KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu jangan pergi
Ibu ani tidak menyangka jika semua diluar dugaannya. Selama ini ia mengira rumah tangga marni baik-baik saja, tetapi kenyataannya berbanding terbalik. Justru hancur berantakan, hati Ibu Ani sungguh serasa di tusuk duri.
Marni mendekati ibu ani yang sedang termenung. Memberikan penjelasan sedikit demi sedikit. Ibu Ani sungguh terluka ketika marni di tuduh selingkuh dan lebih menyakitkan lagi selama ini ibu ani dan marni tidak pernah menerima uang yang dikirim kusno untuk mereka.
Turyo merasa malu pada marni begitu juga Ayu. Turyo berharap marni tidak menginginkan perceraian dengan Kusno terkait masalah yang sedang terjadi saat ini. Marni hanya tersenyum dan berkata pada mereka jika ia dan suaminya tidak ditakdirkan bersama lagi. Mereka tetaplah saudara dan orang tua marni.
Jarak pernikahan Kusno di jawa akan berlangsung sepuluh hari lagi. Turyo meminta marni untuk mempersiapkan apa saja yang akan ia bawa. Ayu mendekati marni meminta agar Tisna di tinggal saja dirumah, begitu juga permintaan Turyo dan ibu ani.
“ Maaf kan aku bu, aku tidak akan meninggalkan tisna disini. Biarlah akan aku rawat sendiri. Do'a kan saja yang terbaik untuk kami bu, mas, ayu." Ujar Marni sembari mengemas pakaian miliknya dan Tisna.
Sebelum berangkat Marni minta diantar pulang kerumah orang tuanya. Dan pemberangkatannya ia meminta biar adiknya iman yang mengantarkan marni kejawa mencari suaminya.
Ibu, turyo, dan ayu tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mereka memberikan sedikit uang untuk kebutuhan marni diperjalanan. Termasuk uang hasil penjualan perhiasan yang turyo ambil dari Sri.
Tapi marni menolaknya secara perlahan untuk uang hasil menjual perhiasan. Ia hanya menerim uang yang bukan hasil jual perhiasan. Kemudian marni izin untuk pulang, dengan terpaksa ibu Ani mengizinkan marni.
“ Turyo antarkan marni, dan kamu ayu bantu bawakan barang-barangnya. Jika kalian sudah sampai, ceritakanlah semua yang terjadi dengan baik-baik. Jaga dirimu baik-baik Marni, ibu sangat menyayangimu da Tisna." Ujar ibu sembari memeluk Marni dan menciumi cucunya Tisna.
“ Iya bu, maafkan marni jika selam ini marni belum bisa menjadi menantu yang baik untuk ibu." Jawab marni sembari memeluk ibu mertuanya.
Ayu tak bisa lagi menahan air matanya, sungguh tak menyangka jika semua cepat sekali berlalu kebersamaan diantara mereka bersama Marni.
“ Mba Marni maafin Ayu ya mba, kalau ayu sering merepotkan mba. Maafin keluarga ayu ya mba, aku berterimakasih selama ini mba marni sudah menjaga ibu kami dengan baik. Jangan pernah lupain ayu ya mba, jika suatu hari mba sudah pulang, maen ya mba kerumah ayu. Janga jauhkan keluarga kami dengan Tisna ya mba, terutama dengan ibu." Ujar Ayu dengan deraian air mata yang terus mengalir diwajahnya.
Bagi ayu kehilangan sosok Marni sama dengan kehilangan sosok seorang ibu. Sosok penyabar, penyayang dan wanita yang tabah tidak pernah menuntut apapun pada suaminya kecuali kasih sayang.
Sifat Marni yang keibuan membuat Fitri anak kusno juga sangat menyayangi Marni. Ia tak pernah marah pada Fitri. Kini usia Fitri sudah menginjak Enam tahun, ia mulai mengerti jika marni akan pergi jauh. Fitri kecil berlari memeluk Marni dengan begitu erat.Ia menangis begitu pilu saat memeluk marni.
“ Ibu jangan pergi bu, Fitri janji ngak nakal lagi. Maafin Fitri bu, ibu jangan pergi. Jika ibu pergi siapa yang akan menjaga Fitri bu. Nanti fitri gak bisa main lagi sama adik. Ibu...jangan pergi bu, jangan tinggalin fitri. Fitri sayang ibu," ujar fitri seorang anak kecil yang begitu menyayangi marni dengan sepenuh hati.
“ Fitri sayang, dengarkan ibu ya nak! Ibu tidak meninggalkan fitri, ibu hanya pergi kerumah nenek Tisna yang diseberang desa. Ibu juga tidak membawa banyak pakaian." Ujar marni menjelaskan pada fitri, namun fitri masih saja menangis.
Lalu marni meminta ibu ani mengendong tisna sebentar sedangkan ia menggendong Fitri dan membawanya kekamar. Dikamar marni mencoba memberi pengertian pada fitri. Jika ia hanya pergi bermain saja untuk beberapa hari, seperti dulu waktu masih melahirkan adiknya tisna.
Namun fitri masih tetap menangis, lalu marni membuka lemari pakaian dan memperlihatkan pada Fitri.
“ Fitri sayang anak ibu, coba fitri lihat nak disini masih banyak pakaian ibu, ada pakaian fitri dan juga adik Tisna. Ibu hanya pergi sebentar jadi ibu hanya membawa sedikit pakaian. Sekarang fitri dirumah bersama nenek, dan bulek ayu ya nak dirumah. Besok Fitri sudah berangkat sekolah, kalau fitri tidak sekolah nanti ketinggalan banyak pelajaran." Ujar Marni menjelaskan secara perlahan dan penuh kasih sayang pada Fitri.
Marni meminta fitri agar tetap tersenyum, dan semangat belajarnya. Setelah fitri melihat lemari pakaian ia yakin jika apa yang dikatakan ibunya adalah benar. Jadi fitri menyetujui jika ibunya akan pergi kerumah nenek Tisna. Lalu marni memberikan sedikit uang pada fitri agar ia tak bersedih lagi.
“ Ini uang buat jajan nanti disekolah ya nak, belajar yang rajin. Harus jadi anak penurut dan tunggu sampai ibu kembali ya nak?" ujar marni.
“ Baik bu, Fitri janji akan belajar lebih giat lagi. Agar nanti bisa buat ibu dan adik bahagia." Ujar fitri kembali memeluk ibunya.
Marni mencoba menahan air mata yang akan mengalir dipipinya. Ia tak mau fitri melihat marni bersedih, marni tetap tersenyum didepan fitri. Kemudian marni keluar dari kamar bersama fitri, lalu ibu ani memberikan tisna pada marni kembali.
“ Maafin Marni ya bu jika marni selama ini mungkin sudah membuat ibu kecewa," ujar marni.
“ Kamu tidak bersalah nak, hati-hatilah nak," jawab ibu Ani dengan suara sedikit serak.
Marni berpamitan pada ibu ani dan anaknya fitri, kemudian ia berangkat diantar Turyo dan Ayu. Sesampainya dirumah orang tua marni, mereka semua menjelaskan permasalahan yng sedang terjadi. Turyo dan ayu juga meminta maaf atas segala kelalaian mereka menjaga marni.
Awalnya ibu Ning dan Iman tidak dapat menerima semua kenyataan yang ada. Tetapi marni mencoba menenangkan mereka hingga mereka bisa berfikir lebih tenang.
Setelah semua masalah diceritakan oleh Turyo. Ia menjelaskan lagi jika marni akan pergi kejawa menyusul suaminya. Karena turyo tidak bisa mengantarkan marni, ia meminta tolong pada Iman agar mau menemani marni kejawa.
“ Tolonglah Iman, hanya kamu harapan kami satu-satunya. Aku percayakan semua ini padamu, bantulah marni iman," ujar turyo.
Dengan berat hati iman menyetujui permintaan turyo,ayu dan marni. Setelah itu Turyo dan Ayu izin untuk kembali pulang. Akhirnya turyo dan ayu kembali pulang mengendarai sepeda ontel milik mereka. Iman bersama ibu Ning mendekati marni, iman menggendong tisna.