilan Asha saat ini, satu bulan lalu mereka sempat berjumpa saat wisuda kelulusan Kafka dan gadis itu masih belum berhijab.

"Masih belajar berhijab tante, belum sepenuhnya. doakan Asha semoga bisa istiqomah," Mairalah yang menjawab pertanyaa Tiara, sementara Asha mengulum senyum lega tak perlu menjawab karena sudah di jawab oleh bundanya.

Asha memang terlihat cantik dan modis mengenakan baju casual remaja seumurannya, tidak mau ribet dengan baju-baju yang dipakainya. Dia tampak bersinar dengan hodie sedikit over size berwarna biru langit yang di padu padan bawahan rok berwarna putih dengan pasmina warna senada. Sejenak Kafka di buat terpesona dengan penampilan baru Asha, dia masih dapat melihat sorot mata indah yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Asha sudah berada di tempat duduknya, duduk berhadap-hadapan dengan Kafka karena hanya kursi itu yang kosong. Tidak seperti Asha yang biasanya saat bertemu dengan Kafka, kali ini dia hanya diam sambil melihat ipadnya.

Para orang dewasa terlihat sedang asik menikmati perbincangan mereka, maklum karena sudah lama tidak berjumpa dan berkumpul santai. Kalaupun Malvin dan Keenan bertemu selalu tentang hal bisnis karena memang mereka berdua punya beberapa kontrak kerjasama. Sementara anak-anak juga tak kalah sibuknya mengobrol dan bercanda sambil menanti makanan datang, minuman mereka sudah datang lebih dulu.

Cia sibuk bercanda dan membahas apapun dengan Naren karena mereka memang satu kelas, sedangkan Kafka masih tetap meladeni segala pertanyaan dari Rion. Rion tampaknya cocok dengan Kafka yang selalu bisa menjawab semua hal yang di tanyakan padanya. Asha? Jangan di tanya lagi, dia sebenarnya bosan di tengah perasaan canggung antara dia dan Kafka. Jadi dia hanya fokus pada ipad dan sesekali menenggak es coklatnya.

Semenjak hari kelulusan wisuda Kafka, Asha memang sudah tidak lagi bertemu dengannya. Rion yang terlalu peka akan sikap kakaknya sedang merasa bosanpun akhirnya membuka suara setelah dari awal hanya fokus bertanya banyak hal pada Kafka.

"Bunda ... bunda, kak Kafka pacaran sama kak Sha." Asha tersedak es coklatnya saat mendengar ucapan Rion, Kafka reflek memberikan tisu dan air mineral padanya. Rion menunjuk pada warna baju Asha dan Kafka, tanpa mereka sadari warna baju mereka senada. Kafka mengenakan kemeja berwarna biru langit di padu padan dengan celana putih.

"Tante sih mau banget nanti punya menantu kak Sha, tapi kayaknya kakak kamu gak mau sama kak Kafka. Kak Kafka kan cuek, dingin kulkas lima belas pintu ade." Tiara mencebik kearah putra sulungnya, dia tahu Kafka itu gengsinya setinggi langit. Sudah setahun dari semenjak dia bertemu kembali dengan Asha tapi masih juga bersikap dingin pada gadis itu.

"Ade Rion tidak boleh seperti itu, kak Kafka sama kak Sha fokus sekolah dulu. Baru nanti mereka boleh nikah," Maira menggelengkan kepala kearah Rion dan di sambut anggukan mengerti dari Rion.

"Kafka kapan berangkat ke Standford?" Malvin berusaha mengalihkan pembicaraan untuk mencairkan suasana canggung antara putrinya dengan putra sahabatnya itu.

"Minggu depan berangkat om, satu bulan persiapan dan adaptasi dulu sebelum nanti masuk kuliah."

"Kalau butuh bantuan bilang sama om. Sepupu Asha ada yang kuliah di sana," Malvin ingat kalau Altezza yang tak lain adalah putra dari Ayzel sepupu Maira dengan sahabatnya sedang menempuh S2 di sana.

"Siap om Malvin."

"Kalau Asha sudah tahu nanti mau lanjut kemana setelah lulus?" Kini giliran Keenan ayah Kafka yang bertanya pada gadis remaja itu.

"Eumm ... Belum pasti sih om, masih berubah-ubah. Antara bisnis NUS atau double degree NUS, soalnya kalau mau ambil kedokteran Harvard nanti takutnya kak Kafka langsung lamar Asha buat di nikahin." Asha tersenyum smirk pada Kafka.

"Asha sudah terdaftar di NUS untuk sekolah bisnis, dia mendapatkan previllage karena pernah menjadi juara olimpiade internasional saat sebelum pindah ke Jakarta. Tergantung nanti dia mau ambil bisnis atau berubah pikiran," Malvin menceritakan beberapa prestasi Asha saat dulu sekolah di Singapur.

Semntara Kafka yang sedang menelan makananya di buat tersedak mendengar perkataan Asha, matanya melebar menatap kearahnya dan Asha yang melihat itu tersenyum puas. Tepat sebulan yang lalu saat wisuda kelulusan Kafka, secara tidak sengaja Asha melewati Kafka dan teman-temannya yang sedang mengobrol santai setelah acara wisuda inti selesai. Asha ikut terseret dalam topik pembicaraan Kafka dan teman-temannya.

"Gue lihat tadi cewek lu ada disini Kaf? Kayaknya dia bucin banget sama lu," salah satu teman Kafka meledeknya.

"Aku gak punya pacar, gak akan juga dia jadi pacarku." Revan tertawa mendengar jawaban Kafka.

"Dahlah memang susah ngomong sama kulkas lima belas pintu. Bucin-bucin deh lo Kaf nanti," Revan ikut meledek sahabatnya itu.

"Tapi nih ya, kan lu pernah bilang kalau lu suka cewe yang cerdas. Poin plus lagi kalau dia juga sefrekuensi sama lu, kalau dia bisa gimana?"

"Gak mungkin, dia pasti ambil bisnis seperti kedua orang tuanya. Kalau dia ambil kedokteran juga, paling tidak dia masuk kedokteran Harvard dulu. Bisa masuk Harvard aku nikahi Asha." Mereka tertawa bersama tanpa tahu orang yang menjadi topik pembicaraanya mendengarkan.

Asha dan Kafka saling tatap sejenak, di mata Asha ada rasa kesal menyelimuti dirinya. Ingin rasanya melampiaskan semua umpatan pada orang yang sedang duduk di hadapannya menuntut permintaan maaf, tapi percuma hanya akan menghabiskan energinya saja.

Kafka ingat betul perkataannya saat itu sama dengan apa yang diucapkan Asha barusan, apakah gadis itu mendengarkan obrolannya dengan beberapa teman sekelasnya saat itu. Seingatnya hari itu dia bertemu dengan Asha hanya saat foto bersama dengan kedua orang tuanya, setelah itu Asha pergi karena ada keperluan lain.

"Argggh .. benar-benar memusingkan." Kafka bergumam lirih dan menyugar rambutnya sendiri karena kesal.

Makan malam selesai dengan menyenangkan, mereka pulang bersama menuju parkiran yang kebetulan mobil mereka ada di basement yang sama. Kafka dan Asha berjalan paling akhir berada di belakang Maira dan Tiara sampai mereka masuk dan keluar lift menuju basement.

Asha berusaha mengalihkan perhatiannya dari Kafka dengan fokus pada ipadnya sepanjang berjalan menuju basement, dia hampir saja jatuh tersandung tali sepatunya sendiri. Kafka yang berjalan di sampingnya dengan sigap memegangi lengan Asha dan menariknya sebelum dia tersungkur di lantai.

"Kalau jalan itu fokus Sha, bukan malah lihat ipad." Kafka berjongkok mengikat tali sepatu Asha yang lepas, sementara Asha terbengong-bengong melihat perlakuan Kafka padanya.

"Makasih Kak," perlakuan kecil Kafka tentu membuat Asha berbunga-bunga. Asha si bucin akut, walaupun habis nangisin Kafka yang ujung-ujungnya bakal bucin lagi dengan sedikit perlakuan Kafka.

"Sorry" Asha bingung dengan yang di dengarnya.

"Hah ... Kakak bilang apa tadi?" Asha memastikan lagi benarkah Kafka tadi mengatakan sesuatu.

"Sorry, untuk kejadian waktu itu. Pasta spinach sauce siang itu enak." Kafka berjalan meninggalkan Asha yang masih mematung tak menyangka mendengar Kafka minta maaf dan akhirnya Kafka makan bekal yang dia buatkan.

Dia beneran minta maaf, seorang Kafka minta maaf? batin Asha dan langsung menyusul berjalan mengejar Kafka. Semuanya sudah masuk ke dalam mobil masing-masing, tersisa Asha dan Kafka yang masih berjalan di belakang. Rion meneriaki Asha untuk cepat segera masuk mobil karena dia sudah ngantuk.

"Cup."

Tanpa aba-aba entah keberanian dari mana dia peroleh, Asha dengan spontan mengecup pipi Kafka dari samping. Kafka penuh dengan keterkejutannya tanpa bisa menghindar dan mematung sepersekian detik sebelum akhirnya dia berteriak dan marah pada Asha.

"Yaaa ... Ashana dasar cewe gila." Triakan Kafka pelan namun masih terdengar oleh Asha. Asha menoleh tersenyum dengan mengeluarkan lidahnya kesamping mulut mengejek Kafka, kemudian dia berlalu meninggalkan Kafka. Dia puas setelah membuat Kafka telihat terkejut dan sedikit marah.

"Tunggu saja nanti kak, kamu yang akan datang sendiri padaku. Semoga saja di saat itu tiba hatiku masih menggenggammu dan belum berubah arah." Asha masuk dalam mobil dan mereka semua pulang ke rumah masing-masing.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!