Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kudeta?
"Oh, ya tradisi Bara. ..kau tahu bahwa
wanita tak memegang tampuk kekuasaan di negara-negara itu." Suaranya mengandung harapan.
"Mungkin surat wasiat Sheik Zeid itu tak dapat dilaksanakan!'
"Tradisi dapat saja dilanggar," Satya terdiam sejenak. "Sedangkan untuk penunjang pelaksanakan dokumen ini ....Nah, ingat saja di mana kita menemukannya!"
"Divisi Kavaleri Jenderal Abdurrahman!" cetus Lasmini terbelalak.
"Tapi pasti Sheik Zeid takkan sudi menerima setiap campur tangan pihak militer Kirtu."
Satya menanggapinya, "Pangeran Hatir berpendapat sebaliknya, Lasmini!"
"Sheik Zeid mungkin pikirannya sedang kacau sehingga mau menandatangani dokumen ini."
Satya tercenung sesaat. "Kemungkinan Zeid khawatir bila kelak meninggal dunia, rakyatnya akan menolak putranya untuk menjadi Emir Rahbain karena đalam tubuhnya mengalir keturunan Ottoman. Dengan dasar itu ia harus menunjuk seorang wali atau pemangku tahta sementara yang benar-benar akan menyerahkan singgasana Rahbain ke tangan anaknya bila nanti telah dewasa."
"Yah, tak ada pilihan lain kecuali menunjuk Putri Layla sebagai pemangku tahta sementara, Hanya Sheik Zeid tak mengetahui bahwa dokumen ini telah berpindah tangan kepada Jenderal Abdurrahman."
"Apakah Jenderal Abdurrahman tak memerlukan dukungan Pemerintahnya bila mengirimkan pasukannya ke Rahbain?"
"Mungkin ia akan mencobanya sendirian."
"Seandainya berhasil ia dapat dianggap sebagai seorang pahlawan dan mau tak mau Pemerintah Kirtu menjadi terlibat."
"Yaah, bagaimanapun Kirtu takkan dapat melupakan jaman keemasannya di saat negeri jajahannya terbentang mulai dari Atneha ke Benua Hitam Utara."
"Hemm, hemm, jadi tahta Rahbain akan jatuh ke tangan Layla bila Sheik Zeid menderita sakit parah atau kecelakaan..."
"Benar!" tukas Satya, "Dan terjadi besok hari.. atau malam ini... Pokoknya setiap saat."
Dengan nada yang murung Satya menambahkan.
"Tapi takkan terjadi kecelakaan secara wajar! Mereka merencanakan untuk membunuh Sheik Zeid!"
Satya segera bangkit diikuti oleh Lasmini sambil bertanya,
"Lantas apa yang akan kita lakukan sekarang, Sat?"
"Memanggil kereta penumpang yang akan membawa ke Kedai kopi kita, aku tak mempercayai Iagi keamanan di hotel. Kemudian aku sendiri akan menemui Sheik Zeid dan memperlihatkan dokumen ini kepadanya. Dan berada di Stambuli malam ini," Satya menjelaskan.
"Tapi Sheik Zeid sendiri sedang berusaha meringkusmu, Sat!" Lasmini menanggapi dengan nada khawatir.
"Aku akan berusaha untuk menjernihkan masalahnya dengan Sheik Zeid,"Satya menimpali.
"Bila Kirtu mendarat di Rahbain negara-negara Bara takkan berdiam diri. Dan Timur Tengah akan meledak menjadi kancah peperangan serta El-Sira akan terjepit diantara panasnya neraka pertempuran." Lasmini menghela napas berat.
"Sheik Zeid secepatnya harus merubah kembali dokumen itu atau...
"Atau apa?" tukas Satya.
Lasmini mendesis. "Atau aku akan mencari Putri Layla dan membunuhnya sehingga tak mungkin lagi menjadi pemangku tahta Rahbain !"
Waktu hampir menunjukkan jam sepuluh malam ketika Satya dan Lasmini berpisah dengan janji akan bertemu di Kedai Kopi Seksi-TS yang terletak di bilangan perkampungan pekerja tak terlalu jauh dari kawasan Rohn.
Satya turun dari kereta kudanya sebelum Lapangan Galatasaray di depan sebuah pasar terbuka kemudian memasuki lorong kecil dengan kedai di kanan kirinya.
Udara terasa pengap oleh beraneka ragam aroma makanan yang berasal dari kedai-kedai.
Satya menghentikan langkahnya, meneliti sekelilingnya namun tak terlihat sesuatu mencurigakan.
Kemudian melanjutkan langkahnya menyelinap di antara lalu lalang manusia lainnya.
Sebegitu jauh semua rencana Satya berjalan lancar. Dan Satya mengharapkan dapat mengetahui di mana kini Volkan berada.
Juga ia tak dapat menduga siapa saja yang mengetahui kedatangan Sheik Zeid di Stambuli.
Mungkin kedatangannya telah dirahasiakan seketat mungkin tapi penjagaan di sekitar penginapan tempatnya menginap pasti ada.
Satya mencium badannya telah berbau keringat dan memutuskan untuk mandi Kirtu.
Ia melihat pemandian di ujung jalan dan menuju ke sana. Setelah masuk di dalam pemandian dan mengganti sepatunya dengan sandal, Satya menulis sebuah pesan di balik amplop yang berstempel Rahbain.
Kemudian ia memanggil seorang anak penyemir sepatu untuk mengantarkannya kepada Sheik Zeid dengan memberi upah 50 lira.