Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 - Majikan dan asisten yang akrab
\*\*\*
Setelah menghabiskan seharian yang menyenangkan di mol, Raisa dan Bela kini pulang ke rumah dengan paper bag yang mereka bawa masing-masing.
Raisa awalnya mengira bahwa paper bag yang dia tenteng adalah barang milik Bela, tetapi ternyata ia terkejut saat melihat isinya.
Ketika mereka sampai di rumah, Raisa membawa paper bag-nya ke kamar Bela dan menyimpannya di sofa. Tapi saat Bela keluar dari kamar mandi dia mengatakan jika paperbag yang Raisa pegang adalah barang miliknya.
"Apa maksud Nona?," tanya Raisa karena kurang paham dan karena tadi di mol dia tidak membeli apapun untuk dirinya.
Bela tersenyum dan berkata, "Iya, itu semua barang milikmu... Aku membelikannya untukmu... Ambillah."
Raisa membuka paperbag tersebut dan terkejut saat melihat beberapa baju baru di dalamnya. Awalnya, Raisa bingung dan bertanya-tanya mengapa Bela membeli baju untuknya tanpa memberi tahu sebelumnya. Namun, kemudian dia menyadari bahwa ini adalah hadiah dari Bela.
"Maaf Nona, saya tidak bisa menerima semua ini... Barang-barang ini terlalu mahal, aku tidak pantas menerimanya," ucap Raisa seraya menyimpan paperbag tadi di sofa kembali.
Bela dengan senyum cerahnya menjelaskan bahwa dia sengaja membeli beberapa baju untuk Raisa sebagai tanda terima kasih atas semua kerja kerasnya dan sudah menemaninya seharian ini.
Raisa tersenyum terharu mendengar penjelasan Bela dan merasa sangat simpati pada kebaikan hati majikannya itu. Mereka berdua lalu melanjutkan untuk menunjukkan barang-barang belanjaan mereka satu sama lain.
Raisa melihat barangnya dengan senang karena Bela memilih beberapa item yang sesuai dengan selera pribadinya. Bela juga senang melihat reaksi Raisa dan berharap bahwa hadiah tersebut dapat membuat Raisa merasa senang.
Dalam sisa malam itu, Raisa dan Bela menghabiskan waktu bersama, mencoba baju-baju baru tersebut dan berbicara tentang berbagai hal. Mereka berdua merasa semakin dekat dan terhubung satu sama lain.
"Selamat malam Nona... Istirahat dan mimpi indah...," ucap Raisa seraya undur diri.
"Selamat malam, mimpi indah juga Raisa... Terima kasih atas semuanya," jawab Bela yang bersiap tidur sambil tersenyum.
Raisa melangkah pergi meninggalkan kamar Bela dengan senyum bahagianya. Ketika tiba-tiba ia dikejutkan oleh Bian yang keluar dari kamarnya.
"Tuan Bian!."
Raisa hendak berbalik badan menghindari Bian tapi kalah cepat oleh Bian yang segera memanggilnya. "Hei, Kau di sana! Kemarilah."
Mendengar agem nya suara Bian, Raisa hanya berdiri mematung tanpa menoleh ke belakang sehingga membuat Bian merasa heran dan memanggilnya kembali.
"Apa kau mendengarku?."
Kali ini Raisa menoleh dan menghadap Bian namun dalam keadaan menunduk. "Ya, tuan Bian... Anda memerlukan sesuatu?," tanyanya bersikap hormat layaknya kepada majikan.
"Aku mau air dingin, cepat ambilkan!," seru Bian lalu kembali ke kamarnya.
Deg deg... deg deg...
Raisa memegang dadanya karena merasa berdebar. Ia merasa beruntung karena tidak terjadi hal seperti dugaannya. "Untung saja, apa tuan Bian tidak mengenaliku? Kenapa dia tidak buat perhitungan?... Ah sudahlah, yang penting aku selamat," gumamnya sambil mengelus dada.
"Aku simpan dulu paperbag ini, setelah itu baru membawa air untuk tuan Bian."
Raisa membawa paperbag ke kamarnya lebih tepat kamar khusus untuknya sendiri karena para ART lain tinggal sekamar bertiga sehingga menimbulkan rasa syirik pada Raisa.
"Enak banget hidupnya, baru tinggal satu hari udah jadi ratu," ucap Juli sinis saat Raisa berjalan di depannya. Namun Raisa hanya bersikap datar dan tidak terlalu menghiraukan.
"Hei! Apa kau tidak dengar?!."
"Akh!," Raisa memekik karena kakinya tersandung akibat ulah Juli sehingga menabrak tembok.
"Apa yang kamu lakukan Juli?," tanya Raisa keheranan. "Kamu tidak usah berlaga baik! Aku sangat murka pada orang yang berpura-pura jaim sepertimu!," teriak Juli di depan wajah Raisa seraya menunjuk kepala Raisa kasar lalu pergi berlalu.
"Raisa, kamu yang sabar ya... Juli memang seperti itu," kata Rani menenangkan. "Aku gak papa kok, Ran... Makasih ya, kamu selalu baik padaku."
Raisa segera menuju ke dapur dan mengambil air dingin untuk Bian. Dia berjalan menapaki tangga yang sudah terasa tidak secape saat pertama kali.
Tok tok tok!
"Masuk!." Terdengar suara kurang bersahabat dari dalam kamar. "Apa aku harus menunggu lama hanya untuk sekedar minum?," tanya Bian dengan nada tinggi.
"Maaf tuan, tadi saya...."
"Sudahlah, mana airnya?," ucap Bian lagi tanpa menoleh ke arah Raisa. Lalu Raisa pun menyimpan botol yang berisikan air dingin itu di meja yang ada di depan Bian.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi, Tuan?."
"Dengar! Lupakan semua hal yang kau lihat tadi pagi, kau mengerti?!."
Bukan menjawab, Raisa malah terdiam karena tidak menyangka jika Bian ternyata menyadari tentangnya. Tidak menyahut, Bian pun menoleh dan menatap heran sikap Raisa lalu menyuruhnya pergi dari sana.
"Gadis aneh!."
~
Hubungan antara Raisa dan Bela terus berkembang dari hari ke hari. Meskipun Raisa adalah asisten rumah tangga Bela, Bela selalu menganggapnya sebagai teman dan memperlakukannya dengan penuh rasa persahabatan.
Setiap hari, mereka berdua saling berbagi cerita, tawa, dan juga dukungan. Raisa menjadi sosok yang selalu siap mendengarkan ketika Bela memiliki masalah atau kekhawatiran.
Bela merasa nyaman berbagi perasaannya dengan Raisa, karena ia tahu bahwa Raisa akan memberikan nasehat yang jujur dan mendukungnya.
"Bela, kamu jangan terlalu dekat dengan pembantu, kamu harus jaga image keluarga," kata seorang perempuan berusia sekitar 40 an yang tidak lain adalah tante Rosi.
Bela hanya tersenyum dan mengatakan jika Raisa anak yang baik, dan sudah dia anggap seperti sahabatnya. Ia meminta agar tante Rosi tidak terlalu menghiraukannya.
"Aku hanya menasehatimu, kamu terima atau tidak, ya terserah... Karena orang lain tidak akan memberi nasihat seperti yang aku lakukan," lanjut tante Rosi.
Bibinya yang satu-satunya ini, meskipun terlihat angkuh dan tidak bersahabat, tapi dia sangat menyayangi dua keponakannya itu dan selalu berharap mereka berdua bisa hidup bahagia.
" Raisa, yuk, "ajak Bela pada Raisa yang sedari tadi berdiri di sampingnya dan mendengar percakapan Bela dan Rosi sehingga merasa tidak nyaman.
"Jangan di masukkan ke dalam hati ya, perkataan tante Rosi tadi... Sebenarnya dia baik kok...," ucap Bela merasa tidak enak hati dan Raisa pun mengangguk mengerti.
Hacih! Haaacih!
Bian terus bersin saat ia memasuki kamarnya. Ia merasa baik-baik saja sebelumnya tapi saat masuk kamar ia langsung mendadak flu alergi.
Tiba-tiba matanya membulat sempurna saat ia melihat serangkai bunga lili putih tersimpan di meja kamarnya.
"Siapa yang meletakkan bunga ini di kamarku!!!!!."
Teriakan Bian begitu menggelegar sehingga membuat semua penghuni di rumah itu terkejut tidak terkecuali Raisa yang kini sedang berada bersama Bela di kamarnya.
Kemudian Bela dan Raisa segera berlari menuju kamar Bian dan mendapati Bian sedang bersin terus tiada henti sehingga hidung mancung miliknya terlihat meler dan mengeluarkan air mata.
"Bian! Kamu kenapa?, tanya Bela khawatir. Bian ingin bicara dan menunjuk bunga lili agar segera di buang, tapi kondisi alerginya tidak membiarkan Bian bisa berkata sedikit pun.
Bersambung...
gampang cari yg tajir ,novel smuanya gini
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍